KISAH PARA NABI
Nabi Adam as.
Ialah manusia pertama yang di.ciptakan oleh Allah SWT dari
tanah, lalu ditiupkan roh kepadanya. Adam juga dijadikan nabi dan rosul
yang pertama. Kemudian dari tulang rusuk Adam, Allah menciptakan manusia
kedua berjenis...
Ialah manusia pertama yang di.ciptakan oleh
Allah SWT dari tanah, lalu ditiupkan roh kepadanya. Adam juga dijadikan nabi
dan rosul yang pertama. Kemudian dari tulang rusuk Adam, Allah menciptakan
manusia kedua berjenis kelamin wanita untuk menemaninya. Adam memberi nama
wanita itu: Hawa, artinya orang yang kurindukan. Selanjutnya
Allah menikahkan keduanya dengan saksi para Malaikat.
Adam dan Hawa juga diizinkan menetap di surga, dan diberi kebebasan menikmati segala isiriya, kecuali memakan bu ah khuldi. Kami berfirman, "Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu didalam surga dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim." (QS. 2/Al-Baqoroh: 35) Pohon tersebut tidak dapat dipastikan, sebab Al-Qur`an dan hadits tidak menerangkannya. Ada yang menamakan pohon khuldi sebagaimana tersebut dalam surat Thoha ayat 120, tapi itu nama yang diberikan oleh setan. Zalim artinya aniaya. Orang yang zalim ialah orang yang melakukan perbuatan aniaya, yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.
Larangan memakan pohon itu dimaksudkan guna menguji sejauh mana kemampuan Adam dan Hawa menahan hawa nafsu dan ketaatan mereka kepada Allah SWT. Atas bujuk-rayu iblis yang telah bersumpah akan menyesatkan umat manusia, Adam dan Hawa melanggarnya. Itulah dosa pertama yang dilakukan oleh umat manusia.
Atas pelanggaran tersebut, Allah menjatuhkan hukuman kepada Adam dan Hawa dengan menurunkan mereka ke dunia. Dia (Allah) berfirman: ``Turunlah kamu berdua dari surga bersama- sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk-Ku itu, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka". (QS. 2Q/Thoha: 123) Adam dan Hawa diperintahkan oleh Allah SWT turun ke bumi dengan diberi petunjuk supaya mereka dan keturunannya tidak sesat.
Adam dan Hawa menyadari kesalahan yang mereka perbuat, maka mereka bertaubat. Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi." (QS. 7/Al-A`rof: 23)
Adam as. dan Hawa dikarunia empat orang anak. Keturunan mereka yang pertama lahir kembar, Qobil (lelaki) dan Iqlima (perempuan). Sesudah itu lahir pula anak kembar, Habil (lelaki) dan Labuda (perempuan). Sesudah keempat anaknya dewasa, Nabi Adam AS mendapat petunjuk dari Allah SWT agar menikahkan Qobil dengan Labuda dan Habil dengan Iqlima. Tetapi Qobil menolak pernikahan itu karena Iqlima lebih eantik dari Labuda. Lalu Adam as. menyerahkan masalah tersebut kepada Allah SWT yang menyuruh kedua putra Adam itu berkurban. Barangsiapa yang kurbannya diterima, maka dialah yang berhak menentukan jodohnya.
Untuk berkurban itu, Qobil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari yang dimilikinya, sebaliknya Habil
mengambil seekor kambing yang paling disayanginya di antara binatang peliharaannya. Maka Allah SWT menerima kurban Habil, dan dialah yang berhak menentukan jodohnya.
Qobil yang tidak puas atas kejadian itu, berkeinginan membunuh Habil. "Maka nafsu (Qobil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi." (QS. 5/Al- Ma`idah: 30)
Itulah pembunuhan pertama dalam sejarah manusia. Melihat saudaranya meninggal dunia, Qobil merasa bingung tidak tahu apa yang harus dia lakukan terhadap jenazah saudaranya. Allah SWT yang tidak in gin mayat hamba-Nya yang saleh itu tersia- sia, maka ia memberi petunjuk kepada Qobil cara memperlakukan mayat Habil. Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk diperlihatkan kepadanya (Qobil), bagaimana seharusnya dia menguburkan mayat saudaranya. Qobil berkata, "oh, celaka aku. Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Maka jadilah ia termasuk orang yang menyesal. (QS. 5/Al- Ma`idah: 31)
Adam dan Hawa juga diizinkan menetap di surga, dan diberi kebebasan menikmati segala isiriya, kecuali memakan bu ah khuldi. Kami berfirman, "Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu didalam surga dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim." (QS. 2/Al-Baqoroh: 35) Pohon tersebut tidak dapat dipastikan, sebab Al-Qur`an dan hadits tidak menerangkannya. Ada yang menamakan pohon khuldi sebagaimana tersebut dalam surat Thoha ayat 120, tapi itu nama yang diberikan oleh setan. Zalim artinya aniaya. Orang yang zalim ialah orang yang melakukan perbuatan aniaya, yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.
Larangan memakan pohon itu dimaksudkan guna menguji sejauh mana kemampuan Adam dan Hawa menahan hawa nafsu dan ketaatan mereka kepada Allah SWT. Atas bujuk-rayu iblis yang telah bersumpah akan menyesatkan umat manusia, Adam dan Hawa melanggarnya. Itulah dosa pertama yang dilakukan oleh umat manusia.
Atas pelanggaran tersebut, Allah menjatuhkan hukuman kepada Adam dan Hawa dengan menurunkan mereka ke dunia. Dia (Allah) berfirman: ``Turunlah kamu berdua dari surga bersama- sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk-Ku itu, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka". (QS. 2Q/Thoha: 123) Adam dan Hawa diperintahkan oleh Allah SWT turun ke bumi dengan diberi petunjuk supaya mereka dan keturunannya tidak sesat.
Adam dan Hawa menyadari kesalahan yang mereka perbuat, maka mereka bertaubat. Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi." (QS. 7/Al-A`rof: 23)
Adam as. dan Hawa dikarunia empat orang anak. Keturunan mereka yang pertama lahir kembar, Qobil (lelaki) dan Iqlima (perempuan). Sesudah itu lahir pula anak kembar, Habil (lelaki) dan Labuda (perempuan). Sesudah keempat anaknya dewasa, Nabi Adam AS mendapat petunjuk dari Allah SWT agar menikahkan Qobil dengan Labuda dan Habil dengan Iqlima. Tetapi Qobil menolak pernikahan itu karena Iqlima lebih eantik dari Labuda. Lalu Adam as. menyerahkan masalah tersebut kepada Allah SWT yang menyuruh kedua putra Adam itu berkurban. Barangsiapa yang kurbannya diterima, maka dialah yang berhak menentukan jodohnya.
Untuk berkurban itu, Qobil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari yang dimilikinya, sebaliknya Habil
mengambil seekor kambing yang paling disayanginya di antara binatang peliharaannya. Maka Allah SWT menerima kurban Habil, dan dialah yang berhak menentukan jodohnya.
Qobil yang tidak puas atas kejadian itu, berkeinginan membunuh Habil. "Maka nafsu (Qobil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi." (QS. 5/Al- Ma`idah: 30)
Itulah pembunuhan pertama dalam sejarah manusia. Melihat saudaranya meninggal dunia, Qobil merasa bingung tidak tahu apa yang harus dia lakukan terhadap jenazah saudaranya. Allah SWT yang tidak in gin mayat hamba-Nya yang saleh itu tersia- sia, maka ia memberi petunjuk kepada Qobil cara memperlakukan mayat Habil. Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk diperlihatkan kepadanya (Qobil), bagaimana seharusnya dia menguburkan mayat saudaranya. Qobil berkata, "oh, celaka aku. Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Maka jadilah ia termasuk orang yang menyesal. (QS. 5/Al- Ma`idah: 31)
Kisah Kematian Nabi Adam A.S
Kisah ini memberitakan kepada kita tentang saat-saat terakhir
kehidupan bapak kita Adam dan keadaannya pada saat sakaratul maut. Para
malaikat memandikannya, memberinya wangi-wangian, mengkafaninya,
Dari Uttiy bin Dhamurah As-Sa’di berkata, "Aku melihat seorang Syaikh di
Madinah sedang berbicara. Lalu aku bertanya tentangnya." Mereka
menjawab, "Itu adalah Ubay bin Ka’ab." Ubay berkata, "Ketika maut datang
menjemput Adam, dia berkata kepada anak-anaknya, ’Wahai anak-anakku,
aku ingin makan buah surga.’ Lalu anak-anaknya pergi mencari untuknya.
Mereka disambut oleh para malaikat yang telah membawa kafan Adam dan
wewangiannya. Mereka juga membawa kapak, sekop, dan cangkul.
Para Malaikat bertanya, ’Wahai anak-anak Adam, apa yang kalian cari? Atau apa yang kalian mau? Dan ke mana kalian pergi?’ Mereka menjawab, ’Bapak kami sakit, dia ingin makan buah dari surga.’ Para malaikat menjawab, ’Pulanglah, karena ketetapan untuk bapak kalian telah tiba.’ Lalu para malaikat datang. Hawa melihat dan mengenali mereka, maka dia berlindung kepada Adam. Adam berkata kepada Hawa, ’Menjauhlah dariku. Aku pernah melakukan kesalahan karenamu. Biarkan aku dengan Malaikat Tuhanku Tabaraka wa Taala.’ Lalu para malaikat mencabut nyawanya, memandikannya, mengkafaninya, memberinya wewangian, menyiapkan kuburnya dengan membuat liang lahat di kuburnya, menshalatinya. Mereka masuk ke kuburnya dan meletakkan Adam di dalamnya, lalu mereka meletakkan bata di atasnya. Kemudian mereka keluar dari kubur, mereka menimbunnya dengan batu. Lalu mereka berkata, ’Wahai Bani Adam, ini adalah sunnah kalian.’"
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Imam Ahmad dalam Zawaidul Musnad, 5/ 136.
Ibnu Katsir setelah menyebutkan hadis ini berkata, "Sanadnya shahih kepadanya." (Yakni kepada Ubay bin Ka’ab). (Al-Bidayah wan Nihayah, 1/98).
Al-Haitsami berkata, "Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad. Rawi-rawinya adalah rawi-rawi Hadis shahih, kecuali Uttiy bin Dhamurah. Dia adalah rawi tsiqah." (Majmauz Zawaid, 8/199).
Hadis ini walaupun mauquf(sanadnya tidak sampai pada Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam) pada Ubay bin Kaab, tetapi mempunyai kekuatan hadis marfu’, karena perkara seperti ini tidak membuka peluang bagi akal untuk mengakalinya.
Penjelasan Hadis
Hadis ini menceritakan tentang bapak kita, Adam, manakala maut datang menjemputnya, Adam rindu buah surga. Ini menunjukkan betapa cinta Adam kepada surga dan kerinduannya untuk kembali kepadanya. Bagaimana dia tidak rindu surga, sementara dia pernah tinggal di dalamnya, merasakan kenikmatan dan keenakannya untuk beberapa saat.
Bisa jadi keinginan Adam untuk makan buah surga merupakan tanda dekatnya ajal. Sebagian hadis menyatakan bahwa Adam mengetahui hitungan tahun-tahun umurnya. Dia mengitung umurnya yang telah berlalu. Nampaknya dia mengetahui bahwa tahun-tahun umurnya telah habis. Perpindahannya ke alam akhirat telah dekat. Dan tanpa ragu, Adam mengetahui bahwa anak-anaknya tidak mungkin memenuhi permintaannya. Mana mungkin mereka bisa menembus surga lalu memetik buahnya. Anak-anak Adam juga menyadari hal itu. Akan tetapi, karena rasa bakti mereka kepada bapak mereka, hal itulah yang mendorong mereka untuk berangkat mencari.
Belum jauh anak-anak Adam meninggalkan bapaknya mereka telah dihadang oleh beberapa malaikat yang menjelma dalam wujud orang laki-laki. Mereka telah membawa perlengkapan untuk menyiapkan orang mati. Para malaikat memperagakan apa yang dilakukan oleh kaum muslimin terhadap jenazah seperti pada hari ini. Mereka membawa kafan, wewangian, juga membawa kapak, cangkul, dan sekop yang lazim diperlukan untuk menggali kubur.
Ketika anak-anak Adam menyampaikan tujuan mereka dan apa yang mereka cari, para malaikat meminta mereka untuk pulang kepada bapak mereka, karena bapak mereka telah habis umurnya dan ditetapkan ajalnya.
Manakala para malaikat maut datang kepada Adam, Hawa mengenalinya sehingga dia berlindung kepada Adam. Sepertinya Hawa hendak membujuk Adam agar memilih hidup di dunia, karena para rasul tidak diambil nyawanya sebelum mereka diberi pilihan (antara kehidupan dunia dan akhirat-pent) sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam kepada kita. Adam tidak menggubris dan menghardiknya dengan berkata, "Menjauhlah dariku, karena aku pernah melakukan dosa karenamu." Adam mengisyaratkan rayuan Hawa untuk makan pohon yang dilarang semasa keduanya berada di Surga.
Para Malaikat mengambil ruh Adam. Mereka sendirilah yang mengurusi jenazahnya dan menguburkannya, sementara anak-anak Adam melihat mereka. Para malaikat itu memandikannya, mengkafaninya, memberinya wangi-wangian, menggali kuburnya, membuat liang lahat, menshalatinya, masuk ke kuburnya, meletakkannya di dalamnya, lalu mereka menutupnya dengan bata. Kemudian mereka keluar dari kubur dan menimbunkan tanah kepadanya. Para Malaikat mengajarkan semua itu kepada anak-anak Adam. Mereka berkata, "Wahai Bani Adam, ini adalah sunnah kalian." Yakni, cara yang Allah pilih untuk kalian dalam hal mayat kalian.
Cara ini adalah syariat umum yang berlaku untuk seluruh rasul dan semua orang beriman di bumi ini, mulai sejak saat itu sampai sekarang. Dan cara apa pun yang menyelisihinya berarti menyimpang dri petunjuk Allah, yang besar kecilnya tergantung pada kadar penyimpangannya. Barangsiapa melihat tuntunan kaum muslimin dalam urusan jenazah yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam, niscaya dia pasti melihat kesamaan antara hal itu dengan perlakuan para malaikat kepada Adam.
Sepanjang sejarah, petunjuk ini telah banyak diselisihi oleh sebagian besar umat manusia. Ada yang membakar orang mati. Ada yang membangun bangunan-bangunan megah, seperti pyramid, untuk mengubur orang mati dengan meletakkan makanan, minuman, mutiara dan perhiasan bersamanya. Ada yang meletakkan mayit di kotak batu atau kayu. Semua itu menuntut biaya yang mahal dan hanya membuang-buang energi untuk sesuatu yang tidak berguna. Dan yang paling utama, semua itu telah menyelisihi petunjuk yang Allah syariatkan kepada mayit Bani Adam.
Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis
Sumber: diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 39-43.
Para Malaikat bertanya, ’Wahai anak-anak Adam, apa yang kalian cari? Atau apa yang kalian mau? Dan ke mana kalian pergi?’ Mereka menjawab, ’Bapak kami sakit, dia ingin makan buah dari surga.’ Para malaikat menjawab, ’Pulanglah, karena ketetapan untuk bapak kalian telah tiba.’ Lalu para malaikat datang. Hawa melihat dan mengenali mereka, maka dia berlindung kepada Adam. Adam berkata kepada Hawa, ’Menjauhlah dariku. Aku pernah melakukan kesalahan karenamu. Biarkan aku dengan Malaikat Tuhanku Tabaraka wa Taala.’ Lalu para malaikat mencabut nyawanya, memandikannya, mengkafaninya, memberinya wewangian, menyiapkan kuburnya dengan membuat liang lahat di kuburnya, menshalatinya. Mereka masuk ke kuburnya dan meletakkan Adam di dalamnya, lalu mereka meletakkan bata di atasnya. Kemudian mereka keluar dari kubur, mereka menimbunnya dengan batu. Lalu mereka berkata, ’Wahai Bani Adam, ini adalah sunnah kalian.’"
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Imam Ahmad dalam Zawaidul Musnad, 5/ 136.
Ibnu Katsir setelah menyebutkan hadis ini berkata, "Sanadnya shahih kepadanya." (Yakni kepada Ubay bin Ka’ab). (Al-Bidayah wan Nihayah, 1/98).
Al-Haitsami berkata, "Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad. Rawi-rawinya adalah rawi-rawi Hadis shahih, kecuali Uttiy bin Dhamurah. Dia adalah rawi tsiqah." (Majmauz Zawaid, 8/199).
Hadis ini walaupun mauquf(sanadnya tidak sampai pada Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam) pada Ubay bin Kaab, tetapi mempunyai kekuatan hadis marfu’, karena perkara seperti ini tidak membuka peluang bagi akal untuk mengakalinya.
Penjelasan Hadis
Hadis ini menceritakan tentang bapak kita, Adam, manakala maut datang menjemputnya, Adam rindu buah surga. Ini menunjukkan betapa cinta Adam kepada surga dan kerinduannya untuk kembali kepadanya. Bagaimana dia tidak rindu surga, sementara dia pernah tinggal di dalamnya, merasakan kenikmatan dan keenakannya untuk beberapa saat.
Bisa jadi keinginan Adam untuk makan buah surga merupakan tanda dekatnya ajal. Sebagian hadis menyatakan bahwa Adam mengetahui hitungan tahun-tahun umurnya. Dia mengitung umurnya yang telah berlalu. Nampaknya dia mengetahui bahwa tahun-tahun umurnya telah habis. Perpindahannya ke alam akhirat telah dekat. Dan tanpa ragu, Adam mengetahui bahwa anak-anaknya tidak mungkin memenuhi permintaannya. Mana mungkin mereka bisa menembus surga lalu memetik buahnya. Anak-anak Adam juga menyadari hal itu. Akan tetapi, karena rasa bakti mereka kepada bapak mereka, hal itulah yang mendorong mereka untuk berangkat mencari.
Belum jauh anak-anak Adam meninggalkan bapaknya mereka telah dihadang oleh beberapa malaikat yang menjelma dalam wujud orang laki-laki. Mereka telah membawa perlengkapan untuk menyiapkan orang mati. Para malaikat memperagakan apa yang dilakukan oleh kaum muslimin terhadap jenazah seperti pada hari ini. Mereka membawa kafan, wewangian, juga membawa kapak, cangkul, dan sekop yang lazim diperlukan untuk menggali kubur.
Ketika anak-anak Adam menyampaikan tujuan mereka dan apa yang mereka cari, para malaikat meminta mereka untuk pulang kepada bapak mereka, karena bapak mereka telah habis umurnya dan ditetapkan ajalnya.
Manakala para malaikat maut datang kepada Adam, Hawa mengenalinya sehingga dia berlindung kepada Adam. Sepertinya Hawa hendak membujuk Adam agar memilih hidup di dunia, karena para rasul tidak diambil nyawanya sebelum mereka diberi pilihan (antara kehidupan dunia dan akhirat-pent) sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam kepada kita. Adam tidak menggubris dan menghardiknya dengan berkata, "Menjauhlah dariku, karena aku pernah melakukan dosa karenamu." Adam mengisyaratkan rayuan Hawa untuk makan pohon yang dilarang semasa keduanya berada di Surga.
Para Malaikat mengambil ruh Adam. Mereka sendirilah yang mengurusi jenazahnya dan menguburkannya, sementara anak-anak Adam melihat mereka. Para malaikat itu memandikannya, mengkafaninya, memberinya wangi-wangian, menggali kuburnya, membuat liang lahat, menshalatinya, masuk ke kuburnya, meletakkannya di dalamnya, lalu mereka menutupnya dengan bata. Kemudian mereka keluar dari kubur dan menimbunkan tanah kepadanya. Para Malaikat mengajarkan semua itu kepada anak-anak Adam. Mereka berkata, "Wahai Bani Adam, ini adalah sunnah kalian." Yakni, cara yang Allah pilih untuk kalian dalam hal mayat kalian.
Cara ini adalah syariat umum yang berlaku untuk seluruh rasul dan semua orang beriman di bumi ini, mulai sejak saat itu sampai sekarang. Dan cara apa pun yang menyelisihinya berarti menyimpang dri petunjuk Allah, yang besar kecilnya tergantung pada kadar penyimpangannya. Barangsiapa melihat tuntunan kaum muslimin dalam urusan jenazah yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam, niscaya dia pasti melihat kesamaan antara hal itu dengan perlakuan para malaikat kepada Adam.
Sepanjang sejarah, petunjuk ini telah banyak diselisihi oleh sebagian besar umat manusia. Ada yang membakar orang mati. Ada yang membangun bangunan-bangunan megah, seperti pyramid, untuk mengubur orang mati dengan meletakkan makanan, minuman, mutiara dan perhiasan bersamanya. Ada yang meletakkan mayit di kotak batu atau kayu. Semua itu menuntut biaya yang mahal dan hanya membuang-buang energi untuk sesuatu yang tidak berguna. Dan yang paling utama, semua itu telah menyelisihi petunjuk yang Allah syariatkan kepada mayit Bani Adam.
Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis
- Disyariatkan menyiapkan mayit dan menguburkannya seperti disebutkan di dalam hadis.
- Sunnah-sunnah terhadap mayit yang demikian itu adalah petunjuk semua rasul dalam setiap syariat mereka.
- Pengajaran malaikat kepada anak-anak Adam tentang sunnah ini dengan ucapan dan perbuatan.
- Semua cara menangani mayit selain cara yang disebutkan di dalam hadis di atas adalah penyimpangan dari manhaj dan petunjuk Allah.
- Keutamaan bapak kita Adam, di mana para malaikat mengurusi jenazahnya, menshalatkannya dan menguburkannya.
- Kemampuan para malaikat untuk menjelma menjadi manusia dan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia.
- Sudah munculnya beberapa peralatan sejak zaman manusia pertama, seperti kapak, cangkul dan sekop.
- Seseorang harus berhati-hati terhadap isterinya yang bisa menjadi penyebab penyimpangannya. Adam memakan buah karena hasutan Hawa. Dan Allah telah meminta kita agar berhati-hati terhadap sebagian isteri dan anak-anak kita, "Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah terhadap mereka." (At-Taghabun:14).
Sumber: diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 39-43.
Nabi Idris as.
Di
antara anak cucu Adam terdapat salah satu suku yang sesat. Mereka berasal dari
garis keturunan Qobil. Guna meluruskan mereka, Allah mengutus Nabi Idris as. Ia merupakan
keturunan keenam dari Nabi Adam as. Selisih waktu antara Nabi Adam as, dan nabi
Idris as. sekitar enam abad. "Dan ceritakanlah
(Muhammad) kisah Idris di dalam Kitab (Al-Qur’an). Sesungguhnya
dia seorang yang sangat mencintai kebenaran dan seorang nabi." (QS. 19/Maryam: 56)
Nabi Idris as. adalah seorang nabi yang pandai menjahit, menunggang kuda, menulis, dan mengerti ilrnu perbintangan. Menurut beberapa riwayat, Nabi Idris as. hidup di Mesir. Dakwahnya mengajak umat manusia bertauhid dan menyembah Allah SWT, mengalami kegagalan. Ia wafat pada usia 82 tahun, dan Allah SWT mengangkat beliau ke tempat yang lebih tinggi.
"Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." (QS. 19/1 Maryam: 57)
Nabi Nuh as.
Beberapa abad sepeninggal Nabi Idris as., ada lima pemuka I masyarakat yang sangat bijak dan terpandang. Mereka ialahI wadd, suwa’, yaghuts, ya’uq, dan nasar. Setelah kelima orang itu meninggal, untuk mengenang jasa-jasa mereka, masyarakait mengabadikannya dalam bentuk patung yang akhirnya dijadikan! sesembahan. Mereka berkata, "Jangan sekali-kali kamu meninggalku tuhan-tuhan kamu, dan jangan kamu tinggalkan (berhala-berhali wadd, suwa’, yaghuts, ya’ucj, dan nasar." (QS. 71/Nuh: 23)
Pada masa itulah untuk pertama kalinya manusia menyembah berhala. Guna menyelamatkan mereka dari kesesatan,Al lah SWT mengutus Nabi Nuh as. Ia adalah keturunan kesembilan dari Nabi Adam as. Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepd kaumnya, lalu dia berkata, "Wahai kaumku, sembahlah Allah, (karrn tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tiii bertakwa?" Maka berkatalah para pemuka orang kafir dari kauiinw "Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang itm menjadi orang lebih mulia dari kamu. Dan seandainya Allni menghendaki, niscaya Dia mengutus malaikat. Belum pernah km mendengar (seruan yang seperti) ini pada (masa) nenek moyangku dulu" (QS. 23/Al-Mu’minun: 23-24)
Menurut Al-Qur’an usia Nabi Nuh as. mencapai 950 tahun Ia diangkat menjadi rosul pada usia 480 tahun. Berarti sekitz 500 tahun Nabi Nuh berusaha menyadarkan kaumnya, namu boleh dibilang tidak berhasil. Dalam waktu selama itu, jumlal pengikutnya hanya antara 70 sampai 80 orang.
(Nuh as.) berdoa, "Ya Tuhanku, tolonglah aku karena meri mendustakanku," (QS. 23/Al-Mu’minun: 26) Lalu Allah SK memerintahkan Nabi Nuh dan pengikutinya membuat kapa. Setelah kapal itu jadi Allah memerintahkan agar Nabi Nuha dan pengikutnya menaiki kapal tersebut berikut hewan terna mereka dan segala macam barang yang mereka butuhka: Setelah itu Allah menenggelamkan orang-orang zalim darium:
Nabi Nuh as. dalam banjir bandang. "Ingatlah kaum Nuh, ketika mereka mendustakan rosul-rosul, lalu mereka Kami tenggelamkan dan kami jadikan mereka sebagai pengajaran kepada manusia. Dan Kami sediakan azab yang pedih bagi orang-orang zalim." (QS. 25/ATFurqon: 37)
Nabi Nuh as. dikarunia dua orang anak lelaki, ialah Sam, dan Yapis. Putra kedua nabi Nuh as termasuk yang tidak mau diajak naik ke kapal ketika banjir menenggelamkan orang-orang kafir.
Nabi Idris as. adalah seorang nabi yang pandai menjahit, menunggang kuda, menulis, dan mengerti ilrnu perbintangan. Menurut beberapa riwayat, Nabi Idris as. hidup di Mesir. Dakwahnya mengajak umat manusia bertauhid dan menyembah Allah SWT, mengalami kegagalan. Ia wafat pada usia 82 tahun, dan Allah SWT mengangkat beliau ke tempat yang lebih tinggi.
"Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." (QS. 19/1 Maryam: 57)
Nabi Nuh as.
Beberapa abad sepeninggal Nabi Idris as., ada lima pemuka I masyarakat yang sangat bijak dan terpandang. Mereka ialahI wadd, suwa’, yaghuts, ya’uq, dan nasar. Setelah kelima orang itu meninggal, untuk mengenang jasa-jasa mereka, masyarakait mengabadikannya dalam bentuk patung yang akhirnya dijadikan! sesembahan. Mereka berkata, "Jangan sekali-kali kamu meninggalku tuhan-tuhan kamu, dan jangan kamu tinggalkan (berhala-berhali wadd, suwa’, yaghuts, ya’ucj, dan nasar." (QS. 71/Nuh: 23)
Pada masa itulah untuk pertama kalinya manusia menyembah berhala. Guna menyelamatkan mereka dari kesesatan,Al lah SWT mengutus Nabi Nuh as. Ia adalah keturunan kesembilan dari Nabi Adam as. Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepd kaumnya, lalu dia berkata, "Wahai kaumku, sembahlah Allah, (karrn tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tiii bertakwa?" Maka berkatalah para pemuka orang kafir dari kauiinw "Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang itm menjadi orang lebih mulia dari kamu. Dan seandainya Allni menghendaki, niscaya Dia mengutus malaikat. Belum pernah km mendengar (seruan yang seperti) ini pada (masa) nenek moyangku dulu" (QS. 23/Al-Mu’minun: 23-24)
Menurut Al-Qur’an usia Nabi Nuh as. mencapai 950 tahun Ia diangkat menjadi rosul pada usia 480 tahun. Berarti sekitz 500 tahun Nabi Nuh berusaha menyadarkan kaumnya, namu boleh dibilang tidak berhasil. Dalam waktu selama itu, jumlal pengikutnya hanya antara 70 sampai 80 orang.
(Nuh as.) berdoa, "Ya Tuhanku, tolonglah aku karena meri mendustakanku," (QS. 23/Al-Mu’minun: 26) Lalu Allah SK memerintahkan Nabi Nuh dan pengikutinya membuat kapa. Setelah kapal itu jadi Allah memerintahkan agar Nabi Nuha dan pengikutnya menaiki kapal tersebut berikut hewan terna mereka dan segala macam barang yang mereka butuhka: Setelah itu Allah menenggelamkan orang-orang zalim darium:
Nabi Nuh as. dalam banjir bandang. "Ingatlah kaum Nuh, ketika mereka mendustakan rosul-rosul, lalu mereka Kami tenggelamkan dan kami jadikan mereka sebagai pengajaran kepada manusia. Dan Kami sediakan azab yang pedih bagi orang-orang zalim." (QS. 25/ATFurqon: 37)
Nabi Nuh as. dikarunia dua orang anak lelaki, ialah Sam, dan Yapis. Putra kedua nabi Nuh as termasuk yang tidak mau diajak naik ke kapal ketika banjir menenggelamkan orang-orang kafir.
Nabi Sulaiman as
la anak Nabi Dawud as. Satu-satunya Nabi yang menerima segala kenikmatan
dari Allah SWT secara sempurna. Pertama Nabi Sulaiman mewarisi tahta
kerajaan ayahnya. Kedua, ia bisa bicara dengan segala macam binatang.
"Dan Sulaiman
mewarisi Dawud, dan dia (Sulaiman) berkata,
"Wahai manusia,kami telah diajari
bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu.
Sungguh (semua) ini benar-benar karunia yang nyata."
Dan untuk Sulaiman dikumpulkan
bala tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka berbaris
dengan
tertib. (QS. 27/An-Naml: 16-17)Ketiga, ia memperoleh kekuasaan untuk mengendalikan angin. Allah SWT juga menundukkan jin, dan setan untuk melayaninya. Itulah sebabnya, ia dapat mengikat setan-seti kafir guna mencegah kejahatan mereka. "Dan (Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami berkahi padanya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. Dan (Kami tundukkan pula kepada Sulaiman) segolongan setan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mereka mengerjakan pekerjaan selain itu. Dan Kami yang memelihara mereka itu." (QS. 21/Al- Ambiya’: 81-82)
Suatu ketika Nabi Sulaiman diberitahu oleh burung Hud-hud, bahwa di Yaman terdapat kerajaan Saba’ yang istana dan singgahsananya sangat megah penuh permata. Namun penguasanya, Ratu Bilqis beserta rakyatnya menyembah matahari. Maka Nabi Sulaiman mengutus burung itu mengantarkan surat yang isinya mengajak Ratu Bilqis tunduk kepada Allah SWT. "Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri." (QS. 27/An-Naml: 30-31)
Surat Nabi Sulaiman berisi:
a) ajakan menyembah Allah Yang Maha Esa;Selang beberapa waktu kemudian datanglah utusan Ratu Bilqis membawa hadiah-hadiah besar, namun semua itu ditolak oleh Nabi Sulaiman. Kepada Ratu Bilqis, para utusan itu menceritakan kemegahan istana Nabi Sulaiman, dan ajakan beliau untuk menyembah Allah SWT. Mendengar penuturan para utusannya, yakinlah Ratu Bilqis bahwa Sulaiman adalah seorang Nabi. Lalu Ratu Bilqis mengajak para pejabat penting kerajaan menghadap Nabi Sulaiman untuk menyatakan keimanan mereka.
b) larangan berlaku sombong karena mempunyai pasukan yang kuat dan hebat; dan
c) memanggilnya menghadap untuk menyatakan penyerahannya kepada Allah SWT.
Mengetahui keberangkatan Ratu Bilqis ke negerinya, Nabi Sulaiman meminta kepada para stafnya untuk mengambil istana ratu Bilqis. Dia (Sulaiman) berkata, "Wahai pembesar, siapakah di antara kamu yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku menyerahkan diri?" Ifrit dari goloirgan jin berkata,"Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu. Dan sungguh aku kuat melakukannya dan dapat dipercaya." Seorang yang mempunyai ilmu dari kitab berkata, "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum mata mu berkedip." (QS. 27/An-Naml: 38-40)
Lalu Nabi Sulaiman meminta pembantunya untuk mengubah sedikit singgasana itu. Ketika Ratu Bilqis tiba, bertanyalah Nabi Sulaiman, "Beginikah istanamu?"
"Agaknya, itulah," Ratu Bilqis tercengang keheranan. Yakinlah ia bahwa Nabi Sulaiman benar-benar seorang utusan Tuhan terbukti dengan mukjizatnya itu. Maka tunduklah Ratu Bilqis kepada Nabi Sulaiman, dan sejak saat itu ia menyatakan keimanannya.
Nabi Ya`qub as.
Setelah dewasa Ya`qub ingin menikahi putri Laban tercantik,
bernama Rahil. Namun ia terpaksa dikawinkan lebih dulu dengan putri
Laban yang tertua bernama Laiah. Syariat ketika itu memang tidak
melarang seorang lelaki ...
Suatu hari tejadilah pertengkaran antara Ya`qub dan kakaknya, Al-Ish. Agar tidak berkelanjutan, atas anjuran istrinya, Nabi Ishaq mengizinkan Ya`qub pergi ke Laban, paman dari ibunya yang tinggal di Haran, Irak. Di sanalah akhirnya Ya`qub menetap.
Setelah dewasa Ya`qub ingin menikahi putri Laban tercantik, bernama Rahil. Namun ia terpaksa dikawinkan lebih dulu dengan putri Laban yang tertua bernama Laiah. Syariat ketika itu memang tidak melarang seorang lelaki menikahi dua wanita sekandung. Laiah dan Rahil, masing-masing memiliki seorang budak wanita pemberian orang-tuanya, yaitu Zulfa dan Balha. Kedua budak tersebut kemudian dihadiahkan kepada Ya`qub untuk dinikahi.
Dari keempat istrinya itu, Ya`qub dikaruniai 12 orang putra. Mereka adalah 1) Rubil, 2) Yahuda; 3) Syam`un; 4) Lawi; 5) Yusuf; 6) Benyamin; 7) Yasakho; 8) Zabulun; 9) Dana; 10) Naftali; 11) Kal; dan 12) Asyar.
Tentang Nabi Ya`qub as., Al-Qur`an menceritakan, "Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrohim, Ishaq, dan Ya`qub yang memiliki kekuatan-kekuatan yang besar dan ilmu-ilmu (yang tinggi). Sungguh Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan) akhlak yang tinggi kepadanya, yaitu selalu mengingatkan (manusia) ke negeri akhirat(QS. 38/Shod: 45-46)
Adakah kamu menyaksikan ketika Ya`qub mendekati kematian berkata kepada anak-anaknya, "Apa yang akan kamu sembah sepeninggalku? "Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek-moyangmu Ibrohim, Ismasil, dan Ishaq, (yakni) Tuhan Yang Esa dan kami hanya Islam (berserah diri) kepada-Nya."(QS.J Al-Baqoroh: 133)
Nabi Yusuf as.
(Ingatlah),
ketika Yusuf berkata
kepada ayahnya, "Wahai ayam sungguh aku bermimpi melihat sebelas bintang,
matahari dan bulan kulihat semuanya sujud kepadaku." (QS. 12/Yusuf:
4)
Yusuf teramat tampan, dan berbudi luhur. Selain itu ia da Benyamin adalah anak yatim, sehingga Nabi Ya`qub lebih menyayangi keduanya. Kasih sayang Nabi Ya`qub yang berlebihan membuat anak-anaknya yang lain iri hati. Akibatnya sepakatlah mereka membuang Yusuf ke telaga Jub yan menyerupai sumur.
Yusuf akhirnya ditemukan oleh Musafir yang singgah di sana dan diperjualbelikan di pasar budak Mesir. Lalu ia dibeli oleh seorang Raja Mesir saat itu dan dibawa pulang ke istana. Melihat tanda-tanda kemuliaan pada diri Yusuf, Raja berpesan kepada permaisurinya, Zulaiha, agar memperlakukannya sebagai keluarga sendiri meski ia dibeli di pasar budak.
Menginjak dewasa, Yusuf kian gagah dan tampan. Segala gerak-geriknya mempesona. Zulaiha, ibu angkatnya, terpikat padanya. Kasih sayangnya yang semula berupa kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya, berubah menjadi kasih sayang seorang wanita terhadap dambaan hatinya. Zulaiha pun selalu berusaha agar Yusuf bersedia melayani nafsu birahinya, namun tidak pernah berhasil.
Luapan keinginan Zulaiha mencumbu Yusuf yang tidak terpenuhi, membuatnya sangat tersiksa. Maka memohonlah Zulaiha kepada Raja agar memenjarakan Yusuf. Permintaannya dikabulkan, dan Yusuf pun tidak keberatan. Yusuf berkata, "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu-daya mereka, niscaya akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh." (QS. 12/Yusuf 33)
Suatu malam Raja bermimpi melihat 7 ekor sapi gemuk- gemuk, dimakan oleh 7 ekor sapi kurus-kurus serta melihat 7 batang gandum hijau dan 7 ekor batang gandum kering. Tidak seorang pun yang dapat menafsirkan makna mimpi tersebut, selain Yusuf.
Dia (Yusuf) berkata, "Agar kamu bercocok-tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa, kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya (disimpan), kecuali sedikit untuk kamu makan." (QS. 12/Yusuf: 47) Ayat ini mengemukakan isyarat untuk berhemat dan menyimpan yang baik untuk menghadapi masa sulit yang akan datang. "Kemudian sesudah itu akan datang tujuh (tahun) yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan." (QS. 12/Yusuf. 48) Maksudnya tujuh tahun masa amat sulit adalah kemarau panjang yang menghabiskan seluruh simpanan makanan yang ada, kecuali sedikit untuk bibit gandum.
Akhirnya Yusuf dibebaskan dari penjara. Kemudian dia diberi jabatan. Dia (raja) berkata, "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan dipercaya." Dia (Yusuf) berkata, "Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir) karena sesungguhnya aku orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan." Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri ini (Mesir), untuk tinggal di mana saja yang diakehendaki." (QS. 12/Yusuf 54-56)
Nabi Yusuf as akhirnya dapat membawa Mesir mengatasi masa-masa sulit dengan baik. Bahkan penduduk dari negeri sekitarnya saat itu, termasuk saudara-saudaranya, juga meminta bantuan bahan pangan kepadanya. Dari situlah Nabi Yusuf as. oleh Allah SWT dipertemukan kembali dengan orang-tuanya dan saudaranya sekandung, Benyamin. Dan dia (Yusuf) berkata, "Wahai ayahku, inilah takwil mimpiku yang dulu itu. Dan Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sungguh Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskanku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dan saudara-saudaraku." (QS. Yl/Yusuf 100)
Yusuf teramat tampan, dan berbudi luhur. Selain itu ia da Benyamin adalah anak yatim, sehingga Nabi Ya`qub lebih menyayangi keduanya. Kasih sayang Nabi Ya`qub yang berlebihan membuat anak-anaknya yang lain iri hati. Akibatnya sepakatlah mereka membuang Yusuf ke telaga Jub yan menyerupai sumur.
Yusuf akhirnya ditemukan oleh Musafir yang singgah di sana dan diperjualbelikan di pasar budak Mesir. Lalu ia dibeli oleh seorang Raja Mesir saat itu dan dibawa pulang ke istana. Melihat tanda-tanda kemuliaan pada diri Yusuf, Raja berpesan kepada permaisurinya, Zulaiha, agar memperlakukannya sebagai keluarga sendiri meski ia dibeli di pasar budak.
Menginjak dewasa, Yusuf kian gagah dan tampan. Segala gerak-geriknya mempesona. Zulaiha, ibu angkatnya, terpikat padanya. Kasih sayangnya yang semula berupa kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya, berubah menjadi kasih sayang seorang wanita terhadap dambaan hatinya. Zulaiha pun selalu berusaha agar Yusuf bersedia melayani nafsu birahinya, namun tidak pernah berhasil.
Luapan keinginan Zulaiha mencumbu Yusuf yang tidak terpenuhi, membuatnya sangat tersiksa. Maka memohonlah Zulaiha kepada Raja agar memenjarakan Yusuf. Permintaannya dikabulkan, dan Yusuf pun tidak keberatan. Yusuf berkata, "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu-daya mereka, niscaya akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh." (QS. 12/Yusuf 33)
Suatu malam Raja bermimpi melihat 7 ekor sapi gemuk- gemuk, dimakan oleh 7 ekor sapi kurus-kurus serta melihat 7 batang gandum hijau dan 7 ekor batang gandum kering. Tidak seorang pun yang dapat menafsirkan makna mimpi tersebut, selain Yusuf.
Dia (Yusuf) berkata, "Agar kamu bercocok-tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa, kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya (disimpan), kecuali sedikit untuk kamu makan." (QS. 12/Yusuf: 47) Ayat ini mengemukakan isyarat untuk berhemat dan menyimpan yang baik untuk menghadapi masa sulit yang akan datang. "Kemudian sesudah itu akan datang tujuh (tahun) yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan." (QS. 12/Yusuf. 48) Maksudnya tujuh tahun masa amat sulit adalah kemarau panjang yang menghabiskan seluruh simpanan makanan yang ada, kecuali sedikit untuk bibit gandum.
