" My Parent "
Tampilkan postingan dengan label Tanda Sholat Kita diterima. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tanda Sholat Kita diterima. Tampilkan semua postingan

Jumat, 01 Juli 2011

Tanda Sholat kita diterima



Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: "Akan datang suatu zaman di mana orang-orang berkumpul di masjid untuk shalat  berjamaah, tetapi tidak seorang pun di antara mereka yang mukmin."
Rasulullah juga bersabda: "Nanti akan datang suatu zaman di mana seorang muadzin melantunkan adzan, kemudian orang-orang menegakkan shalat, tetapi di antara mereka tidak ada yang mukmin." (Kanzul Ummat, hadits ke 3110) 
Sabda Rasulullah tersebut jelas menarik bagi kita. Dan, tentunya akan muncul pertanyaan, mengapa shalat yang mereka lakukan tidak dianggap sebagai tanda seorang mukmin? Mengapa orang yang melakukan shalat itu tidak dihitung sebagai orang mukmin?
Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan menunjukkan tanda-tanda seorang mukmin. Sebab, shalat bukan merupakan tanda seseorang disebut mukmin, tapi merupakan tanda bahwa yang melakukan adalah seorang muslim. Memang sebagian tanda seorang mukmin itu, tidak hanya shalat tapi ditambah dengan syarat lainnya.

Karakteristik seorang mukmin yang disebut dalam Shahih Bukhari, Rasulullah bersabda, Pertama, barangsiapa yang beriman (mukmin) kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya dia menghormati tetangganya. Kedua, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya dia senang menyambung tali persaudaraan. Ketiga, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya dia berbicara yang benar; dan kalau tidak mampu berbicara dengan benar, maka lebih baik berdiam diri. Keempat, tidak dianggap sebagai orang beriman apabila seseorang tidur dalam keadaan kenyang, sementara tetangganya kelaparan.

Dengan hanya mengambil empat macam hadits tersebut, ternyata tanda seorang mukmin itu terlihat dari tanggung jawabnya di tengah-tengah masyarakatnya. Kalau dia menghormati tetangganya, menyambung tali persaudaraan, dan berbicara dengan benar, atau memiliki keprihatinan di antara penderitaan yang dirasakan saudara di sekitarnya, maka barulah dia dikatakan sebagai seorang mukmin.

Dengan kata lain, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa nanti akan datang suatu zaman, orang-orang berkumpul di masjid untuk mendirikan shalat tetapi tidak akur dengan tetangganya, tidak menyambungkan tali persaudaraan diantara kaum muslim. Mereka melaksanakan shalat, tetapi tidak sanggup mengatakan kalimat yang benar. Mereka melakukan shalat tetapi acuh tak acuh dengan penderitaan yang dirasakan sesamanya. Kata Rasulullah, mereka adalah orang-orang yang melakukan shalat, tetapi sebetulnya tidak dihitung sebagai orang yang melakukan shalat.

Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan, bahwa tanda-tanda orang yang diterima shalatnya oleh Allah SWT, diantaranya: 

Pertama, dia datang untuk melaksanakan shalat dengan merendahkan diri kepada-Nya, yang dalam Alqur'an disebut khusu'. Shalat yang khusu' salah satu tanda orang mukmin. Orang yang melaksanakan shalat dengan khusu', bukan berarti tidak ingat apapun. Karena orang yang tidak ingat apapun itu bisa disebut pingsan.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramalluhu wajhah, apabila hendak melakukan shalat, tubuhnya gemetar dan wajahnya pucat pasi. Ketika ada orang yang bertanya kepadanya, "Mengapa Anda ya Amirul Mukminin?" Sayyidina Ali menjawab, "Engkau tidak tahu bahwa sebentar lagi aku akan menghadapi waktu amanah." Kemudian melanjutkan ucapannnya, "Shalat adalah suatu amanat Allah yang pernah ditawarkan kepada langit, bumi, dan bukit untuk memikulnya. Tetapi, mereka menolaknya dan hanya manusia yang sanggup memikulnya. Memikul amanat berarti mengabdi kepada-Nya."

Kedua, tidak sombong atau takabur dengan makhluk Allah yang lain. Takabur, menurut Imam Al Ghozali, ialah sifat orang yang merasa dirinya lebih besar daripada orang lain, serta memandang remeh orang lain. Bisa jadi, seseorang bersikap demikian karena ilmu, amal, keturunan, kekayaan, atau kecantikannya.

Ketiga, tanda orang yang diterima shalatnya ialah orang yang tidak mengulangi perbuatan maksiatnya kepada Allah SWT. Nabi bersabda; "Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegah dari kejelekan dan kemungkaran, maka shalatnya  hanya akan menjauhkan dirinya dari Allah SWT." Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda; "Nanti, pada Hari Kiamat, ada orang yang membawa shalatnya di hadapan Allah SWT. Kemudian shalatnya diterima dan dilipat-lipat seperti dilipat-lipatnya pakaian yang kotor dan usang. Lalu shalat itu dilemparkan ke wajahnya."

Keempat, orang yang diterima shalatnya ialah orang yang menyayangi orang-orang fakir miskin. Jika diterjemahkan, berarti orang yang mempunyai solidaritas sosial. Dia tidak hanya melakukan rukuk dan sujud saja, tapi juga peduli terhadap penderitaan sesamanya. Dia menyisihkan sebagian waktu dan rezekinya untuk membahagiakan orang lain