Kewajiban Kita Terhadap Anak
Sebagai prolog diungkapkan bahwa tradisi memperingati hari Ibu merupakan pelecehan terhadap si ibu itu sendiri. Seorang akhwat tugas utamanya bukan untuk menjadi pintar (memperoleh gelar Ir, dr, dan sebagainya) tetapi pertama, memahami agamanya, kedua, menjadi istri yang shalihah, ketiga, menjadi ibu pendidik anak, keempat, menjadi da'iyah bagi masyarakat.
Hak seorang ibu adalah : disyukuri oleh anak, diperlakukan ihsan oleh sang anak, dan dido'akan oleh anaknya. Namun tentu saja, sebelum si ibu itu mendapatkan haknya, maka terdapat kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan terlebih dahulu, yaitu (hal ini kelihatannya mudah, namun susah untuk dilaksanakan secara konsisten) :
1. merindukan kehadiran anak, sebelum, ketika, dan setelah hamil.
Penerapan poin pertama dimulai semenjak dari doa sebelum jima. Maknanya, niatnya dulu yang harus diperbaiki. Kadang secara tidak sadar kita tidak "menginginkan" kelahiran anak. Misalnya ketika si ibu mengandung lagi, padahal anaknya yang pertama masih kecil, atau alat kontrasepsi yang ternyata tidak bisa menahan kehamilan, dan lain sebagainya. Masalah niat juga penting bagi perkembangan si anak kelak. Contoh kasus adalah adanya seorang anak yang sangat nakal yang di-pesantren-kan, bahkan ibunya juga pakai jilbab. Tapi kenapa anaknya bisa sangat nakal seperti itu ? Ternyata, ditemukan jawaban bahwasanya dulu si bapak suka berhubungan dengan si ibu, dalam keadaan mabuk. Hal inilah yang menyebabkan "kenakalan" si anak tersebut, karena dari semula niatnya sudah tidak lurus.
2. memberikan perhatian/upaya yang maksimal terhadap kesehatan dan pendidikan.
Penerapan poin kedua ini diawali dengan menyempurnakan susuan selama 2 tahun, susuan dengan pemberian ASI. Selain itu, Rasulullah SAW juga menganjurkan pemberian madu, kurma dan susu tambahan. Beliau juga menganjurkan olahraga, terutama lari, renang dan olahraga melempar. Sedangkan tahap pendidikan bagi anak, menurut ajaran Islam dibagi menjadi dua tahap :
qobla taklif (aqil baligh) : < 7 tahun : ibu wajib memberikan informasi sebanyak-banyaknya dan memberikan contoh. Pada tahap ini wajar jika si anak banyak bertanya ;7 - 10 tahun : memerintah anak (anak akan menurut kalau jelas informasi dan contohnya) ; 10 tahun : disuruh dan dipukul, itupun untuk usaha terakhir saja, jangan di bagian muka atau bagian tubuh yang fatal, jangan menggunakan alat yang membahayakan. Pukul dengan maksud sekadar mengingatkan, demi kemaslahatannya juga.
ba'da taklif (aqil baligh), diajarkan mengenai masalah kemasyarakatan, dagang, muamalah, tanggung jawab, amanah, dan sebagainya.
3. mendo'akan maslahat (baik-baik) terhadap anak.
Ternyata "sulit" untuk mendo'akan maslahat terhadap anak, karena bisa saja kita berucap doa celaka bagi anak tanpa kita sadari. Sedangkan doa yang tidak dihijab oleh Allah adalah doa orang yang musafir, orang yang dizhalimi, dan doa celaka orang tua terhadap anaknya. Dan doa pun tidak mesti "Allahumma" saja, bisa juga berupa iming-iming hadiah, misalnya "ummi akan ngasih roti dan uang jajan asal kamu sekolah", atau berbagai motivasi lainnya seperti itu.
4. menunjukkan (izhhar) sikap sayang dan adil terhadap anak.
Contohnya adalah dengan membelai dan mencium si anak. Rasulullah pun mencium anak dan cucunya. Bahkan beliau mendudukan Fatimah r.a. di pangkuannya ketika beliau sakit menjelang ajal, tetapi beliau masih menunjukkan rasa sayang terhadap anaknya. Mudah-mudahan, kita bisa mengikuti uswah hasanah kita tersebut.
Wallahu a'lam bish shawwab.