Akhirnya Yusuf dibebaskan dari penjara. Kemudian dia diberi jabatan. Dia (raja) berkata, "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan dipercaya." Dia (Yusuf) berkata, "Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir) karena sesungguhnya aku orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan." Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri ini (Mesir), untuk tinggal di mana saja yang diakehendaki." (QS. 12/Yusuf 54-56)
Nabi Yusuf as akhirnya dapat membawa Mesir mengatasi masa-masa sulit dengan baik. Bahkan penduduk dari negeri sekitarnya saat itu, termasuk saudara-saudaranya, juga meminta bantuan bahan pangan kepadanya. Dari situlah Nabi Yusuf as. oleh Allah SWT dipertemukan kembali dengan orang-tuanya dan saudaranya sekandung, Benyamin. Dan dia (Yusuf) berkata, "Wahai ayahku, inilah takwil mimpiku yang dulu itu. Dan Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sungguh Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskanku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dan saudara-saudaraku." (QS. Yl/Yusuf 100)
Nabi Syu`aib as.
Penduduk Madyan yang rata-rata pedagang, selain kafir juga
sangat curang dalam mu`amalat. Mereka tidak segan-segan mengurangi
timbangan dalam menjual barang. Tapi Nabi Syu`aib tidak mampu mengubah
keadaan ini sepenuhnya.
Nabi Syu`aib as.
Ia salah seorang Nabi dari bangsa Arab, terkenal sebagai juru pidato di antara para nabi, karena kebolehan dan kefasihannya dalam berdakwah, Allah mengutusnya untuk membimbing penduduk Madyan, sebuah desa di daerah Ma`an, di pelosok negeri Syam.
Penduduk Madyan yang rata-rata pedagang, selain kafir juga sangat curang dalam mu`amalat. Mereka tidak segan-segan mengurangi timbangan dalam menjual barang. Tapi Nabi Syu`aib tidak mampu mengubah keadaan ini sepenuhnya. Selain tidak mau mendengar ajarannya, orang-orang kafir juga mengancam sesamanya apabila mengikuti Nabi Syu`aib. Nabi Syu`aib sendiri tidak lepas dari ancaman kejahatan mereka.
Allah SWT tidak pernah membiarkan orang-orang beriman dalam kesulitan. Maka diselamatkanlah Nabi Syu`aib dari para pengikutnya. Kemudian Allah SWT mengazab penduduk kafir Madyan. "Maka ketika ke-putusan Kami datang, Kami selamatkan Syu`aib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Sedang orang yang zalim dibinasakan oleh suara yang mengguntur, sehingga mereka mati bergelimpangan di rumahnya." (QS.ll/Hud: 94)
Nabi Ayyub as.
Ia seorang yang kaya raya. Tanah, ternak, dan keturunannya teramat banyak. Walaupun begitu Nabi Ayyub luar biasa takwa kepada Allah SWT sampai para Malaikat sepakat menggelarinya sebagai manusia terbaik pada zamannya.
Karena Allah SWT menghendaki Nabi Ayyub lebih suci agar dapat dijadikan contoh ketaatan oleh umat manusia, maka Iblis diizinkan merampas semua harta kekayaan Ayyub. Secara berangsur-angsur habislah kekayaan Ayyub. Namun beliau hanya berkata: "Wajarlah Allah mengambil kekayaanku, karena semua itu, milik-Nya."
Atas izin Allah, Iblis kemudian memusnahkan seluruh keturunan Nabi Ayyub, namun beliau tetap bersabar. "Sudah sepantasnyalah Allah SWT mematikan, karena Dialah yang menghidupkan." Terakhir kali iblis menebarkan berbagai macam penyakit ke tubuh Nabi Ayyub hingga ia lumpuh dan hanya terkapar di pembaringan. Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana." (Allah berfirman), "Hentakkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum." (QS. 38/ Shod: 41-42)
Maka memancarlah air dari tempat Nabi Ayyub menghentakkan kakinya. Lalu beliau mandi dengan air itu dan meminumnya. Sembuhlah penyakit yang dideritanya. Kemudian Allah SWT juga mengganti semua miliknya yang telah musnah.
"Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami lipat-gandakan jumlah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat." (QS. 38/Shod: 43)
Melihat kesabaran Nabi Ayyub yang luar biasa, Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dia sebaik-baik hamba. Sungguh dia sangat taat (kepada Allah)." (QS. 38/Shod: 44)
Nabi Zulkifli as
Al-Qur`an tidak banyak mengisahkan riwayat Nabi Zulkifli, dan kepada siapa ia diutus. Ahli tarikh hanya menyebutkan, bahwa beliau putra Ayyub. Allah SWT menamakan Zulkifli, karena ia selalu melaksanakan beberapa perbuatan baik yang dibebankan kepadanya. "Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Zulkifli, mereka termasuk orang-orang yang sabar. Dan Kami masukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sungguh mereka termasuk orang-or- mg yang saleh." (QS. 21/Al-Anbiya`: 85-86) Dan ingatlah Ismail, Ilyasa, dan Zulkifli. Sem uanya termasuk orang-orang yang paling baik. (QS. 38/Shod: 48)
Ia salah seorang Nabi dari bangsa Arab, terkenal sebagai juru pidato di antara para nabi, karena kebolehan dan kefasihannya dalam berdakwah, Allah mengutusnya untuk membimbing penduduk Madyan, sebuah desa di daerah Ma`an, di pelosok negeri Syam.
Penduduk Madyan yang rata-rata pedagang, selain kafir juga sangat curang dalam mu`amalat. Mereka tidak segan-segan mengurangi timbangan dalam menjual barang. Tapi Nabi Syu`aib tidak mampu mengubah keadaan ini sepenuhnya. Selain tidak mau mendengar ajarannya, orang-orang kafir juga mengancam sesamanya apabila mengikuti Nabi Syu`aib. Nabi Syu`aib sendiri tidak lepas dari ancaman kejahatan mereka.
Allah SWT tidak pernah membiarkan orang-orang beriman dalam kesulitan. Maka diselamatkanlah Nabi Syu`aib dari para pengikutnya. Kemudian Allah SWT mengazab penduduk kafir Madyan. "Maka ketika ke-putusan Kami datang, Kami selamatkan Syu`aib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Sedang orang yang zalim dibinasakan oleh suara yang mengguntur, sehingga mereka mati bergelimpangan di rumahnya." (QS.ll/Hud: 94)
Nabi Ayyub as.
Ia seorang yang kaya raya. Tanah, ternak, dan keturunannya teramat banyak. Walaupun begitu Nabi Ayyub luar biasa takwa kepada Allah SWT sampai para Malaikat sepakat menggelarinya sebagai manusia terbaik pada zamannya.
Karena Allah SWT menghendaki Nabi Ayyub lebih suci agar dapat dijadikan contoh ketaatan oleh umat manusia, maka Iblis diizinkan merampas semua harta kekayaan Ayyub. Secara berangsur-angsur habislah kekayaan Ayyub. Namun beliau hanya berkata: "Wajarlah Allah mengambil kekayaanku, karena semua itu, milik-Nya."
Atas izin Allah, Iblis kemudian memusnahkan seluruh keturunan Nabi Ayyub, namun beliau tetap bersabar. "Sudah sepantasnyalah Allah SWT mematikan, karena Dialah yang menghidupkan." Terakhir kali iblis menebarkan berbagai macam penyakit ke tubuh Nabi Ayyub hingga ia lumpuh dan hanya terkapar di pembaringan. Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana." (Allah berfirman), "Hentakkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum." (QS. 38/ Shod: 41-42)
Maka memancarlah air dari tempat Nabi Ayyub menghentakkan kakinya. Lalu beliau mandi dengan air itu dan meminumnya. Sembuhlah penyakit yang dideritanya. Kemudian Allah SWT juga mengganti semua miliknya yang telah musnah.
"Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami lipat-gandakan jumlah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat." (QS. 38/Shod: 43)
Melihat kesabaran Nabi Ayyub yang luar biasa, Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dia sebaik-baik hamba. Sungguh dia sangat taat (kepada Allah)." (QS. 38/Shod: 44)
Nabi Zulkifli as
Al-Qur`an tidak banyak mengisahkan riwayat Nabi Zulkifli, dan kepada siapa ia diutus. Ahli tarikh hanya menyebutkan, bahwa beliau putra Ayyub. Allah SWT menamakan Zulkifli, karena ia selalu melaksanakan beberapa perbuatan baik yang dibebankan kepadanya. "Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Zulkifli, mereka termasuk orang-orang yang sabar. Dan Kami masukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sungguh mereka termasuk orang-or- mg yang saleh." (QS. 21/Al-Anbiya`: 85-86) Dan ingatlah Ismail, Ilyasa, dan Zulkifli. Sem uanya termasuk orang-orang yang paling baik. (QS. 38/Shod: 48)
Nabi Musa as, dan Nabi Harun as.
Fir`aun,
Raja Mesir saat itu bermimpi kerajaan dan rakyatnya habis dilalap api,
sedang Bangsa Israil sebagai pendatang masih utuh. Ahli nujum kerajaan
menafsirkan, akan lahir seorang anak
lelaki keturunan Israil yang akan menghancurkan kekuasaannya, Mendengar
ramalan
itu Fir`aun memerintahkan pasukannya membunuh setiap bayi lelaki yang
lahir
dari keturunan Bangsa Israil. Karena itu Yakabad, istri Imron yang
keturunan
Israil terpaksa menghanyutkan bayi lelaki yang baru dilahirkannya dalam
sebuah
peti di sungai Nil.
Atas kehendak Allah SWT bayi tersebut terdampar di dekat taman istana dan ditemukan Asyiah, istri Fir`aun. Melihat ketampanannya, Asyiah meminta kepada suaminya untuk mengangkatnya sebagai anak, sebab mereka belum dikaruniai anak. Fir`aun mengabulkan, dan bayi itu diberi nama Musa.
Setelah Musa dewasa, Allah SWT mengangkatnya sebagai rosul. Lalu memberinya mukjizat berupa tongkat yang bisa berubah menjadi ular raksasa. Tongkat itu pun bisa membelah laut. Kemudian ia diperintahkan menyadarkan Fir`aun yang men-Tuhan-kan dirinya. Untuk tugas berat ini, Allah SWT mengangkat Harun, saudara Musa ini menjadi Nabi guna membantunya.
Dakwah Nabi Musa dan Nabi Harun tidak berhasil] meluruskan akidah Fir`aun, meski mendapat banyak pengikut Melihat kenyataan itu Fir`aun takut kehilangan wibawanva Maka dia memimpin langsung bala tentaranya mengejar Nabi Musa dan Harun serta pengikut mereka yang diam-diam berangkat hijrah ke Palestina guna menghindari kekejaman j Fir`aun.
Semula jarak antara pasukan Fir`aun dan rombongan Nabi Musa sangat jauh, namun mereka berhasil hampir mengejarnya. Akhirnya rombongan Nabi Musa terhadang oleh lautan luas. Saat itu Allah memerintahkan Nabi Musa memukulkan tongkatnya pada laut, maka terbentanglah jalan penyeberangan.
Setelah rombongan Nabi Musa sampai di seberang laut sedangkan pasukan Fir`aun masih di tengah jalan penyeberangan, Allah memerintahkan Nabi Musa memukulkan tongkatnya kembali. Maka jalan penyeberangan itu berubah menjadi laut seperti keadaannya semula. Musnahlah Fir`aun bersama pasukannya ditelan gelombang lautan.
Berikut di antara ayat Al-Qur`an yang menceritakan tentang Nabi Musa as. dan Harun as. Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung." (QS. 4/An-Nisa`: 164) Allah berfirman langsung dengan Musa as. merupakan keistimewaan Nabi Musa as. Karenanya ia disebut "Kalimullah". Sedangkan para rosul lainnya mendapat wahyu dari Allah melalui Malaikat Jibril as. Nabi Muhammad saw. pernah berbicara secara langsung dengan Allah pada malam hari waktu mi`roj.
"Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Musa di dalam Kitab (Al- Qur`an). Dia benar-benar orang yang terpilih, seorang rosul dan nabi. Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung (Sinai) dan Kami dekatkan dia untuk bercakap-cakap. Dan Kami telah menganugerahkan sebagian rahmat Kami kepadanya, yaitu (bahwa) saudaranya, Harun, menjadi seorang nabi." (QS. 19/Maryam: 51) Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan pembicaraan yang terang (langsung)."
Atas kehendak Allah SWT bayi tersebut terdampar di dekat taman istana dan ditemukan Asyiah, istri Fir`aun. Melihat ketampanannya, Asyiah meminta kepada suaminya untuk mengangkatnya sebagai anak, sebab mereka belum dikaruniai anak. Fir`aun mengabulkan, dan bayi itu diberi nama Musa.
Setelah Musa dewasa, Allah SWT mengangkatnya sebagai rosul. Lalu memberinya mukjizat berupa tongkat yang bisa berubah menjadi ular raksasa. Tongkat itu pun bisa membelah laut. Kemudian ia diperintahkan menyadarkan Fir`aun yang men-Tuhan-kan dirinya. Untuk tugas berat ini, Allah SWT mengangkat Harun, saudara Musa ini menjadi Nabi guna membantunya.
Dakwah Nabi Musa dan Nabi Harun tidak berhasil] meluruskan akidah Fir`aun, meski mendapat banyak pengikut Melihat kenyataan itu Fir`aun takut kehilangan wibawanva Maka dia memimpin langsung bala tentaranya mengejar Nabi Musa dan Harun serta pengikut mereka yang diam-diam berangkat hijrah ke Palestina guna menghindari kekejaman j Fir`aun.
Semula jarak antara pasukan Fir`aun dan rombongan Nabi Musa sangat jauh, namun mereka berhasil hampir mengejarnya. Akhirnya rombongan Nabi Musa terhadang oleh lautan luas. Saat itu Allah memerintahkan Nabi Musa memukulkan tongkatnya pada laut, maka terbentanglah jalan penyeberangan.
Setelah rombongan Nabi Musa sampai di seberang laut sedangkan pasukan Fir`aun masih di tengah jalan penyeberangan, Allah memerintahkan Nabi Musa memukulkan tongkatnya kembali. Maka jalan penyeberangan itu berubah menjadi laut seperti keadaannya semula. Musnahlah Fir`aun bersama pasukannya ditelan gelombang lautan.
Berikut di antara ayat Al-Qur`an yang menceritakan tentang Nabi Musa as. dan Harun as. Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung." (QS. 4/An-Nisa`: 164) Allah berfirman langsung dengan Musa as. merupakan keistimewaan Nabi Musa as. Karenanya ia disebut "Kalimullah". Sedangkan para rosul lainnya mendapat wahyu dari Allah melalui Malaikat Jibril as. Nabi Muhammad saw. pernah berbicara secara langsung dengan Allah pada malam hari waktu mi`roj.
"Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Musa di dalam Kitab (Al- Qur`an). Dia benar-benar orang yang terpilih, seorang rosul dan nabi. Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung (Sinai) dan Kami dekatkan dia untuk bercakap-cakap. Dan Kami telah menganugerahkan sebagian rahmat Kami kepadanya, yaitu (bahwa) saudaranya, Harun, menjadi seorang nabi." (QS. 19/Maryam: 51) Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan pembicaraan yang terang (langsung)."
Nabi Ilyas as.
Ia
diutus Allah SWT memperbaiki akidah salah satu suku dari Bani Israil
yang mendiami sebuah kota Ba`labak. Mereka ini menyembah berhala bernama
Ba`i. Namun,
betapa pun gigih Nabi Ilyas berdakwah, kaumnya tidak mau
mendengarkannya.
Dan sungguh, Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rosul. (Ingatlah) ketika dia berkata kepada kaumnya, "Mengapa kamu tidak bertakwa? Patutkah kamu menyembah Ba`i? Dan kamu tinggalkan (Allah) sebaik-sebaik pencipta, (yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yang terdahulu?" Tetapi mereka mendustakannya (Ilyas), maka sungguh, mereka akan diseret (ke neraka), kecuali hamba-hamba Allah yang disucikan (dari dosa). Dan kami abadikan untuk Ilyas (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, "selamat sejahtera bagi Ilyas". (QS. 37/Ash-Shoffat: 123-130)
Nabi Ilyasa as
Ia putra dari paman Nabi Ilyas. Melaksanakan Dakwah setelah Nabi Ilyas pulang ke Rahmatullah. Karenanya dalam berdakwah ia berpegang pada syari`at dan metode Nabi Ilyas, Al-Qur`an tidak menguraikan panjang lebar tentang Nabi Ilyasa. Hanya diberitakan, Dan Ismail, Ilyasa, Yunus dan Luth, masing- masing Kami lebihkan (derajatnya) di atas manusia lain (pada masanya). (dan Kami lebihkan pula derajat) sebagian dari nenek moyang mereka, keturunan mereka dan saudara-saudara mereka. Kami telah memilih mereka (menjadi nabi dan rosul) dan mereka Kami beri pentunjuk ke jalan yang lurus" (QS. 6/Al-An`am: 86)
Nabi Yunus as.
Ia diutus oleh Allah SWT menyampaikan kebenaran kepada penduduk kota Niwana yang terkenal sangat makmur. Karena dakwahnya tidak membawa hasil, akhirnya Nabi Yunus pergi meninggalkan mereka dengan marah. Kemudian ia ikut berlayar pada sebuah kapal. Kepergian Nabi Yunus tanpa seizin Allah itu membuat kapal yang ditumpanginya diombang-ambingkan gelombang.
Para awak kapal dan nelayan di kapal itu yakin, ada orang berdosa beserta mereka. Untuk mengetahui siapa yang berdosa maka diadakanlah undian dengan ketentuan yang namanya keluar akan dibuang ke laut. Secara kebetulan Nama Nabi Yunus yang keluar. Mereka semua tidak percaya, karena ia seorang Nabi. Untuk itu diulanglah undian sampai tiga kali, namun yang keluar tetap nama Nabi Yunus. Maka Nabi Yunus dibuang ke laut, dan ditelan ikan hiu.
Dalam perut ikan Hiu itulah Nabi Yunus bersujud dan i`tikaf, memohon ampun kepada Allah. Beberapa hari kemudian, ia dikeluarkan Allah SWT dari perut ikan Hiu dalam keadaan sakit. Setelah sembuh, kembalilah ia berdakwah kepada kaumnya. Atas kehendak Allah, berimanlah semua kaum Nabi Yunus yang berjumlah sekitar seratus ribu orang. "Dan (ingatlah kisah) Zunnun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah. Lalu dia mengira bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam suasana yang sangat gelap (maksudnya di dalam perut ikan), "Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim." Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang- orang yang beriman. (QS. 21 /Al-Anbiya`: 87)
Dan sungguh, Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rosul. (Ingatlah) ketika dia berkata kepada kaumnya, "Mengapa kamu tidak bertakwa? Patutkah kamu menyembah Ba`i? Dan kamu tinggalkan (Allah) sebaik-sebaik pencipta, (yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yang terdahulu?" Tetapi mereka mendustakannya (Ilyas), maka sungguh, mereka akan diseret (ke neraka), kecuali hamba-hamba Allah yang disucikan (dari dosa). Dan kami abadikan untuk Ilyas (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, "selamat sejahtera bagi Ilyas". (QS. 37/Ash-Shoffat: 123-130)
Nabi Ilyasa as
Ia putra dari paman Nabi Ilyas. Melaksanakan Dakwah setelah Nabi Ilyas pulang ke Rahmatullah. Karenanya dalam berdakwah ia berpegang pada syari`at dan metode Nabi Ilyas, Al-Qur`an tidak menguraikan panjang lebar tentang Nabi Ilyasa. Hanya diberitakan, Dan Ismail, Ilyasa, Yunus dan Luth, masing- masing Kami lebihkan (derajatnya) di atas manusia lain (pada masanya). (dan Kami lebihkan pula derajat) sebagian dari nenek moyang mereka, keturunan mereka dan saudara-saudara mereka. Kami telah memilih mereka (menjadi nabi dan rosul) dan mereka Kami beri pentunjuk ke jalan yang lurus" (QS. 6/Al-An`am: 86)
Nabi Yunus as.
Ia diutus oleh Allah SWT menyampaikan kebenaran kepada penduduk kota Niwana yang terkenal sangat makmur. Karena dakwahnya tidak membawa hasil, akhirnya Nabi Yunus pergi meninggalkan mereka dengan marah. Kemudian ia ikut berlayar pada sebuah kapal. Kepergian Nabi Yunus tanpa seizin Allah itu membuat kapal yang ditumpanginya diombang-ambingkan gelombang.
Para awak kapal dan nelayan di kapal itu yakin, ada orang berdosa beserta mereka. Untuk mengetahui siapa yang berdosa maka diadakanlah undian dengan ketentuan yang namanya keluar akan dibuang ke laut. Secara kebetulan Nama Nabi Yunus yang keluar. Mereka semua tidak percaya, karena ia seorang Nabi. Untuk itu diulanglah undian sampai tiga kali, namun yang keluar tetap nama Nabi Yunus. Maka Nabi Yunus dibuang ke laut, dan ditelan ikan hiu.
Dalam perut ikan Hiu itulah Nabi Yunus bersujud dan i`tikaf, memohon ampun kepada Allah. Beberapa hari kemudian, ia dikeluarkan Allah SWT dari perut ikan Hiu dalam keadaan sakit. Setelah sembuh, kembalilah ia berdakwah kepada kaumnya. Atas kehendak Allah, berimanlah semua kaum Nabi Yunus yang berjumlah sekitar seratus ribu orang. "Dan (ingatlah kisah) Zunnun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah. Lalu dia mengira bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam suasana yang sangat gelap (maksudnya di dalam perut ikan), "Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim." Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang- orang yang beriman. (QS. 21 /Al-Anbiya`: 87)
Nabi Zakaria as., dan Nabi Yahya as.
Nabi Zakaria as. mengabdikan hidupnya untuk berdakwah dan memelihara heikal (yang disucikan) di
Baitul Maqdis. Salah satu keinginan yang selalu mengganggunya, adalah
kapankah akan dikaruniai seorang
putra untuk melanjutkan dakwah sepeninggalnya nanti? Semakin bertambah usia
Nabi Zakaria, semakin tipislah harapannya untuk memperoleh
keturunan. Tapi ia percaya, jika Allah SWT menghendaki, sekalipun istrinya
tetap mandul ia akan memperoleh anak jua.
Suatu ketika Nabi Zakaria masuk ke dalam mihrob (tempat sholat) menemui keponakannya, Maryam yang sedang beribadah. Beliau memandang heran makanan, minuman, serta buah-buahan yang lezat terhidang di meja keponakannya. Sebab sepengetahuannya, Maryam sepanjang waktu bersujud kepada Allah SWT. Maka bertanyalah ia, "Dari mana engkau mendapatkan rezeki ini?"
"Allah SWT," jawab Maryam. "Dia memberi rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki."
Setelah melihat tanda-tanda kebesaran Allah SWT ditampakkan kepada Maryam, maka Nabi Zakaria mohon kepada-Nya agar dianugerahi keturunan. Dan (ingatlah kisah) Zakaria ketika dia berdoa kepada Tuhannya, "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan), dan Engkaulah ahli waris terbaik". Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami, anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (mengandung). Sungguh mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami." (QS. 21 /Al-Anbiya`: 89-90)
Kehendak Allah SWT terbukti. Tidak seberapa lama, istri Nabi Zakaria hamil. Setelah cukup usia kehamilannya, lahirlah seorang putra dan diberi nama Yahya. Allah memberkahinya dengan menjadikannya seorang Nabi yang dijauhkan dari nafsu kemaksiatan dan menjadi pemimpin yang dihormati kaumnya.
Mengenai Nabi Yahya as., Al-Qur`an mengutarakan, (Alim berfirman), "Wahai Yahya, ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurot) itu dengan sungguh-sungguh." Dan Kami berikan hikmah (pemahaman Taurot dan pendalaman agama) kepadanya selagi dia masa kanak-kanak dan (Kami jadikan) rasa kasih-sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dari dosa). Dan dia pun seorang yang bertakwa dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong, (bukan pula) orang yang durhaka." (QS. 19 /Mary am: 12-1 14)
Nabi Isa Al-Masih as.
Atas kehendak Allah SWT, bayi itu menjawabnya. Dia (Isa)
berkata. "Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia memberiku Kitab (Injil), dan
Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang
diberkahi di mana saja....
Satu ketakutan yang menghantui Maryam kala itu, adalah bagaimana ia menyembunyikan kenyataan tersebut dari tuduhan yang bukan-bukan. Maka bersembunyilah ia di sebuah tempat terpencil yang tidak diketahui oleh manusia lainnya. Baru setelah melahirkan ia membawa bayinya, Isa Al-Masih ke tengah-tengah masyarakat. Sesuai petunjuk Jibril, Maryam hanya bungkam setiap ada orang yang menanyakan siapakah ayah si bayi dan hanya memberi isyarat agar orang-orang itu bertanya kepada bayinya. Tentu saja orang-orang semakin marah atas jawabannya. "Bagaimana mungkin, seorang bayi dapat bicara?"
Atas kehendak Allah SWT, bayi itu menjawabnya. Dia (Isa) berkata. "Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia memberiku Kitab (Injil), dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada. Dan Dia memerintahkan kepadaku sholat dan zakat selama aku hidup, dan berbuat baik kepada ibuku. Dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka" (QS. 19 /Maryam: 30-32)
Sekitar usia 30 tahun, Isa as diangkat menjadi Nabi. Mukjizat yang diperolehnya dari Allah SWT, antara lain, bisa menyembuhkan orang buta sejak lahir, dan mampu menghidupkan orang mati. "Dan Kami berikan kepada Isa putra Maryam beberapa mu’jizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus." (QS. 2/Al- Bacjoroh: 253) Namun bukti-bukti kebenarannya bahwa ia seorang Nabi mendapat tantangan keras dari pemuka-pemuka Yahudi. Bahkan mereka mempengaruhi penduduk Roma, bahwa dakwah Isa meremehkan Kaisar, dan berusaha menghancurkan kerajaan. Akhirnya hakim-hakim di Roma memerintahkan menangkap dan mennghukum Isa di tiang salib.
Sejak itu tentara Roma dikerahkan untuk menangkap Isa as Ditengah pengejaran yang dilakukan, Allah SWT menghadirkan seseorang yang menyerupai Isa. Maka ditangkaplah orang itu dan dihukum salib. Sedangkan Isa as diselamatkan oleh Allah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan bahwa Isa selalu dianugerahi keselamatan.
Nabi Ibrohim as.
Nabi Ibrohim as.
Ia lahir di Babylonia (bagian selatan Mesopotamia,sekarang Irak) pada masa pemerintahan Namrud bin Kan’an bin Kusy, seorang raja yang menyatakan diri sebagai Tuhan. Bapak Nabi Ibrohim as. bernama Azar, seorang pembuat patung untuk sesembahan. Pada masa itu kaumnya memang menyembah patung.
Ketika Nabi Ibrohim as. menginjak dewasa, Allah SWT meresapkan wahyu ke kalbunya. Mulailah terbuka pikirannya, bahwa hanya Allah-lah Tuhan seru sekalian alam yang patut disembah. Sejak itu ia berusaha meluruskan akidah orang-tua dan kaumnya. Dia (Ibrohim) berkata kepada ayahnya dan kaumnya, "Apakah yang kamu sembah ?" Mereka menjawab, "Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa telcun menyembahnya." Dia (Ibrohim) berkata, "Apakah mereka mendengarmu ketika kamu berdoa kepadanya? Atau (dapatkah) mereka memberi manfaat atau mencelakakan kamu?" Mereka menjawab, "Tidak, tetapi kami dapati nenek moyang kami berbuat begitu." (QS. 26/Asy-Syuaro: 70- 74)
Setelah ajakannya tidak didengar, pergilah Nabi Ibrohim as. ke tempat pemujaan dan menghancurkan semua berhala yang ada. Atas perbuatannya itu, Nabi Ibrohim as. dikenakan hukuman bakar hidup-hidup oleh Raja Namrud bin Kan’an bin Kusy, penguasa negeri Babilon saat itu. Atas kehendak Allah SWT, Nabi Ibrohim tidak terbakar api, beliau malah keluar dari tumpukan abu sisa pembakaran dalam keadaan kedinginan.
(Ingatlah) tatkala Ibrohim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrohim melaksanakannya dengan baik. (QS. 2/Al-Baqoroh. 124) Ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Ibrohim as., cukup banyak dan beragam. Beberapa di antaranya yang terasa sangat berat adalah menghadapi kekafiran bapaknya sendiri, dan raja Namrud, kemudian turunnya perintah menyembelih anaknya sendiri, Ismail. Sekalipun itu hanya sebagai peristiwa disyariatkannya berkurban.
Ketaatan Nabi Ibrohim as. yang luar biasa menjadikannya hamba yang terpilih. Tidak ada orang yang membenci agama Ibrohim melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Dan sungguh Kami telah memilihnya*) di dunia, dan sesungguhnya di akhirat kelak dia termasuk orang-orang yang saleh. (QS. 2/Al-Baqoroh: 130) Yang dimaksud "Kami telah memilihnya" adalah Allah SWT menjadikan Ibrohim as. memiliki banyak kelebihan, antara lain: ia menjadi imam, rosul, beberapa keturunannya menjadi nabi, dan mendapat gelar kholilullah
Ia lahir di Babylonia (bagian selatan Mesopotamia,sekarang Irak) pada masa pemerintahan Namrud bin Kan’an bin Kusy, seorang raja yang menyatakan diri sebagai Tuhan. Bapak Nabi Ibrohim as. bernama Azar, seorang pembuat patung untuk sesembahan. Pada masa itu kaumnya memang menyembah patung.
Ketika Nabi Ibrohim as. menginjak dewasa, Allah SWT meresapkan wahyu ke kalbunya. Mulailah terbuka pikirannya, bahwa hanya Allah-lah Tuhan seru sekalian alam yang patut disembah. Sejak itu ia berusaha meluruskan akidah orang-tua dan kaumnya. Dia (Ibrohim) berkata kepada ayahnya dan kaumnya, "Apakah yang kamu sembah ?" Mereka menjawab, "Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa telcun menyembahnya." Dia (Ibrohim) berkata, "Apakah mereka mendengarmu ketika kamu berdoa kepadanya? Atau (dapatkah) mereka memberi manfaat atau mencelakakan kamu?" Mereka menjawab, "Tidak, tetapi kami dapati nenek moyang kami berbuat begitu." (QS. 26/Asy-Syuaro: 70- 74)
Setelah ajakannya tidak didengar, pergilah Nabi Ibrohim as. ke tempat pemujaan dan menghancurkan semua berhala yang ada. Atas perbuatannya itu, Nabi Ibrohim as. dikenakan hukuman bakar hidup-hidup oleh Raja Namrud bin Kan’an bin Kusy, penguasa negeri Babilon saat itu. Atas kehendak Allah SWT, Nabi Ibrohim tidak terbakar api, beliau malah keluar dari tumpukan abu sisa pembakaran dalam keadaan kedinginan.
(Ingatlah) tatkala Ibrohim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrohim melaksanakannya dengan baik. (QS. 2/Al-Baqoroh. 124) Ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Ibrohim as., cukup banyak dan beragam. Beberapa di antaranya yang terasa sangat berat adalah menghadapi kekafiran bapaknya sendiri, dan raja Namrud, kemudian turunnya perintah menyembelih anaknya sendiri, Ismail. Sekalipun itu hanya sebagai peristiwa disyariatkannya berkurban.
Ketaatan Nabi Ibrohim as. yang luar biasa menjadikannya hamba yang terpilih. Tidak ada orang yang membenci agama Ibrohim melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Dan sungguh Kami telah memilihnya*) di dunia, dan sesungguhnya di akhirat kelak dia termasuk orang-orang yang saleh. (QS. 2/Al-Baqoroh: 130) Yang dimaksud "Kami telah memilihnya" adalah Allah SWT menjadikan Ibrohim as. memiliki banyak kelebihan, antara lain: ia menjadi imam, rosul, beberapa keturunannya menjadi nabi, dan mendapat gelar kholilullah
Nabi Ismail as.
Ia putra Nabi Ibrohim as., dari
istri keduanya yang bernama Hajar. Dengan kelahiran bayi Ismail, istri
pertama Nabi Ibrohim yang bernama Siti Sarah cemburu. Lalu ia meminta
kepada suaminya agar memindahkan Hajar dan anaknya ke tempat
yang jauh. Atas petunjuk Allah SWT, Ibrohim as. menempatkan
Hajar dan anaknya di tengah Padang Pasir Mekah, dekat bangunan suci yang
sekarang dikenal Ka’bah. Beliau sendiri kembali ke Palestina
untuk menemui Siti
Sarah.
Ketika bekal makanan dan minumannya habis, Hajar bersusah-payah ke sana ke mari mencari air. Berkat pertolongan Allah SWT melalui Malaikat Jibril, seketika muncullah mata air yang jernih di dekat Ismail. Mata air yang bernama sumur zam zam itu, sejak ditemukannya hingga kini tidak pernah mengalami kekeringan.
"Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al- Qur’an). Sungguh dia seorang yang benar janjinya, seorang rosul dm nabi. Dan dia menyuruh umatnya (mendirikan) sholat dan (membayar) zakat, dan dia sorang yang diridhoi di sisi Tuhannya" (QS. 19/Maryam 54-55)
Semasa Nabi Ismail masih anak-anak, Nabi Ibrohim as mendapat perintah dari Allah SWT agar menyembelihnya. Baginya perintah tersebut merupakan ujian yang teramat berat. Sekalipun begitu dia bertekad melaksanakannya. Atas kehendak Allah SWT jua, Nabi Ismail mendukungnya. Maka tatkala anal itu (mencapai umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrohim) berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu?" Dia (Ismail) menjawab, " Wahai bapakku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." (QS. 37/Ash-Shoffat: 102)
Setelah nyata ketaatan dan kesabaraan Nabi Ibrohim as dan Nabi Ismail as., maka Allah melarang menyembelih Nabi Ismail as. Untuk meneruskan kurban, Allah menggantinya dengan seekor sesembelihan (Kambing). "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelahan yang besar." (QS. 37/Ash-Shoffat 107). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya kurban yang dilakukan pada Hari Raya Haji (Idul Adha)
Nabi Ismail as menikah dengan seorang wamta yang berasal dari Suku Jurhum, anak pendatang baru di kawasan sumur zamzam itu. Ia menjadi penjaga sumur zam zam yang semakin hari semakin banyak pengunjungnya. Menurut riwayat, Nabi Ismail wafat pada usia 137 tahun.
Ketika bekal makanan dan minumannya habis, Hajar bersusah-payah ke sana ke mari mencari air. Berkat pertolongan Allah SWT melalui Malaikat Jibril, seketika muncullah mata air yang jernih di dekat Ismail. Mata air yang bernama sumur zam zam itu, sejak ditemukannya hingga kini tidak pernah mengalami kekeringan.
"Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al- Qur’an). Sungguh dia seorang yang benar janjinya, seorang rosul dm nabi. Dan dia menyuruh umatnya (mendirikan) sholat dan (membayar) zakat, dan dia sorang yang diridhoi di sisi Tuhannya" (QS. 19/Maryam 54-55)
Semasa Nabi Ismail masih anak-anak, Nabi Ibrohim as mendapat perintah dari Allah SWT agar menyembelihnya. Baginya perintah tersebut merupakan ujian yang teramat berat. Sekalipun begitu dia bertekad melaksanakannya. Atas kehendak Allah SWT jua, Nabi Ismail mendukungnya. Maka tatkala anal itu (mencapai umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrohim) berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu?" Dia (Ismail) menjawab, " Wahai bapakku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." (QS. 37/Ash-Shoffat: 102)
Setelah nyata ketaatan dan kesabaraan Nabi Ibrohim as dan Nabi Ismail as., maka Allah melarang menyembelih Nabi Ismail as. Untuk meneruskan kurban, Allah menggantinya dengan seekor sesembelihan (Kambing). "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelahan yang besar." (QS. 37/Ash-Shoffat 107). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya kurban yang dilakukan pada Hari Raya Haji (Idul Adha)
Nabi Ismail as menikah dengan seorang wamta yang berasal dari Suku Jurhum, anak pendatang baru di kawasan sumur zamzam itu. Ia menjadi penjaga sumur zam zam yang semakin hari semakin banyak pengunjungnya. Menurut riwayat, Nabi Ismail wafat pada usia 137 tahun.
Nabi Hud as.
Nabi Hud as diutus meluruskan akidah
Kaum `Ad yang terkenal memiliki fisik kuat dan menempati wilayah yang
subur,
sehingga hidup makmur. Hanya saja mereka menyembah dan mempertuhankan
berhala.
Selain itu kehidupan mereka menganut hukum rimba, yang kuatlah yang
berkuasa. Dan kepada kaum `Ad (Kami utus) Hud, saudara mereka. Dia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah.
Tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa
(kepada-Nya)?" (QS. 7/Al-A`rof:
65)
Kaum Ad selalu menganggap Nabi Hud as. pendusta yang tidak patut didengar tutur katanya. Karena itu Allah SWT menurunkan adzab dalam dua tahap. Pertama, berupa kekeringan hebat. Lalu Nabi Hud as. meyakinkan kaumnya bahwa itu awal siksaan yang diturunkan Allah SWT dan akan dicabut jika mereka bertobat dan beriman kepada-Nya. Namun mereka tidak percaya, maka turunlah azab berikutnya berupa angin topan yang dasyat selama tujuh malam delapan hari yang memusnahkan Kaum Ad yang zalim beserta harta kekayaan mereka. "Ingatlah, Kaum `Ad itu ingkar kepada Tuhan mereka. Sungguh, binasalah kaum `Ad, umat Hud itu.`` (QS. 11 /Hud: 60).
Nabi Sholeh as.
Setelah Kaum Ad musnah akibat kedurhakaan mereka, negeri mereka menjadi tandus. Kemudian negeri itu dihuni dan dibangun kembali oleh Kaum Tsamud hingga subur dan makmur. Mereka menempati rumah-rumah bak istana dengan kekayaan yang melimpah-ruah. Dan sebagaimana kaum `Ad, mereka juga menyembah berhala. Untuk meluruskan aqidah mereka, Allah SWT mengutus Nabi Sholeh as. Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka Sholeh. Dia berkata: "Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya." (QS. 11/ Hud: 61).
Kaum Tsamud mengabaikan dakwah Nabi Sholeh as, bahkan mereka menantangnya untuk menunjukkan mukjizat kenabiannya. Atas izin Allah SWT, Nabi Sholeh as. dapat mendatangkan seekor unta betina yang besar. (Nabi Sholeh berkata) "Wahai kaumku, inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat untukmu. Sebab itu biarkan dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang menyebabkan kamu segera ditimpa (azab)." (QS. 11/Hud: 64)
Tetapi Kaum Tsamud mengabaikan peringatan tersebut. Bahkan mereka menantang dengan menyembelih unta itu. Dia (Sholeh) berkata, "Bersukarialah kamu semua di rumahmu selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan." (QS. 11 /Hud: 65). Setelah tiga hari Allah SWT menimpakan azab kepada mereka. Satu hari sebelum diturunkannya azab tersebut, Nabi Sholeh as. beserta keluarganya dan orang-orang yang- beriman mengungsi ke sebuah tempat di Palestina. ``Kemudian suara yang mengguntun menimpa orang-orang yang zalim itu, sehingga mereka mati bergelimpangan di rumahnya." (QS. 11 /Hud: 67)
Kaum Ad selalu menganggap Nabi Hud as. pendusta yang tidak patut didengar tutur katanya. Karena itu Allah SWT menurunkan adzab dalam dua tahap. Pertama, berupa kekeringan hebat. Lalu Nabi Hud as. meyakinkan kaumnya bahwa itu awal siksaan yang diturunkan Allah SWT dan akan dicabut jika mereka bertobat dan beriman kepada-Nya. Namun mereka tidak percaya, maka turunlah azab berikutnya berupa angin topan yang dasyat selama tujuh malam delapan hari yang memusnahkan Kaum Ad yang zalim beserta harta kekayaan mereka. "Ingatlah, Kaum `Ad itu ingkar kepada Tuhan mereka. Sungguh, binasalah kaum `Ad, umat Hud itu.`` (QS. 11 /Hud: 60).
Nabi Sholeh as.
Setelah Kaum Ad musnah akibat kedurhakaan mereka, negeri mereka menjadi tandus. Kemudian negeri itu dihuni dan dibangun kembali oleh Kaum Tsamud hingga subur dan makmur. Mereka menempati rumah-rumah bak istana dengan kekayaan yang melimpah-ruah. Dan sebagaimana kaum `Ad, mereka juga menyembah berhala. Untuk meluruskan aqidah mereka, Allah SWT mengutus Nabi Sholeh as. Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka Sholeh. Dia berkata: "Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya." (QS. 11/ Hud: 61).
Kaum Tsamud mengabaikan dakwah Nabi Sholeh as, bahkan mereka menantangnya untuk menunjukkan mukjizat kenabiannya. Atas izin Allah SWT, Nabi Sholeh as. dapat mendatangkan seekor unta betina yang besar. (Nabi Sholeh berkata) "Wahai kaumku, inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat untukmu. Sebab itu biarkan dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang menyebabkan kamu segera ditimpa (azab)." (QS. 11/Hud: 64)
Tetapi Kaum Tsamud mengabaikan peringatan tersebut. Bahkan mereka menantang dengan menyembelih unta itu. Dia (Sholeh) berkata, "Bersukarialah kamu semua di rumahmu selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan." (QS. 11 /Hud: 65). Setelah tiga hari Allah SWT menimpakan azab kepada mereka. Satu hari sebelum diturunkannya azab tersebut, Nabi Sholeh as. beserta keluarganya dan orang-orang yang- beriman mengungsi ke sebuah tempat di Palestina. ``Kemudian suara yang mengguntun menimpa orang-orang yang zalim itu, sehingga mereka mati bergelimpangan di rumahnya." (QS. 11 /Hud: 67)
Kisah Nabiyullah Yunus Alaihis Salam ( bag 1 )
Kisah Nabiyullah Yunus mengandung keajaiban dan keunikan. Dia
dibuang ke laut dan dimakan ikan. Di sanalah dia berdoa kepada Allah
untuk memohon pertolongan-Nya. Maka Dia menyelamatkan dan menjaganya
dari kebinasaan. Dia meme
S
Pengantar
Kisah Nabiyullah Yunus mengandung keajaiban dan keunikan. Dia dibuang ke laut dan dimakan ikan. Di sanalah dia berdoa kepada Allah untuk memohon pertolongan-Nya. Maka Dia menyelamatkan dan menjaganya dari kebinasaan. Dia memerintahkan ikan agar memuntahkannya di tepi pantai.
Hadis ini mengandung tambahan keterangan dari apa yang disebutkan oleh Al-Qur’an tentang kisahnya. Ia menjelaskan sebab-sebab mengapa Yunus marah, lalu naik perahu menjauh dari keluarga dan negerinya.
Teks Hadis
Dari Abdullah bin Mas’ud berkata, "Sesungguhnya Yunus menjanjikan adzab kepada kaumnya. Dia memberitakan bahwa ia akan datang kepada mereka dalam tiga hari. Mereka ketakutan, hingga ibu berpisah dengan anaknya. Kemudian mereka keluar dan kembali kepada Allah untuk memohon ampun darinya. Maka Allah menahan adzab dari mereka. Sementara itu Yunus menantikan turunnya adzab dan dia tidak melihat apapun. Barang siapa berdusta dan tidak memiliki bukti maka dia dibunuh. Maka Yunus pergi dalam keadaan marah, hingga dia bertemu suatu kaum di atas perahu. Yunus ikut bersama mereka dan mereka mengenalnya. Ketika Yunus naik perahu, perahu itu tiba-tiba terhenti padahal perahu-perahu lainnya berjalan hilir-mudik ke kanan dan ke kiri. Yunus berkata, ’Ada apa dengan perahu kalian?’ Mereka menjawab, ’Entahlah.’ Yunus berkata, ’Akan tetapi, aku tahu. Di atas perahu ini terdapat seorang hamba yang kabur dari Tuhannya. Perahu ini, demi Allah, tidak akan berjalan hingga kalian membuang orang itu.’ Mereka menjawab, ’Kalau kamu wahai Nabiyullah, maka kami tidak akan melemparkanmu.’ Yunus berkata, ’Buatlah undian. Siapa yang keluar namanya, maka dia harus terjun ke laut.’ Lalu mereka membuat undian. Yunus mengundi mereka tiga kali dan yang keluar selalu namanya. Yunus pun terjun ke laut dan langsung seekor ikan besar telah menantinya. Begitu Yunus terjun, ikan itu langsung menelannya. Ikan itu turun ke dasar laut. Yunus mendengar tasbih batu-batu kecil. "Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, ’bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." (Al-Anbiya: 87). Ibnu Mas’ud berkata, "Kegelapan di dalam perut ikan besar, kegelapan laut, dan kegelapan malam."
Dia berkata, "Kalau sekiranya dia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, niscaya dia benar-benar dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela." (Al-Qalam: 49).
Dia berkata, ’Yunus seperti anak burung yang telanjang dan tidak berbulu, dan Allah menumbuhkan untuknya sebuah pohon dari jenis labu. Yunus makan dari pohon itu dan berteduh di bawahnya. Pohon itu mengering dan Yunus menangisinya, maka Allah mewahyukan kepadanya, "Apakah kamu menangisi sebuah pohon yang mengering dan tidak menangisi seratus ribu orang atau lebih di mana kamu hendak mencelakakan mereka?"
Maka Yunus keluar. Dia bertemu dengan seorang pengembala kambing. Yunus bertanya kepadanya, ’Anak muda, dari mana kamu?’ Dia menjawab, ’Dari kaum Yunus.’ Yunus berkata, ’Jika engkau pulang, maka sampaikan salam kepada mereka. Katakan kepada mereka kalau kamu telah bertemu Yunus.’
Anak muda itu berkata, "Jika kamu memang benar Yunus, maka tentu kamu tahu bahwa barangsiapa yang berbohong dan dia tidak mempunyai bukti, dia akan dibunuh. Lalu siapa yang bersaksi untukku?" Yunus menjawab, "Saksimu adalah pohon ini dan lembah ini." Anak muda itu berkata, "Perintahkan keduanya." Maka Yunus berkata kepada pohon dan lembah itu, "Jika anak muda ini datang kepada kalian berdua, maka bersaksilah untuknya." Keduanya menjawab, "Ya."
Anak muda itu pulang kepada kaumnya. Dia memiliki saudara-saudara yang melindunginya. Dia menghadap raja dan berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku telah bertemu Yunus, dia menyampaikan salam kepada kalian." Maka raja memerintahkan agar anak muda ini dibunuh. Dikatakan kepada raja, "Dia punya bukti." Raja pun mengutus seorang pergi bersama anak muda itu. Mereka tiba di pohon dan lembah. Anak muda itu berkata kepada keduanya, "Aku bertanya kepada kalian berdua dengan nama Allah, apakah Yunus menjadikan kalian berdua sebagai saksi?" Keduanya menjawab, "Ya." Maka kaumnya pulang dalam keadaan ketakutan. Mereka berkata, "Pohon dan bumi bersaksi untukmu." Mereka mendatangi raja dan menceritakan apa yang mereka lihat. Raja menuntun tangan anak muda itu dan mendudukkannya di singgasanaya seraya berkata, "Kamu lebih berhak terhadap kursi ini daripada aku." Maka anak muda itu memimpin mereka selama empat puluh tahun."
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf, 11/541, no. 1195, Kitab Fadhail Yunus. Sururi dalam Ad-Durrul Mantsur menisbatkanya kepada Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf , Ahmad dalam Az-Zuhd, Abd bin Humaid, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir, Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Mas’ud. Dan Hafidz Ibnu Hajar menukil sepenggal darinya dan dia menyatakan bahwa riwayat Ibnu Abi Hatim adalah shahih.Fathul Bari (6/452). Hadis ini dishahihkan oleh Syaikh Ibrahim Al-Ali dalam Al-Ahadis Ash-Shahihah min Akhbaril Anbiya, hlm. 122. no. 177)
Penjelasan Hadis
Yunus bin Matta adalah seorang nabi dan rasul. Allah mewahyukan kepadanya seperti Allah mewahyukan kepada rasul-rasul yang lain, "Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul." (Ash-Shaffat: 139). "Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud." (An-Nisaa: 163). Dia termasuk orang-orang shalih yang terpilih. Allah melebihkan mereka dari manusia-manusia yang lain. "Dan Ismail, Alyasa’, Yunus dan Luth. Masing-masing kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya)." (Al-An’am: 86).
Allah telah memberitakan bahwa Yunus meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah, "Dan ingatlah Dzun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah." (Al-Anbiya: 87). Dan bahwa dia kabur dengan perahu yang sarat muatan (penuh beban), "Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, ingatlah ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan." (Ash-Shaffat: 139-140).
Rasulullah memberitakan alasan kaburnya Yunus dan bagaimana dia bisa marah. Hal itu karena dia menjanjikan adzab kepada kaumnya setelah sekian lama mereka mendustkan rasul mereka. Yunus menyatakan bahwa adzab akan turun menimpa mereka setelah tiga hari. Ketika mereka telah yakin bahwa adzab pasti turun, mereka bertaubat dan kembali kepada Allah. Mereka menyesali sikap mereka yang mendustakan rasul mereka. Dan keadaan mereka, sebagaimana yang diberitakan oleh rasululah di dalam hadis ini, mereka memisahkan anak hewan dari induknya dan anak manusia dari ibunya. Kemudian mereka keluar dan berdoa kepada Allah. Suara mereka berampur baur. Mereka berdoa dan bertawassul dengan-Nya. Ibu-ibu dan induk-induk hewan berteriak sebagaimana anak-anak berteriak mencari ibu-ibu mereka. Maka Allah menahan adzab-Nya dari mereka. Ibnu Katsir berkata, "Ibnu Mas’ud, Mujahid, Said bin Jubair dan banyak ulama dari kalangan salaf dan khalaf berkata, ’Manakala Yunus keluar dari kota mereka, dan mereka yakin adzab akan turun kepada mereka, Allah memberi mereka taufik untuk bertaubat dan kembali kepada-Nya, dan mereka menyesal atas sikap mereka selama ini kepada Nabi mereka. Maka mereka memakai pakaian ibadah dan memisahkan semua ternak dengan anaknya, kemudian mereka berdoa kepada Allah. Mereka mengangkat suara, merendahkan dan menundukkan diri mereka kepada-Nya. Kaum laki-laki, para wanita, anak-anak, laki-laki dan perempuan, serta para ibu, semuanya menangis. Binatang ternak, binatan melata, semuanya bersuara, unta dan anaknya berteriak, sapi dan anaknya melenguh, kambing dan anaknya mengembik. Saat-saat yang mencekam. Lalu Allah dengan daya dan kekuatan-Nya menahan adzab yang hampir menimpa mereka dengan sebab, dan ia telah berputar di atas kepala mereka seperti sepotong malam yang kelam. (Al-Bidayah wan Nihayah, 1/232). Oleh karena itu Allah berfirman, "Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu." (Yunus: 98)
Allah telah memberitakan kepada kita bahwa iman kaum Yunus berguna bagi mereka setelah adzab hampir turun menimpa mereka, dan Allah pun menariknya padahal ia telah menaungi mereka.
Tiga hari yang dijanjikan oleh Yunus kepada kaumnya telah berlalu. Yunus datang untuk melihat terwujudnya janji Allah atas mereka. Mungkin saat itu Yunus menyendiri, tidak bersama kaumnya, maka dia tidak mengetahui taubat dan insafnya mereka. Ketika Yunus menengok mereka, dia mendapati mereka dalam keadaan selamat. Hal ini membuatnya marah. Dan bagi mereka, balasan untuk orang berdusta adalah dibunuh. Maka Yunus kabur karena takut dibunuh.
Yunus terus berjalan hingga mencapai pantai. Dari pengamatan terhadap teks hadis menunjukkan bahwa perginya Yunus ini tanpa izin dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, Allah Tabaraka Wa Taala menyatakan bahwa Yunus adalah orang yang abiq (pergi tanpa permisi; pent). Abiq adalah hamba sahaya yang melarikan diri dari majikannya. "Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang Rasul, ingatlah ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan." (Ash-Shaffat: 139 -140). Semestinya Yunus harus rela dengan keputusan Allah dan berserah diri kepada perintah-Nya. Bukan hak seorang hamba untuk marah kepada perbuatan Tuhannya. Yunus semestinya juga tidak pergi tanpa izin-Nya. Oleh karena itu, Allah melarang Rasul-Nya agar tidak seperti orang yang ditelan ikan besar, yaitu Yunus Alaihis Salam,"Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu dan janganlah kamu seperti orang yang berada di dalam perut ikan besar." (Al-Qalam: 48).
Ketika Yunus tiba di pantai, dia mendapati suatu kaum berada di sebuah perahu. Mereka mengenalnya dan membawanya bersama mereka atas dasar permintaannya. Ketika perahu sampai di tengah lautan, ia tiba-tiba terhenti dan tidak bergerak. Ini benar-benar aneh. Perahu-perahu lain di kanan dan kirinya berjalan hilir-mudik, sementara ia sendiri berhenti di atas air dan tidak bergerak. (Yang termaktub di dalam mayoritas hadis yang menjelaskan kisah Nabiyullah Yunus adalah bahwa penyebab Yunus dibuang adalah laut yang bergolak dan mereka takut tenggelam, bukan karena perahunya berhenti dan tidak bergerak. Mana yang benar? Wallahu A’lam). Yunus mengetahui bahwa berhentinya perahu adalah disebabkan oleh dirinya. Dia menyampaikan kepada penghuni perahu tentang sebab berhentinya, karena adanya seorang hamba yang lari dari Tuhannya di perahu mereka, yakni dirinya sendiri, "Ketika dia berlari kepada perahu yang penuh muatan." Ash-Shaffat: 140). Perahu itu tidak berjalan sementara hamba itu berada di atasnya. Dia harus dibuang ke laut agar perahu bisa berjalan seperti perahu-perahu lainnya. Mereka menolak karena mereka mengetahui bahwa Yunus adalah Nabi Allah yang mempunyai kemuliaan di sisi-Nya.
Yunus berkata kepada mereka, "Lakukanlah undian. Siapa yang mendapatkan undian, maka dialah yang dilempar ke laut." Mereka mengundi. Yunus memperoleh undian, hingga diulang kedua dan ketiga kalinya. Selaku Yunus, dan undian inilah yang dimaksud oleh firman Allah, "Kemudian dia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian." (Ash-Shaffat: 141).
Manakala Yunus mengetahui hal itu, dia menceburkan dirinya ke laut. Begitu dia sampai di laut, dia langsung disambut oleh ikan besar. Bisa jadi para penumpang perahu itu melihat ikan besar tersebut melahap Yunus, maka mereka yakin kalau Yunus telah mati. Tidak ada seorangpun yang ditelan ikan besar bisa selamat sebelum Yunus, "Kemudian dia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah. Maka dia ditelan ikan besar dalam keadaan tercela." (Ash-Shaffat: 141-142).
Firman-Nya, "Dalam keadaan tercela," yakni melakukan sesuatu yang mengundang celaan. Dia meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah, hanya karena adzabnya tidak turun tanpa izin dari Allah.
Allah memerintahkan ikan agar tidak mencelakai hamba shalih Yunus. Maka ikan besar itu membawanya ke dasar lautan. Yunus dikelilingi oleh beberapa kegelapan: kegelapan dasar laut, kegelapan perut ikan besar, dan kegelapan malam. "Lalu dia menyeru dalam kegelapan-kegelapan." (Al-Anbiya: 87).
Di dalam perut ikan itu Yunus mendengar tasbih kerikil dan hewan-hewan laut di dasar laut. Dia pun memanggil Tuhannya dengan bertasbih kepadanya, mengakui kesalahannya, dan menyesali apa yang dilakukannya. "Maka dia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, bahkan tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim."(Al-Anbiya: 87).
Allah mendengar panggilannya. "Dzat yang mengetahui rahasia dan bisikan, yang mengangkat kesulitan dan kesusahan, Maha Mendengar suara walaupun ia lemah, mengetahui yang rahasia walaupun ia tersembunyi, yang menjawab doa-doa walau ia dosa besar." (Al-bidayah wan Nihayah, (1/233) "Maka Kami menjawab doanya dan menyelematkannya dari kesulitan." (Al-Anbiya:88).
Kalau bukan karena tasbihya dan taubatnya kepada Allah, niscaya dia akan binasa di perut ikan dan diam di dalamnya sampai hari kebangkitan. "Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak bertasbih, niscaya dia akan tetap tinggal di perut ikan sampai hari kebangkitan." (Ash-Shaffat: 143-144).
Setelah Yunus berdoa, Allah meminta agar ikan memuntahkannya di pantai. Maka ikan itu melakukan apa yang diminta oleh Allah kepadanya. Yunus dimuntahkan dalam keadaan sakit, kulitnya mengelupas dan tanpa kekuatan. "Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedangkan dia dalam keadaan sakit." (Ash-Shaffat: 145).
Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam menjelaskan keadaan Yunus. Kulitnya mengelupas karena berenang di dalam cairan perut ikan, dan ketika ikan itu melemparkannya ke pantai, dia seperti anak burung yang dicabuti bulunya dan tidak tersisa sedikitpun.
Di tempat Yunus terdampar, Allah menumbuhkan pohon sejenis labu. "Dan Kami tumbuhkan untuknya sebatang pohon dari jenis labu." (Ash-Shaffat: 146).
Pohon sejenis labu(yaqthin). Orang-orang yang mengetahui pengobatan menyebutkan bahwa yaqthin ini adalah makanan yang baik bagi tubuh, cocok dengan kondisi perut, dan sesuai dengan pencernaan. Airnya bisa menghilangkan dahaga dan menghilangkan nyeri. Ilmu kedokteran modern menyatakan bahwa pohon ini mudah dicerna, menenangkan, melunakkan, melembabkan, menghaluskan, melancarkan air kencing dan membersihkan hati, juga bisa digunakakan sebagai obat untuk berbagai penyakit. (Lihat kamus Al-Ghidza’ wat Tadawi bin Nabat, hlm. 754).
Rasulullah telah memberitakan kepada kita bahwa Yunus bernaung di bawah pohon itu dan makan darinya. Pohon itu mengering setelah beberapa waktu. Maka Nabiyullah Yunus menangisinya, lalu Allah mewahyukan kepadanya untuk memperingatkannya, "Apakah kamu menangisi sebuah pohon yang mengering sementara kamu tidak menangisi seratus ribu orang atau lebih di mana kamu hampir mencelakai mereka?"
Ketika Yunus sehat, dia mulai bisa berjalan dan bergerak. Dia berjalan meninggalkan daerah itu. Dia bertemu dengan seorang anak muda penggembala kambing. Yunus bertanya tentang anak muda itu. Pemuda itu menjawab, "Dari kaum Yunus." Maka Yunus memintanya agar menyampaikan salam kepada kaumnya dan memberitahu mereka bahwa dia telah bertemu Yunus.
Anak muda ini cerdik. Dia mengerti kebiasaan yang berlaku di dalam kaum Yunus terhadap pendusta. Dia berkata kepada Yunus, "Jika kamu benar Yunus, maka kamu mengetahui bahwa barangsiapa berdusta dan tidak mempunyai bukti, maka dia dibunuh. Lalu siapa yang bersaksi untukku?" Yunus menjawab, "Pohon ini dan dataran ini bersaksi untukmu."
Anak muda itu berkata, "Perintahkan kepada keduanya." (Yakni agar bersaksi untuknya). Yunus berkata kepada keduanya, "Jika anak muda ini mendatangi kalian berdua, maka bersaksilah untuknya." Keduanya menjawab, "Ya." Semua itu dengan kodrat Allah.
Anak muda itu pun pulang kepada kaumnya. Dia mempunyai saudara-saudara yang memiliki kedudukan dan kehormatan di kaumnya, sehingga dia bisa berlindung kepada mereka dari orang-orang yang hendak menyakitinya. Anak muda itu datang kepada raja untuk menyampaikan kalau dirinya telah bertemu dengan Yunus, dan Yunus menitipkan salam kepadanya dan kepada kaumnya. Sepertinya raja dan kaumnya telah yakin kalau Yunus telah binasa. Lebih-lebih para penumpang perahu yang pasti telah bercerita tentang Yunus yang mencebur ke laut dan ditelan ikan besar. Maka ucapan anak muda itu tentang Yunus dianggap dusta. Oleh karenanya raja memerintahkan agar anak muda itu dibunuh.
Anak muda itu menyatakan dirinya mempunyai bukti kebenaran. Maka raja mengirimkan beberapa orang untuk mengiringinya. Ketika mereka tiba di pohon dan di daratan yang diperintahkan oleh Yunus agar bersaksi untuk anak muda itu, ia berkata kepada keduanya, "Aku bertanya kepada kalian berdua dengan nama Allah, apakah Yunus memerintahkan kalian berdua untuk menjadi saksi bagiku?" Keduanya menjawab, "Ya."
Mereka pulang dalam ketakutan. Mereka menyampaikan apa yang mereka dengar kepada raja. Raja langsung turun dari singgasananya, menuntun anak muda itu dan mendudukkannya di singgasananya seraya berkata, "Kamu lebih berhak dengan tempat ini daripada aku."
Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam telah menyampaikan bahwa anak muda ini memimpin selama empat puluh tahun. Dia menegakkan urusan mereka dan memperbaiki perkara mereka.
Dan nampaknya perintah Yunus kepada anak muda itu, agar menyampaikan salamnya kepada kaumnya dan memberitakan bahwa dirinya masih hidup dengan kesaksian daratan dan pohon itu adalah untuk menunjukkan kepada kaumnya bahwa dia tidak berdusta kepada mereka. Semua itu terjadi dengan perintah Allah. Kesaksian daratan dan pohon itu bagi anak muda tersebut merupakan kesaksian bagi Yunus bahwa dia adalah Nabi. Dan Nabi adalah orang yang jujur, bukan pendusta.
Dan dalil-dalil yang ada di tangan kita menunjukkan bahwa Yunus pulang kepada kaumnya setelah mereka beriman. Ini berdasarkan firman Allah, "Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih."(Ash-Shaffat: 147). Mereka adalah kaum Yunus , sebagaimana disebutkan dalam hadis ini tentang celaan Allah kepada Yunus yang tidak bersedih karena lebih dari seratus ribu kaumnya yang binasa.
Kisah Nabiyullah Yunus mengandung keajaiban dan keunikan. Dia dibuang ke laut dan dimakan ikan. Di sanalah dia berdoa kepada Allah untuk memohon pertolongan-Nya. Maka Dia menyelamatkan dan menjaganya dari kebinasaan. Dia memerintahkan ikan agar memuntahkannya di tepi pantai.
Hadis ini mengandung tambahan keterangan dari apa yang disebutkan oleh Al-Qur’an tentang kisahnya. Ia menjelaskan sebab-sebab mengapa Yunus marah, lalu naik perahu menjauh dari keluarga dan negerinya.
Teks Hadis
Dari Abdullah bin Mas’ud berkata, "Sesungguhnya Yunus menjanjikan adzab kepada kaumnya. Dia memberitakan bahwa ia akan datang kepada mereka dalam tiga hari. Mereka ketakutan, hingga ibu berpisah dengan anaknya. Kemudian mereka keluar dan kembali kepada Allah untuk memohon ampun darinya. Maka Allah menahan adzab dari mereka. Sementara itu Yunus menantikan turunnya adzab dan dia tidak melihat apapun. Barang siapa berdusta dan tidak memiliki bukti maka dia dibunuh. Maka Yunus pergi dalam keadaan marah, hingga dia bertemu suatu kaum di atas perahu. Yunus ikut bersama mereka dan mereka mengenalnya. Ketika Yunus naik perahu, perahu itu tiba-tiba terhenti padahal perahu-perahu lainnya berjalan hilir-mudik ke kanan dan ke kiri. Yunus berkata, ’Ada apa dengan perahu kalian?’ Mereka menjawab, ’Entahlah.’ Yunus berkata, ’Akan tetapi, aku tahu. Di atas perahu ini terdapat seorang hamba yang kabur dari Tuhannya. Perahu ini, demi Allah, tidak akan berjalan hingga kalian membuang orang itu.’ Mereka menjawab, ’Kalau kamu wahai Nabiyullah, maka kami tidak akan melemparkanmu.’ Yunus berkata, ’Buatlah undian. Siapa yang keluar namanya, maka dia harus terjun ke laut.’ Lalu mereka membuat undian. Yunus mengundi mereka tiga kali dan yang keluar selalu namanya. Yunus pun terjun ke laut dan langsung seekor ikan besar telah menantinya. Begitu Yunus terjun, ikan itu langsung menelannya. Ikan itu turun ke dasar laut. Yunus mendengar tasbih batu-batu kecil. "Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, ’bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." (Al-Anbiya: 87). Ibnu Mas’ud berkata, "Kegelapan di dalam perut ikan besar, kegelapan laut, dan kegelapan malam."
Dia berkata, "Kalau sekiranya dia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, niscaya dia benar-benar dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela." (Al-Qalam: 49).
Dia berkata, ’Yunus seperti anak burung yang telanjang dan tidak berbulu, dan Allah menumbuhkan untuknya sebuah pohon dari jenis labu. Yunus makan dari pohon itu dan berteduh di bawahnya. Pohon itu mengering dan Yunus menangisinya, maka Allah mewahyukan kepadanya, "Apakah kamu menangisi sebuah pohon yang mengering dan tidak menangisi seratus ribu orang atau lebih di mana kamu hendak mencelakakan mereka?"
Maka Yunus keluar. Dia bertemu dengan seorang pengembala kambing. Yunus bertanya kepadanya, ’Anak muda, dari mana kamu?’ Dia menjawab, ’Dari kaum Yunus.’ Yunus berkata, ’Jika engkau pulang, maka sampaikan salam kepada mereka. Katakan kepada mereka kalau kamu telah bertemu Yunus.’
Anak muda itu berkata, "Jika kamu memang benar Yunus, maka tentu kamu tahu bahwa barangsiapa yang berbohong dan dia tidak mempunyai bukti, dia akan dibunuh. Lalu siapa yang bersaksi untukku?" Yunus menjawab, "Saksimu adalah pohon ini dan lembah ini." Anak muda itu berkata, "Perintahkan keduanya." Maka Yunus berkata kepada pohon dan lembah itu, "Jika anak muda ini datang kepada kalian berdua, maka bersaksilah untuknya." Keduanya menjawab, "Ya."
Anak muda itu pulang kepada kaumnya. Dia memiliki saudara-saudara yang melindunginya. Dia menghadap raja dan berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku telah bertemu Yunus, dia menyampaikan salam kepada kalian." Maka raja memerintahkan agar anak muda ini dibunuh. Dikatakan kepada raja, "Dia punya bukti." Raja pun mengutus seorang pergi bersama anak muda itu. Mereka tiba di pohon dan lembah. Anak muda itu berkata kepada keduanya, "Aku bertanya kepada kalian berdua dengan nama Allah, apakah Yunus menjadikan kalian berdua sebagai saksi?" Keduanya menjawab, "Ya." Maka kaumnya pulang dalam keadaan ketakutan. Mereka berkata, "Pohon dan bumi bersaksi untukmu." Mereka mendatangi raja dan menceritakan apa yang mereka lihat. Raja menuntun tangan anak muda itu dan mendudukkannya di singgasanaya seraya berkata, "Kamu lebih berhak terhadap kursi ini daripada aku." Maka anak muda itu memimpin mereka selama empat puluh tahun."
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf, 11/541, no. 1195, Kitab Fadhail Yunus. Sururi dalam Ad-Durrul Mantsur menisbatkanya kepada Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf , Ahmad dalam Az-Zuhd, Abd bin Humaid, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir, Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Mas’ud. Dan Hafidz Ibnu Hajar menukil sepenggal darinya dan dia menyatakan bahwa riwayat Ibnu Abi Hatim adalah shahih.Fathul Bari (6/452). Hadis ini dishahihkan oleh Syaikh Ibrahim Al-Ali dalam Al-Ahadis Ash-Shahihah min Akhbaril Anbiya, hlm. 122. no. 177)
Penjelasan Hadis
Yunus bin Matta adalah seorang nabi dan rasul. Allah mewahyukan kepadanya seperti Allah mewahyukan kepada rasul-rasul yang lain, "Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul." (Ash-Shaffat: 139). "Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud." (An-Nisaa: 163). Dia termasuk orang-orang shalih yang terpilih. Allah melebihkan mereka dari manusia-manusia yang lain. "Dan Ismail, Alyasa’, Yunus dan Luth. Masing-masing kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya)." (Al-An’am: 86).
Allah telah memberitakan bahwa Yunus meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah, "Dan ingatlah Dzun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah." (Al-Anbiya: 87). Dan bahwa dia kabur dengan perahu yang sarat muatan (penuh beban), "Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, ingatlah ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan." (Ash-Shaffat: 139-140).
Rasulullah memberitakan alasan kaburnya Yunus dan bagaimana dia bisa marah. Hal itu karena dia menjanjikan adzab kepada kaumnya setelah sekian lama mereka mendustkan rasul mereka. Yunus menyatakan bahwa adzab akan turun menimpa mereka setelah tiga hari. Ketika mereka telah yakin bahwa adzab pasti turun, mereka bertaubat dan kembali kepada Allah. Mereka menyesali sikap mereka yang mendustakan rasul mereka. Dan keadaan mereka, sebagaimana yang diberitakan oleh rasululah di dalam hadis ini, mereka memisahkan anak hewan dari induknya dan anak manusia dari ibunya. Kemudian mereka keluar dan berdoa kepada Allah. Suara mereka berampur baur. Mereka berdoa dan bertawassul dengan-Nya. Ibu-ibu dan induk-induk hewan berteriak sebagaimana anak-anak berteriak mencari ibu-ibu mereka. Maka Allah menahan adzab-Nya dari mereka. Ibnu Katsir berkata, "Ibnu Mas’ud, Mujahid, Said bin Jubair dan banyak ulama dari kalangan salaf dan khalaf berkata, ’Manakala Yunus keluar dari kota mereka, dan mereka yakin adzab akan turun kepada mereka, Allah memberi mereka taufik untuk bertaubat dan kembali kepada-Nya, dan mereka menyesal atas sikap mereka selama ini kepada Nabi mereka. Maka mereka memakai pakaian ibadah dan memisahkan semua ternak dengan anaknya, kemudian mereka berdoa kepada Allah. Mereka mengangkat suara, merendahkan dan menundukkan diri mereka kepada-Nya. Kaum laki-laki, para wanita, anak-anak, laki-laki dan perempuan, serta para ibu, semuanya menangis. Binatang ternak, binatan melata, semuanya bersuara, unta dan anaknya berteriak, sapi dan anaknya melenguh, kambing dan anaknya mengembik. Saat-saat yang mencekam. Lalu Allah dengan daya dan kekuatan-Nya menahan adzab yang hampir menimpa mereka dengan sebab, dan ia telah berputar di atas kepala mereka seperti sepotong malam yang kelam. (Al-Bidayah wan Nihayah, 1/232). Oleh karena itu Allah berfirman, "Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu." (Yunus: 98)
Allah telah memberitakan kepada kita bahwa iman kaum Yunus berguna bagi mereka setelah adzab hampir turun menimpa mereka, dan Allah pun menariknya padahal ia telah menaungi mereka.
Tiga hari yang dijanjikan oleh Yunus kepada kaumnya telah berlalu. Yunus datang untuk melihat terwujudnya janji Allah atas mereka. Mungkin saat itu Yunus menyendiri, tidak bersama kaumnya, maka dia tidak mengetahui taubat dan insafnya mereka. Ketika Yunus menengok mereka, dia mendapati mereka dalam keadaan selamat. Hal ini membuatnya marah. Dan bagi mereka, balasan untuk orang berdusta adalah dibunuh. Maka Yunus kabur karena takut dibunuh.
Yunus terus berjalan hingga mencapai pantai. Dari pengamatan terhadap teks hadis menunjukkan bahwa perginya Yunus ini tanpa izin dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, Allah Tabaraka Wa Taala menyatakan bahwa Yunus adalah orang yang abiq (pergi tanpa permisi; pent). Abiq adalah hamba sahaya yang melarikan diri dari majikannya. "Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang Rasul, ingatlah ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan." (Ash-Shaffat: 139 -140). Semestinya Yunus harus rela dengan keputusan Allah dan berserah diri kepada perintah-Nya. Bukan hak seorang hamba untuk marah kepada perbuatan Tuhannya. Yunus semestinya juga tidak pergi tanpa izin-Nya. Oleh karena itu, Allah melarang Rasul-Nya agar tidak seperti orang yang ditelan ikan besar, yaitu Yunus Alaihis Salam,"Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu dan janganlah kamu seperti orang yang berada di dalam perut ikan besar." (Al-Qalam: 48).
Ketika Yunus tiba di pantai, dia mendapati suatu kaum berada di sebuah perahu. Mereka mengenalnya dan membawanya bersama mereka atas dasar permintaannya. Ketika perahu sampai di tengah lautan, ia tiba-tiba terhenti dan tidak bergerak. Ini benar-benar aneh. Perahu-perahu lain di kanan dan kirinya berjalan hilir-mudik, sementara ia sendiri berhenti di atas air dan tidak bergerak. (Yang termaktub di dalam mayoritas hadis yang menjelaskan kisah Nabiyullah Yunus adalah bahwa penyebab Yunus dibuang adalah laut yang bergolak dan mereka takut tenggelam, bukan karena perahunya berhenti dan tidak bergerak. Mana yang benar? Wallahu A’lam). Yunus mengetahui bahwa berhentinya perahu adalah disebabkan oleh dirinya. Dia menyampaikan kepada penghuni perahu tentang sebab berhentinya, karena adanya seorang hamba yang lari dari Tuhannya di perahu mereka, yakni dirinya sendiri, "Ketika dia berlari kepada perahu yang penuh muatan." Ash-Shaffat: 140). Perahu itu tidak berjalan sementara hamba itu berada di atasnya. Dia harus dibuang ke laut agar perahu bisa berjalan seperti perahu-perahu lainnya. Mereka menolak karena mereka mengetahui bahwa Yunus adalah Nabi Allah yang mempunyai kemuliaan di sisi-Nya.
Yunus berkata kepada mereka, "Lakukanlah undian. Siapa yang mendapatkan undian, maka dialah yang dilempar ke laut." Mereka mengundi. Yunus memperoleh undian, hingga diulang kedua dan ketiga kalinya. Selaku Yunus, dan undian inilah yang dimaksud oleh firman Allah, "Kemudian dia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian." (Ash-Shaffat: 141).
Manakala Yunus mengetahui hal itu, dia menceburkan dirinya ke laut. Begitu dia sampai di laut, dia langsung disambut oleh ikan besar. Bisa jadi para penumpang perahu itu melihat ikan besar tersebut melahap Yunus, maka mereka yakin kalau Yunus telah mati. Tidak ada seorangpun yang ditelan ikan besar bisa selamat sebelum Yunus, "Kemudian dia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah. Maka dia ditelan ikan besar dalam keadaan tercela." (Ash-Shaffat: 141-142).
Firman-Nya, "Dalam keadaan tercela," yakni melakukan sesuatu yang mengundang celaan. Dia meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah, hanya karena adzabnya tidak turun tanpa izin dari Allah.
Allah memerintahkan ikan agar tidak mencelakai hamba shalih Yunus. Maka ikan besar itu membawanya ke dasar lautan. Yunus dikelilingi oleh beberapa kegelapan: kegelapan dasar laut, kegelapan perut ikan besar, dan kegelapan malam. "Lalu dia menyeru dalam kegelapan-kegelapan." (Al-Anbiya: 87).
Di dalam perut ikan itu Yunus mendengar tasbih kerikil dan hewan-hewan laut di dasar laut. Dia pun memanggil Tuhannya dengan bertasbih kepadanya, mengakui kesalahannya, dan menyesali apa yang dilakukannya. "Maka dia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, bahkan tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim."(Al-Anbiya: 87).
Allah mendengar panggilannya. "Dzat yang mengetahui rahasia dan bisikan, yang mengangkat kesulitan dan kesusahan, Maha Mendengar suara walaupun ia lemah, mengetahui yang rahasia walaupun ia tersembunyi, yang menjawab doa-doa walau ia dosa besar." (Al-bidayah wan Nihayah, (1/233) "Maka Kami menjawab doanya dan menyelematkannya dari kesulitan." (Al-Anbiya:88).
Kalau bukan karena tasbihya dan taubatnya kepada Allah, niscaya dia akan binasa di perut ikan dan diam di dalamnya sampai hari kebangkitan. "Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak bertasbih, niscaya dia akan tetap tinggal di perut ikan sampai hari kebangkitan." (Ash-Shaffat: 143-144).
Setelah Yunus berdoa, Allah meminta agar ikan memuntahkannya di pantai. Maka ikan itu melakukan apa yang diminta oleh Allah kepadanya. Yunus dimuntahkan dalam keadaan sakit, kulitnya mengelupas dan tanpa kekuatan. "Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedangkan dia dalam keadaan sakit." (Ash-Shaffat: 145).
Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam menjelaskan keadaan Yunus. Kulitnya mengelupas karena berenang di dalam cairan perut ikan, dan ketika ikan itu melemparkannya ke pantai, dia seperti anak burung yang dicabuti bulunya dan tidak tersisa sedikitpun.
Di tempat Yunus terdampar, Allah menumbuhkan pohon sejenis labu. "Dan Kami tumbuhkan untuknya sebatang pohon dari jenis labu." (Ash-Shaffat: 146).
Pohon sejenis labu(yaqthin). Orang-orang yang mengetahui pengobatan menyebutkan bahwa yaqthin ini adalah makanan yang baik bagi tubuh, cocok dengan kondisi perut, dan sesuai dengan pencernaan. Airnya bisa menghilangkan dahaga dan menghilangkan nyeri. Ilmu kedokteran modern menyatakan bahwa pohon ini mudah dicerna, menenangkan, melunakkan, melembabkan, menghaluskan, melancarkan air kencing dan membersihkan hati, juga bisa digunakakan sebagai obat untuk berbagai penyakit. (Lihat kamus Al-Ghidza’ wat Tadawi bin Nabat, hlm. 754).
Rasulullah telah memberitakan kepada kita bahwa Yunus bernaung di bawah pohon itu dan makan darinya. Pohon itu mengering setelah beberapa waktu. Maka Nabiyullah Yunus menangisinya, lalu Allah mewahyukan kepadanya untuk memperingatkannya, "Apakah kamu menangisi sebuah pohon yang mengering sementara kamu tidak menangisi seratus ribu orang atau lebih di mana kamu hampir mencelakai mereka?"
Ketika Yunus sehat, dia mulai bisa berjalan dan bergerak. Dia berjalan meninggalkan daerah itu. Dia bertemu dengan seorang anak muda penggembala kambing. Yunus bertanya tentang anak muda itu. Pemuda itu menjawab, "Dari kaum Yunus." Maka Yunus memintanya agar menyampaikan salam kepada kaumnya dan memberitahu mereka bahwa dia telah bertemu Yunus.
Anak muda ini cerdik. Dia mengerti kebiasaan yang berlaku di dalam kaum Yunus terhadap pendusta. Dia berkata kepada Yunus, "Jika kamu benar Yunus, maka kamu mengetahui bahwa barangsiapa berdusta dan tidak mempunyai bukti, maka dia dibunuh. Lalu siapa yang bersaksi untukku?" Yunus menjawab, "Pohon ini dan dataran ini bersaksi untukmu."
Anak muda itu berkata, "Perintahkan kepada keduanya." (Yakni agar bersaksi untuknya). Yunus berkata kepada keduanya, "Jika anak muda ini mendatangi kalian berdua, maka bersaksilah untuknya." Keduanya menjawab, "Ya." Semua itu dengan kodrat Allah.
Anak muda itu pun pulang kepada kaumnya. Dia mempunyai saudara-saudara yang memiliki kedudukan dan kehormatan di kaumnya, sehingga dia bisa berlindung kepada mereka dari orang-orang yang hendak menyakitinya. Anak muda itu datang kepada raja untuk menyampaikan kalau dirinya telah bertemu dengan Yunus, dan Yunus menitipkan salam kepadanya dan kepada kaumnya. Sepertinya raja dan kaumnya telah yakin kalau Yunus telah binasa. Lebih-lebih para penumpang perahu yang pasti telah bercerita tentang Yunus yang mencebur ke laut dan ditelan ikan besar. Maka ucapan anak muda itu tentang Yunus dianggap dusta. Oleh karenanya raja memerintahkan agar anak muda itu dibunuh.
Anak muda itu menyatakan dirinya mempunyai bukti kebenaran. Maka raja mengirimkan beberapa orang untuk mengiringinya. Ketika mereka tiba di pohon dan di daratan yang diperintahkan oleh Yunus agar bersaksi untuk anak muda itu, ia berkata kepada keduanya, "Aku bertanya kepada kalian berdua dengan nama Allah, apakah Yunus memerintahkan kalian berdua untuk menjadi saksi bagiku?" Keduanya menjawab, "Ya."
Mereka pulang dalam ketakutan. Mereka menyampaikan apa yang mereka dengar kepada raja. Raja langsung turun dari singgasananya, menuntun anak muda itu dan mendudukkannya di singgasananya seraya berkata, "Kamu lebih berhak dengan tempat ini daripada aku."
Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam telah menyampaikan bahwa anak muda ini memimpin selama empat puluh tahun. Dia menegakkan urusan mereka dan memperbaiki perkara mereka.
Dan nampaknya perintah Yunus kepada anak muda itu, agar menyampaikan salamnya kepada kaumnya dan memberitakan bahwa dirinya masih hidup dengan kesaksian daratan dan pohon itu adalah untuk menunjukkan kepada kaumnya bahwa dia tidak berdusta kepada mereka. Semua itu terjadi dengan perintah Allah. Kesaksian daratan dan pohon itu bagi anak muda tersebut merupakan kesaksian bagi Yunus bahwa dia adalah Nabi. Dan Nabi adalah orang yang jujur, bukan pendusta.
Dan dalil-dalil yang ada di tangan kita menunjukkan bahwa Yunus pulang kepada kaumnya setelah mereka beriman. Ini berdasarkan firman Allah, "Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih."(Ash-Shaffat: 147). Mereka adalah kaum Yunus , sebagaimana disebutkan dalam hadis ini tentang celaan Allah kepada Yunus yang tidak bersedih karena lebih dari seratus ribu kaumnya yang binasa.
Nabi Luth as
Nabi Luth menetap dikota Sodom, Yordania. Pada masa itu kota ini menjadi tempat maksiat. Perjudian, perzinahan, sampai kekejian yang belum pernah dilakukan anak-anak Adam sebelumnya, yakni liwath (homo seks) terjadi di sana. Nabi Luthlah yang ditugaskan menyadarkan mereka dari perbuatan menyesatkan itu. Dan (Kami telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, "Mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu (di dunia ini). Sungguh kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas." (QS. 7/Al-A`rof: 80-81)
Seperti orang-orang kafir umumnya, kaum Luth juga tidak mau tahu dengan ajaran Tuhan. Kian hari kekejian mereka kian menjadi, dan ditujukan kepada siapa saja. Orang-orang kafir dari kaum Nabi Luth termasuk istri beliau sendiri yang tidak beriman kepadanya dan sangat zalim, akhirnya disiksa Allah SWT dengan hujan batu sampai meninggal.
Sebelum menurunkan azab, Allah SWT mengutus beberapa malaikat bertamu ke rumah Nabi Luth as dengan menyamar sebagai lelaki yang tampan sebagaimana diceritakan dalam ayat- ayat berikut ini. Dan ketika utusan Kami (para malaikat) itu datang kepada Luth, dia merasa curiga dan dadanya merasa sempit karena (kedatangan)nya. Dia (luth) berkata, "Ini hari yang sangat sulit." (QS. 11 /Hud: 77)
Maksudnya Nabi Luth merasa susah atas kedatangan para utusan Allah yang menjelma menjadi pemuda yang rupawan, sebab kaum Luth sangat menyukai pemuda-pemuda yang rupawan untuk melakukan homoseksual. Dia merasa tidak sanggup melindungi mereka jika ada gangguan dari kaumnya.
Kaumnya segera mendatanginya. Dan dari dulu mereka selalu melakukan perbuatan keji. Luth berkata, "Wahai kaumku, inilah putri- putri (negeri)ku mereka lebih suci bagimu, maka janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu orang yang pandai?"
Mereka menjawab, "Sungguh engkau pasti tahu bahwa kami tidak memiliki keinginan (syahwat) terhadap putri-putrimu. Dan engkau tentu mengetahui apa yang (sebenarnya) kami kehendaki."
Dia (Luth) berkata, "Sekiranya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan). "
Mereka (para malaikat) berkata, Wahai Luth, sesungguhnya kami adalah para utusan Tuhanmu, mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah bersama keluargamu pada akhir malam dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu. Sungguh dia (juga) akan ditimpa (siksaan) yang menimpa mereka. Sungguh saat terjadinya siksaan bagi mereka itu pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?"
Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkan negeri kaum Luth, dan Kami hujani mereka bertubi -tubi dengan batu dari tanah yang terbakar yang diberi tanda oleh Tuhanmu. Dari siksaan itu tiada jauh dari orang yang zalim. (QS. 1 l/Hud: 77-83)
Nabi Luth as. beserta anak-anak dan para pengikutnya diselamatkan Allah SWT. "Kemudian kami selamatkan dia dan pengikutnya, kecuali istrinya. Dia (istrinya) termasuk orang-orang yang tertinggal. Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu). Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat dosa itu." (QS. 7/Al-A`rofi 83-84)
Nabi Ishaq as.
Ia putra Nabi Ibrohim dari istri pertama, Sarah. Nabi Ishaq menikah dengan wanita dari kota Haran, Rifqoh yang tidak lain cucu dari saudara kandung Nabi Ibrohim as. sendiri.. Mereka dikaruniai dua orang putra, Al-Ish dan Ya`kub. Selanjutnya Al- Qur`an tidak banyak menceritakan riwayatnya. Hanya diterangkan bahwa Ishaq seorang nabi. "Dan Kami menggembirakannya (Ibrohim) dengan (kelahiran) Ishaq sebagai nabi yang termasuk orang-orang saleh." (QS. 37/Ash- Shoffat: 112)
Nabi Luth menetap dikota Sodom, Yordania. Pada masa itu kota ini menjadi tempat maksiat. Perjudian, perzinahan, sampai kekejian yang belum pernah dilakukan anak-anak Adam sebelumnya, yakni liwath (homo seks) terjadi di sana. Nabi Luthlah yang ditugaskan menyadarkan mereka dari perbuatan menyesatkan itu. Dan (Kami telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, "Mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu (di dunia ini). Sungguh kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas." (QS. 7/Al-A`rof: 80-81)
Seperti orang-orang kafir umumnya, kaum Luth juga tidak mau tahu dengan ajaran Tuhan. Kian hari kekejian mereka kian menjadi, dan ditujukan kepada siapa saja. Orang-orang kafir dari kaum Nabi Luth termasuk istri beliau sendiri yang tidak beriman kepadanya dan sangat zalim, akhirnya disiksa Allah SWT dengan hujan batu sampai meninggal.
Sebelum menurunkan azab, Allah SWT mengutus beberapa malaikat bertamu ke rumah Nabi Luth as dengan menyamar sebagai lelaki yang tampan sebagaimana diceritakan dalam ayat- ayat berikut ini. Dan ketika utusan Kami (para malaikat) itu datang kepada Luth, dia merasa curiga dan dadanya merasa sempit karena (kedatangan)nya. Dia (luth) berkata, "Ini hari yang sangat sulit." (QS. 11 /Hud: 77)
Maksudnya Nabi Luth merasa susah atas kedatangan para utusan Allah yang menjelma menjadi pemuda yang rupawan, sebab kaum Luth sangat menyukai pemuda-pemuda yang rupawan untuk melakukan homoseksual. Dia merasa tidak sanggup melindungi mereka jika ada gangguan dari kaumnya.
Kaumnya segera mendatanginya. Dan dari dulu mereka selalu melakukan perbuatan keji. Luth berkata, "Wahai kaumku, inilah putri- putri (negeri)ku mereka lebih suci bagimu, maka janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu orang yang pandai?"
Mereka menjawab, "Sungguh engkau pasti tahu bahwa kami tidak memiliki keinginan (syahwat) terhadap putri-putrimu. Dan engkau tentu mengetahui apa yang (sebenarnya) kami kehendaki."
Dia (Luth) berkata, "Sekiranya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan). "
Mereka (para malaikat) berkata, Wahai Luth, sesungguhnya kami adalah para utusan Tuhanmu, mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah bersama keluargamu pada akhir malam dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu. Sungguh dia (juga) akan ditimpa (siksaan) yang menimpa mereka. Sungguh saat terjadinya siksaan bagi mereka itu pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?"
Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkan negeri kaum Luth, dan Kami hujani mereka bertubi -tubi dengan batu dari tanah yang terbakar yang diberi tanda oleh Tuhanmu. Dari siksaan itu tiada jauh dari orang yang zalim. (QS. 1 l/Hud: 77-83)
Nabi Luth as. beserta anak-anak dan para pengikutnya diselamatkan Allah SWT. "Kemudian kami selamatkan dia dan pengikutnya, kecuali istrinya. Dia (istrinya) termasuk orang-orang yang tertinggal. Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu). Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat dosa itu." (QS. 7/Al-A`rofi 83-84)
Nabi Ishaq as.
Ia putra Nabi Ibrohim dari istri pertama, Sarah. Nabi Ishaq menikah dengan wanita dari kota Haran, Rifqoh yang tidak lain cucu dari saudara kandung Nabi Ibrohim as. sendiri.. Mereka dikaruniai dua orang putra, Al-Ish dan Ya`kub. Selanjutnya Al- Qur`an tidak banyak menceritakan riwayatnya. Hanya diterangkan bahwa Ishaq seorang nabi. "Dan Kami menggembirakannya (Ibrohim) dengan (kelahiran) Ishaq sebagai nabi yang termasuk orang-orang saleh." (QS. 37/Ash- Shoffat: 112)
Kisah Nabiyullah Yunus Alaihis Salam ( bag 2 )
Kisah ini terdapat di dalam Taurat dalam satu Safar lengkap yang khusus menjelaskannya. Safar ini diberi nama Safar Yunan bin Amatan. Taurat menyatakan bahwa dia adalah salah seorang Nabi Bani Israil. Yang pasti adalah bahwa
Kisah ini terdapat di dalam Taurat dalam satu Safar lengkap yang khusus menjelaskannya. Safar ini diberi nama Safar Yunan bin Amatan. Taurat menyatakan bahwa dia adalah salah seorang Nabi Bani Israil. Yang pasti adalah bahwa
Versi Taurat
Kisah ini terdapat di dalam Taurat dalam satu Safar lengkap yang khusus menjelaskannya. Safar ini diberi nama Safar Yunan bin Amatan. Taurat menyatakan bahwa dia adalah salah seorang Nabi Bani Israil. Yang pasti adalah bahwa Nabi ini adalah Yunus bin Matta. Nama-namanya terdapat kemiripan dalam lafadznya. Kisahnya mengandung sebagian kejadian dan peristiwa yang dibicarakan oleh Al-Qur’an dan hadis, walaupun terdapat kekurangan dan perubahan disebabkan oleh penyelewengan yang menimpa Taurat.
Dan sebagian hadis shahih menyatakan bahwa Nabi ini adalah Yunus bin Matta. (Shahih Bukhari, 6/450, Shahih Muslim, 1/152, no. 166).
Nama asli Yunan menurut orang-orang Yahudi adalah Yunatsan, yang berarti pemberian Allah, atau sebagaimana dikatakan oleh para penjelas Taurat, "Yehova memberi" (yakni, Allah memberi). Yehova menurut mereka adalah Allah. (Qamusul Kitabil Muqaddas, hlm. 1123)
Taurat menyatakan bahwa dia berasal dari kota Palestina yang bernama Jat Hafir (Safar Muluk kedua, Ishah 14 poin 25). Kota ini terletak dekat dengan kota Nashira, sejauh tiga mil darinya.
Salah satu suku Bani Israil bernama Zablun (Safar Yasyu’, Ishah 19 poin 10-16). Oleh karena itu, para penjelas Taurat menguatkan bahwa Yunan berasal dari suku ini. Hanya Allah yang mengetahui kebenaran berita-berita seperti ini.
Taurat mengklaim bahwa Allah mengutus Yunus dari kotanya di Palestina kepada penduduk Ninaway ketika keburukan dan kejahatan merajalela di kalangan mereka, agar dia memperingatkan mereka terhadap adzab dan siksa Allah. Ninaway adalah kota besar dekat kota Moshul di Irak. Lalu Yunus menolak pergi ke kota itu, karena ia takut terhadap keburukan penduduknya. Yunus lari dari Allah Tabaraka wa Taala. Dia naik perahu dari kota Yafa ke kota yang jauh bernama Tarsyisy. Para penafsir Taurat menyatakan bahwa kota ini berada di Maroko atau Spanyol. Aku tidak mengerti bagaimana Yunus menjadi nabi lalu dia mengira mungkin bisa lari dari Allah.
Ketika perahu sampai di tengah lautan, lautan bergolak dan bergejolak sampai perahu hampir pecah. Maka para penumpang membuang barang bawaan mereka agar perahu tidak karam. Pada saat itu Yunus sedang tidur di bagian bawah perahu. Nakhoda mendatanginya dan membangunkannya. Dia meminta kepada Yunus berdoa kepada Allah agar menyelamatkan mereka dari kesulitan tersebut.
Sebagian penumpang mengusulkan agar dilaksanakan undian, bukan untuk meringankan beban perahu, melainkan untuk mengetahui seorang penumpang penyebab kesulitan yang menimpa mereka. Yunus memperoleh undian. Mereka pun bertanya-tanya tentang kejadian apa yang menimpa Yunus. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengenalnya ketika Yunus naik pertama kali bersama mereka. Ketika mereka mengetahui bahwa Yunus lari dari hadapan Allah, mereka ketakutan. Yunus meminta mereka agar melemparkannya ke laut, sehingga mereka bisa selamat dari murka Allah, karena dia mengetahui bahwa dialah penyebab dari bergelaknya laut. Lalu mereka melemparkannya ke laut. Yunus ditelan ikan besar. Dia tertahan di perut ikan selama tiga hari tiga malam. Taurat menyebutkan doa yang dibaca oleh Yunus kepada Tuhannya. Doanya bukan doa di dalam Al-Qur’an. Allah memerintahkan ikan agar memuntahkannya ke daratan, lalu memerintahkannya agar pergi ke kota Ninaway untuk memberi peringatan kepada penduduknya dan memberitahukan kepada penduduknya bahwa kota mereka akan diadzab setelah empat puluh hari.
Ketika penduduk Ninaway mengetahui peringatan Yunus, merekapun bertaubat, beriman dan kembali kepada Allah. Mereka berdo’a kepada-Nya, maka Allah mengampuni dan menyayangi mereka. Hal ini membuat Yunus kesal dan marah karena Allah menyayangi mereka. Yunus menyalahkan Tuhannya atas ampunan-Nya kepada mereka. Yunus meninggalkan kota. Dia duduk di arah timur dari kota itu dibawah payung yang dibuatnya, untuk melihat apa yang terjadi di kota. Lalu Allah menumbuhkan pohon labu besar yang menaunginya agar dia melupakan kekesalannya. Yunus berbahagia dengan pohon itu. Esok harinya, pada saat terbit fajar, pohon labu itu mongering karena Allah mengirim ulat yang memakannya. Yunus bersedih karenanya, maka Tuhannya mencelanya atas kesedihannya terhadap kematian pohon labu, sementara dia tidak bersedih atas binasanya sejumlah besar penduduk Ninaway.
Dalam Ishah pertama dalam Safar Yunan termaktub, "Tuhan berfirman kepada Yunan bin Amatan, ’Bangkitlah, pergilah ke Ninaway, kota yang besar, serukan padanya karena keburukan mereka telah sampai dihadapan-Ku."
Maka Yunan pun bangkit untuk pergi ke Tarsyisy dari wajah Tuhan. Dia singgah di Yafa dan menemukan perahu yang berangkat ke Tarsyisy. Dia membayar ongkos dan naik ke tasnya untuk pergi bersama mereka ke Tarsyisy dari wajah Tuhan.
Tuhan mengirim angin kencang ke laut. Maka terjadilah badai besar di laut yang hampir memecahkan perahu. Para penumpang ketakutan. Semuanya berdoa kepada Tuhan, barang-barang mereka dibuang ke laut untuk meringankan beban perahu.
Yunan sendiri masuk ke lambung perahu, dia tidur nyenyak. Nakhoda mendatanginya dan berkata, "Mengapa kamu hanya tidur? Bangun dan berdoalah kepada Tuhanmu, semoga Tuhan menarik badai ini sehingga kita semua tidak celaka."
Sebagian penumpang berkata kepada sebagian yang lain, "Kita membuat undian supaya kita mengetahui siapa penyebab kesulitan ini." Mereka membuat undian. Maka Yunanlah yang meraih undian.
Mereka berkata kepadanya, "Katakanlah apa penyebab semua ini? Apa yang kamu lakukan? Darimana kamu datang? Apa kotamu? Dari bangsa mana kamu ini?" Yunan menjawab, "Aku orang Ibrani. Aku takut kepada Tuhan langit yang menciptakan langit dan bumi." Maka para penumpang ketakutan. Mereka berkata kepada Yunan, "Mengapa kamu melakukan ini?" Orang-orang mengetahui bahwa dia berlari dari wajah Tuhan karena dia memberitahukan kepada mereka. Mereka berkata, "Apa yang mesti kami lakukan kepadamu agar laut ini bisa tenang?" Pada waktu itu laut semakin bergejolak.
Yunan berkata, "Lemparkan aku ke laut, niscaya laut menjadi tenang, karena aku tahu dirikulah penyebab datangnya badai besar ini kepada kalian." Para penumpang berusaha membelokkan perahu ke daratan, akan tetapi mereka tidak berhasil karena laut semakin bergejolak. Mereka berdoa kepada Tuhan, "Ya Rabbi, kami tidak mau celaka Al-Qur’an disebabkan oleh jiwa laki-laki ini. Janganlah Engkau menjadikan atas kami darah yang bebas, karena Engkau, ya Rabbi, melakukan apa yang Engkau kehendaki." Kemudian mereka membuang Yunan ke laut, maka laut berhenti bergejolak. Orang-orang sangat takut kepada Tuhan. Mereka menyembelih untuk Tuhan dan bernadzar untuk-Nya. Tuhan menyiapkan ikan besar yang menelan Yunan. Maka Yunan berada di dalam perut ikan besar selama tiga hari tiga malam.
Dalam Ishah kedua tertulis, "Yunan berdoa kepada Tuhan-nya di dalam perut ikan. Dia berkata, ’Aku berdoa dari kesulitanku, ya Tuhan, maka perkenankanlah. Aku berteriak dari perut ikan besar maka Engkau mendengar suaraku. Karena Engkau telah melemparkanku ke kedalaman di dasar lautan, aku diliputi oleh sungai, di atasku bergejolak seluruh arus dan gelombang-Mu, maka aku berkata, ’Aku telah diusir dari hadapan mata-Mu, akan tetapi aku kembali melihat kepada bentuk kesucian-Mu. Air telah meliputiku mencekik nafas, arus deras meliputiku, rumput laut mengelilingi kepalaku. Aku turun gunung yang paling bawah, bumi tertutup atasku untuk selama-lamanya. Kemudian, ya Rabbi, Tuhanku, hidupku naik dari tempat rendah ketika nafasku semakin sulit bagiku. Aku mengingat Tuhan, maka doaku mendatangimu, kepada bentuk kesucianmu orang-orang menjaga kebatilan-kebatilan dusta meninggalkan nikmat mereka. Dengan suara pujian aku menyembelih untukmu dan menunaikan apa yang aku nadzarkan. Ikhlas karena Tuhan." Maka Tuhan memerintahkan ikan untuk ia memuntahkan Yunan ke daratan.
Dalam Ishah ketiga tertulis, "Kemudian Tuhan berfirman kepada Yunan untuk kedua kalinya, ’Bangkitlah, pergilah ke Ninaway kota yang besar, serukan kepadanya dengan seruan yang aku sampaikan kepadamu.’
Yunan bangkit. Dia pergi ke Ninaway seperti dalam firman Tuhan. Ninaway adalah kota yang besar bagi Allah, berjarak perjalanan selama tiga hari. Yunan mulai masuk kota dengan perjalanan satu hari. Dia berseru, "Ninaway akan dibalik setelah empat puluh hari."
Penduduk Ninaway beriman kepada Allah dan mereka menyerukan berpuasa. Mereka memakai pakaian ibadah, baik orang dewasa maupun anak-anak. Hal ini didengar oleh raja Ninaway. Dia pun bangkit dari kursinya, melepas jubahnya, menutup diri dengan pakaian ibadah dan duduk di atas abu. Di Ninaway diserukan bahwa perintah raja dan pembesarnya, "Hendaknya manusia, hewan ternak, sapi dan kambing tidak mencicipi apa pun. Tidak digembalakan dan tidak minum air. Hendaknya manusia menutup diri, demikian pula binatang ternak, dengan pakaian ibadah. Mereka berteriak dengan keras kepada Allah. Setiap orang meninggalkan jalan hidupnya yang buruk dan membuang kedzaliman yang ada di tangan mereka. Semoga Allah kembali dan menyesal dan menghapus adzab-Nya, maka kita tidak binasa."
Ketika Allah melihat amal mereka, bahwa mereka meninggalkan kehidupan mereka yang buruk, maka Allah menyesal atas keburukan yang telah diucapkannya untuk dilaksanakan kepada mereka. Dia pun tidak melaksanakannya."
Dalam Ishah keempat termaktub, "Maka hal itu membuat Yunan sangat kesal. Dia marah dan berdoa kepada Tuhan. Dia berkata, "Ya Tuhan, bukankah ini adalah ucapanku manakala aku masih di kotaku? Oleh karena itu aku segera berlari ke Tarsyisy, karena aku mengetahui bahwa Engkau mengasihi dan menyayanginya, tidak cepat marah, banyak rahmat dan menyesal atas keburukan. Maka sekaranglah, wahai Tuhan, cabutlah nyawaku dari diriku karena kematianku lebih baik daripada kehidupanku." Tuhan bertanya, "Apakah kamu marah kepada kebenaran?"
Yunan keluar dari kota itu. Dia duduk di sebelah timur kota. Di sana dia membuat payung dan duduk di bawahnya sehingga dia bisa melihat apa yang terjadi di kota. Maka Tuhan menumbuhkan sebuah pohon labu yang tingginya melebihi Yunan sehingga bisa memayungi kepalanya, agar dia melupakan kesedihannya. Karena pohon labu ini Yunan menjadi sangat bahagia. Kemudian esok harinya di waktu fajar, Allah mengirimkan ulat yang menyerang pohon labu hingga mengering. Dan pada waktu terbit matahari Allah mengirim angin timur yang panas. Matahari memanaskan kepala Yunan dan pohon itu mongering. Lalu Yunus memilih mati untuk dirinya. Dia berkata, "Matiku lebih baik dari hidupku."
Allah berfirman kepada Yunan, "Apakah kamu marah terhadap kebenaran demi sebatang pohon labu?" Yunan menjawab, "Aku marah kepada kebenaran sampai mati." Tuhan berkata, "Kamu mengasihi sebatang pohon labu padahal ia bukan hasil keringatmu, bukan pula kamu yang merawatnya. Ia tumbuh di malam apa pun dan kamu meninggalkannya pada malam ketika ia mengering. Apakah aku tidak mengasihi orang-orang Ninaway, kota yang besar di mana terledapat lebih dari dua belas kabilah manusia yang tidak mengenal mana yang kanan dari yang kiri dan ternak mereka yang banyak?"
Komentar terhadap Versi Taurat
Barang siapa membaca kisah ini dalam Taurat setelah dia mengetahui kisah yang benar di dalam Al-Qur’an dan hadis yang shahih, maka dia mengetahui bahwa kisahnya telah diselewengkan dan dirubah. Yang tersisa dari kebenaran hanyalah sedikit, ibarat puing-puing yang tersisa dari kota mati. Orang yang mengenalnya dengan baik hampir tidak mengenalinya kecuali dengan usaha keras dan penuh kesulitan.
Tanpa ragu, kisah Yunus adalah benar, bukan khayalan yang direkayasa sebagaimana diklaim oleh sebagian penjelas Taurat. Dan kami tidak mengetahui sejauh mana kebenarannya bahwa Yunus berasal dari bumi Palestina dan diutus oleh Allah ke Ninaway di bumi Irak. Yang nampak bagiku adalah bahwa hal ini tidak benar. Rasulullah telah menyampaikan kepada kita bahwa Allah tidak mengutus seorang rasul setelah Luth, kecuali jika dia di puncak nasab kaumnya. Bagaimana bisa Yunus bukan dari penduduk kota di mana dia diutus kepadanya? Al-Qur’an secara nyata meyatakan bahwa penduduk kota di mana Yunus diutus kepada mereka adalah kaumnya, "Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu." (Yunus:98). Bagaimana bisa mereka adalah kaum Yunus sementara dia dianggap orang asing bagi mereka ? ini adalah pemahaman yang jauh.
Klaim Taurat bahwa Yunus menolak perintah Allah kepadanya agar pergi ke Ninaway adalah klaim yang salah. Tidak mungkin bagi seorang Yunus yang diangkat menjadi nabi dan rasul untuk menolak perintah Allah kepadanya. Dan klaim Taurat bahwa Yunus naik perahu sebelum sampai di Ninaway adalah klaim yang salah pula. Hadis secara jelas menyatakan bahwa kejadian itu setelah dia pergi meninggalkan kaumnya karena adzab yang tidak turun kepada mereka.
Hadis menyatakan bahwa para penumpang perahu mengenal Yunus tidak sebagaimana yang dinyatakan oleh Taurat bahwa mereka tidak mengenalnya. Hadis juga menyatakan bahwa Yunuslah yang meminta agar dilakukan undian, tidak sebagaimana yang dinyatakan oleh Taurat bahwa merekalah yang meminta itu. Hadis menyatakan bahwa undian dilakukan tiga kali, bukan satu kali seperti yang dikatakan oleh Taurat. Hadis menyatakan bahwa Yunus melemparkan dirinya ke laut, tidak sebagaimana Taurat yang menyatakan bahwa merekalah yang melemparkannya.
Taurat menyatakan bahwa pada saat laut bergejolak Yunus sedang tidur nyenyak, ini tidak benar. Ini menjelek-jelekkan Nabi Yunus. Tidur nyenyak dalam situasi seperti ini bukanlah tabiat orang-orang besar.
Al-Qur’an membenarkan Taurat dalam beberapa hal, seperti ketika Yunus ditelan ikan besar. Akan tetapi Taurat tidak menyinggung bahwa Yunus mendengar tasbih batu-batu di lautan seperti disebutkan oleh hadis. Dan doa yang dibaca oleh Yunus dalam Taurat bukanlah doa yang disebutkan oleh Al-Qur’an yang sesuai dengan kondisinya. Doa dalam Taurat yang tidak mengandung pengakuan terhadap kesalahannya.
Yang ada di dalam Al-Qur’an dan hadis-hadis shahih adalah bahwa Yunus mengajak kaumnya, orang-orang Ninaway, tapi mereka menolak untuk beriman. Yunus mengancam mereka dengan adzab dan kebinasaan. Begitulah umat-umat para rasul mereka tidak diadzab kecuali jika hujjah telah tegak atas mereka. Adapun yang dinyatakan oleh Taurat bahwa Yunus datang memberitakan adzab kepada mereka yang akan turun setelah empat puluh hari tanpa peringatan terlebih dahulu dan tanpa pergolakan panjang, menyelisihi apa yang sudah terbiasa dalam urusan dakwah para rasuk kepada kaum mereka.
Taubat penduduk Ninaway dan kembalinya mereka kepada Allah yang disebutkan oleh Taurat dibenarkan oleh Al-Qur’an. Binatang ternak yang dipisahkan dari anak-anaknya yang disebutkan oleh Taurat juga dinyatakan benar oleh hadis. Dan di dalam hal ini, Taurat memuat perincian yang mungkin saja benar, namun pengungkapan penyesalan Allah atas keburukan yang hendak dilakukannya kepada penduduk kota adalah pengungkapan yang buruk lagi salah. Yang benar adalah bahwa Allah menerima taubat mereka dan mengasihi mereka.
Taurat menyatakan bahwa Yunus marah terhadap rahmat Allah kepada penduduk kota lalu dia menyalahkan-Nya. Ini tidak benar. Yang benar adalah bahwa Yunus takut dibunuh karena adzab Allah tidak turun menimpa mereka. Hukum pendusta di lingkungan mereka adalah dibunuh.
Yunus memperingatkan mereka dengan adzab setelah empat puluh hari. Ini salah. Yang benar adalah setelah tiga hari sebagaimana termaktub dalam hadis.
Taurat menyatakan bahwa Allah menumbuhkan sebuah pohon labu bagi Yunus dan bahwa pohon itu mengering hingga dia bersedih. Lalu Allah membuat perumpamaan dengannya; dia bersedih atas matinya sebuah pohon, tetapi tidak bersedih atas sebuah umat yang jumlahnya melebihi seratus ribu orang. Ini benar. Akan tetapi tidaklah benar bahwa Allah menumbuhkan pohon labu untuknya setelah dia memperingatkan kaumnya. Dan apa yang secara jelas dinyatakan oleh hadis dan oleh Al-Qur’an secara tersurat bahwa semua itu terjadi setelah Yunus dimuntahkan dari dalam perut ikan.
Di dalam Taurat tidak terdapat banyak perincian seperti termaktub di dalam Al-Qur’an dan hadis. Taurat tidak menyinggung sebab-sebab yang membuat Yunus pergi dari kotanya, yaitu karena takut dibunuh dikarenakan adzab yang dijanjikannya tidak kunjung turun. Taurat tidak menyinggung bahwa Yunus dimuntahkan oleh ikan besar dalam keadaan sakit seperti anak burung tanpa bulu. Taurat juga tidak berbicara tentang seorang anak muda dengan perincian-perinciannya.
Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis
Sumber: diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 148-168.
Kisah ini terdapat di dalam Taurat dalam satu Safar lengkap yang khusus menjelaskannya. Safar ini diberi nama Safar Yunan bin Amatan. Taurat menyatakan bahwa dia adalah salah seorang Nabi Bani Israil. Yang pasti adalah bahwa Nabi ini adalah Yunus bin Matta. Nama-namanya terdapat kemiripan dalam lafadznya. Kisahnya mengandung sebagian kejadian dan peristiwa yang dibicarakan oleh Al-Qur’an dan hadis, walaupun terdapat kekurangan dan perubahan disebabkan oleh penyelewengan yang menimpa Taurat.
Dan sebagian hadis shahih menyatakan bahwa Nabi ini adalah Yunus bin Matta. (Shahih Bukhari, 6/450, Shahih Muslim, 1/152, no. 166).
Nama asli Yunan menurut orang-orang Yahudi adalah Yunatsan, yang berarti pemberian Allah, atau sebagaimana dikatakan oleh para penjelas Taurat, "Yehova memberi" (yakni, Allah memberi). Yehova menurut mereka adalah Allah. (Qamusul Kitabil Muqaddas, hlm. 1123)
Taurat menyatakan bahwa dia berasal dari kota Palestina yang bernama Jat Hafir (Safar Muluk kedua, Ishah 14 poin 25). Kota ini terletak dekat dengan kota Nashira, sejauh tiga mil darinya.
Salah satu suku Bani Israil bernama Zablun (Safar Yasyu’, Ishah 19 poin 10-16). Oleh karena itu, para penjelas Taurat menguatkan bahwa Yunan berasal dari suku ini. Hanya Allah yang mengetahui kebenaran berita-berita seperti ini.
Taurat mengklaim bahwa Allah mengutus Yunus dari kotanya di Palestina kepada penduduk Ninaway ketika keburukan dan kejahatan merajalela di kalangan mereka, agar dia memperingatkan mereka terhadap adzab dan siksa Allah. Ninaway adalah kota besar dekat kota Moshul di Irak. Lalu Yunus menolak pergi ke kota itu, karena ia takut terhadap keburukan penduduknya. Yunus lari dari Allah Tabaraka wa Taala. Dia naik perahu dari kota Yafa ke kota yang jauh bernama Tarsyisy. Para penafsir Taurat menyatakan bahwa kota ini berada di Maroko atau Spanyol. Aku tidak mengerti bagaimana Yunus menjadi nabi lalu dia mengira mungkin bisa lari dari Allah.
Ketika perahu sampai di tengah lautan, lautan bergolak dan bergejolak sampai perahu hampir pecah. Maka para penumpang membuang barang bawaan mereka agar perahu tidak karam. Pada saat itu Yunus sedang tidur di bagian bawah perahu. Nakhoda mendatanginya dan membangunkannya. Dia meminta kepada Yunus berdoa kepada Allah agar menyelamatkan mereka dari kesulitan tersebut.
Sebagian penumpang mengusulkan agar dilaksanakan undian, bukan untuk meringankan beban perahu, melainkan untuk mengetahui seorang penumpang penyebab kesulitan yang menimpa mereka. Yunus memperoleh undian. Mereka pun bertanya-tanya tentang kejadian apa yang menimpa Yunus. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengenalnya ketika Yunus naik pertama kali bersama mereka. Ketika mereka mengetahui bahwa Yunus lari dari hadapan Allah, mereka ketakutan. Yunus meminta mereka agar melemparkannya ke laut, sehingga mereka bisa selamat dari murka Allah, karena dia mengetahui bahwa dialah penyebab dari bergelaknya laut. Lalu mereka melemparkannya ke laut. Yunus ditelan ikan besar. Dia tertahan di perut ikan selama tiga hari tiga malam. Taurat menyebutkan doa yang dibaca oleh Yunus kepada Tuhannya. Doanya bukan doa di dalam Al-Qur’an. Allah memerintahkan ikan agar memuntahkannya ke daratan, lalu memerintahkannya agar pergi ke kota Ninaway untuk memberi peringatan kepada penduduknya dan memberitahukan kepada penduduknya bahwa kota mereka akan diadzab setelah empat puluh hari.
Ketika penduduk Ninaway mengetahui peringatan Yunus, merekapun bertaubat, beriman dan kembali kepada Allah. Mereka berdo’a kepada-Nya, maka Allah mengampuni dan menyayangi mereka. Hal ini membuat Yunus kesal dan marah karena Allah menyayangi mereka. Yunus menyalahkan Tuhannya atas ampunan-Nya kepada mereka. Yunus meninggalkan kota. Dia duduk di arah timur dari kota itu dibawah payung yang dibuatnya, untuk melihat apa yang terjadi di kota. Lalu Allah menumbuhkan pohon labu besar yang menaunginya agar dia melupakan kekesalannya. Yunus berbahagia dengan pohon itu. Esok harinya, pada saat terbit fajar, pohon labu itu mongering karena Allah mengirim ulat yang memakannya. Yunus bersedih karenanya, maka Tuhannya mencelanya atas kesedihannya terhadap kematian pohon labu, sementara dia tidak bersedih atas binasanya sejumlah besar penduduk Ninaway.
Dalam Ishah pertama dalam Safar Yunan termaktub, "Tuhan berfirman kepada Yunan bin Amatan, ’Bangkitlah, pergilah ke Ninaway, kota yang besar, serukan padanya karena keburukan mereka telah sampai dihadapan-Ku."
Maka Yunan pun bangkit untuk pergi ke Tarsyisy dari wajah Tuhan. Dia singgah di Yafa dan menemukan perahu yang berangkat ke Tarsyisy. Dia membayar ongkos dan naik ke tasnya untuk pergi bersama mereka ke Tarsyisy dari wajah Tuhan.
Tuhan mengirim angin kencang ke laut. Maka terjadilah badai besar di laut yang hampir memecahkan perahu. Para penumpang ketakutan. Semuanya berdoa kepada Tuhan, barang-barang mereka dibuang ke laut untuk meringankan beban perahu.
Yunan sendiri masuk ke lambung perahu, dia tidur nyenyak. Nakhoda mendatanginya dan berkata, "Mengapa kamu hanya tidur? Bangun dan berdoalah kepada Tuhanmu, semoga Tuhan menarik badai ini sehingga kita semua tidak celaka."
Sebagian penumpang berkata kepada sebagian yang lain, "Kita membuat undian supaya kita mengetahui siapa penyebab kesulitan ini." Mereka membuat undian. Maka Yunanlah yang meraih undian.
Mereka berkata kepadanya, "Katakanlah apa penyebab semua ini? Apa yang kamu lakukan? Darimana kamu datang? Apa kotamu? Dari bangsa mana kamu ini?" Yunan menjawab, "Aku orang Ibrani. Aku takut kepada Tuhan langit yang menciptakan langit dan bumi." Maka para penumpang ketakutan. Mereka berkata kepada Yunan, "Mengapa kamu melakukan ini?" Orang-orang mengetahui bahwa dia berlari dari wajah Tuhan karena dia memberitahukan kepada mereka. Mereka berkata, "Apa yang mesti kami lakukan kepadamu agar laut ini bisa tenang?" Pada waktu itu laut semakin bergejolak.
Yunan berkata, "Lemparkan aku ke laut, niscaya laut menjadi tenang, karena aku tahu dirikulah penyebab datangnya badai besar ini kepada kalian." Para penumpang berusaha membelokkan perahu ke daratan, akan tetapi mereka tidak berhasil karena laut semakin bergejolak. Mereka berdoa kepada Tuhan, "Ya Rabbi, kami tidak mau celaka Al-Qur’an disebabkan oleh jiwa laki-laki ini. Janganlah Engkau menjadikan atas kami darah yang bebas, karena Engkau, ya Rabbi, melakukan apa yang Engkau kehendaki." Kemudian mereka membuang Yunan ke laut, maka laut berhenti bergejolak. Orang-orang sangat takut kepada Tuhan. Mereka menyembelih untuk Tuhan dan bernadzar untuk-Nya. Tuhan menyiapkan ikan besar yang menelan Yunan. Maka Yunan berada di dalam perut ikan besar selama tiga hari tiga malam.
Dalam Ishah kedua tertulis, "Yunan berdoa kepada Tuhan-nya di dalam perut ikan. Dia berkata, ’Aku berdoa dari kesulitanku, ya Tuhan, maka perkenankanlah. Aku berteriak dari perut ikan besar maka Engkau mendengar suaraku. Karena Engkau telah melemparkanku ke kedalaman di dasar lautan, aku diliputi oleh sungai, di atasku bergejolak seluruh arus dan gelombang-Mu, maka aku berkata, ’Aku telah diusir dari hadapan mata-Mu, akan tetapi aku kembali melihat kepada bentuk kesucian-Mu. Air telah meliputiku mencekik nafas, arus deras meliputiku, rumput laut mengelilingi kepalaku. Aku turun gunung yang paling bawah, bumi tertutup atasku untuk selama-lamanya. Kemudian, ya Rabbi, Tuhanku, hidupku naik dari tempat rendah ketika nafasku semakin sulit bagiku. Aku mengingat Tuhan, maka doaku mendatangimu, kepada bentuk kesucianmu orang-orang menjaga kebatilan-kebatilan dusta meninggalkan nikmat mereka. Dengan suara pujian aku menyembelih untukmu dan menunaikan apa yang aku nadzarkan. Ikhlas karena Tuhan." Maka Tuhan memerintahkan ikan untuk ia memuntahkan Yunan ke daratan.
Dalam Ishah ketiga tertulis, "Kemudian Tuhan berfirman kepada Yunan untuk kedua kalinya, ’Bangkitlah, pergilah ke Ninaway kota yang besar, serukan kepadanya dengan seruan yang aku sampaikan kepadamu.’
Yunan bangkit. Dia pergi ke Ninaway seperti dalam firman Tuhan. Ninaway adalah kota yang besar bagi Allah, berjarak perjalanan selama tiga hari. Yunan mulai masuk kota dengan perjalanan satu hari. Dia berseru, "Ninaway akan dibalik setelah empat puluh hari."
Penduduk Ninaway beriman kepada Allah dan mereka menyerukan berpuasa. Mereka memakai pakaian ibadah, baik orang dewasa maupun anak-anak. Hal ini didengar oleh raja Ninaway. Dia pun bangkit dari kursinya, melepas jubahnya, menutup diri dengan pakaian ibadah dan duduk di atas abu. Di Ninaway diserukan bahwa perintah raja dan pembesarnya, "Hendaknya manusia, hewan ternak, sapi dan kambing tidak mencicipi apa pun. Tidak digembalakan dan tidak minum air. Hendaknya manusia menutup diri, demikian pula binatang ternak, dengan pakaian ibadah. Mereka berteriak dengan keras kepada Allah. Setiap orang meninggalkan jalan hidupnya yang buruk dan membuang kedzaliman yang ada di tangan mereka. Semoga Allah kembali dan menyesal dan menghapus adzab-Nya, maka kita tidak binasa."
Ketika Allah melihat amal mereka, bahwa mereka meninggalkan kehidupan mereka yang buruk, maka Allah menyesal atas keburukan yang telah diucapkannya untuk dilaksanakan kepada mereka. Dia pun tidak melaksanakannya."
Dalam Ishah keempat termaktub, "Maka hal itu membuat Yunan sangat kesal. Dia marah dan berdoa kepada Tuhan. Dia berkata, "Ya Tuhan, bukankah ini adalah ucapanku manakala aku masih di kotaku? Oleh karena itu aku segera berlari ke Tarsyisy, karena aku mengetahui bahwa Engkau mengasihi dan menyayanginya, tidak cepat marah, banyak rahmat dan menyesal atas keburukan. Maka sekaranglah, wahai Tuhan, cabutlah nyawaku dari diriku karena kematianku lebih baik daripada kehidupanku." Tuhan bertanya, "Apakah kamu marah kepada kebenaran?"
Yunan keluar dari kota itu. Dia duduk di sebelah timur kota. Di sana dia membuat payung dan duduk di bawahnya sehingga dia bisa melihat apa yang terjadi di kota. Maka Tuhan menumbuhkan sebuah pohon labu yang tingginya melebihi Yunan sehingga bisa memayungi kepalanya, agar dia melupakan kesedihannya. Karena pohon labu ini Yunan menjadi sangat bahagia. Kemudian esok harinya di waktu fajar, Allah mengirimkan ulat yang menyerang pohon labu hingga mengering. Dan pada waktu terbit matahari Allah mengirim angin timur yang panas. Matahari memanaskan kepala Yunan dan pohon itu mongering. Lalu Yunus memilih mati untuk dirinya. Dia berkata, "Matiku lebih baik dari hidupku."
Allah berfirman kepada Yunan, "Apakah kamu marah terhadap kebenaran demi sebatang pohon labu?" Yunan menjawab, "Aku marah kepada kebenaran sampai mati." Tuhan berkata, "Kamu mengasihi sebatang pohon labu padahal ia bukan hasil keringatmu, bukan pula kamu yang merawatnya. Ia tumbuh di malam apa pun dan kamu meninggalkannya pada malam ketika ia mengering. Apakah aku tidak mengasihi orang-orang Ninaway, kota yang besar di mana terledapat lebih dari dua belas kabilah manusia yang tidak mengenal mana yang kanan dari yang kiri dan ternak mereka yang banyak?"
Komentar terhadap Versi Taurat
Barang siapa membaca kisah ini dalam Taurat setelah dia mengetahui kisah yang benar di dalam Al-Qur’an dan hadis yang shahih, maka dia mengetahui bahwa kisahnya telah diselewengkan dan dirubah. Yang tersisa dari kebenaran hanyalah sedikit, ibarat puing-puing yang tersisa dari kota mati. Orang yang mengenalnya dengan baik hampir tidak mengenalinya kecuali dengan usaha keras dan penuh kesulitan.
Tanpa ragu, kisah Yunus adalah benar, bukan khayalan yang direkayasa sebagaimana diklaim oleh sebagian penjelas Taurat. Dan kami tidak mengetahui sejauh mana kebenarannya bahwa Yunus berasal dari bumi Palestina dan diutus oleh Allah ke Ninaway di bumi Irak. Yang nampak bagiku adalah bahwa hal ini tidak benar. Rasulullah telah menyampaikan kepada kita bahwa Allah tidak mengutus seorang rasul setelah Luth, kecuali jika dia di puncak nasab kaumnya. Bagaimana bisa Yunus bukan dari penduduk kota di mana dia diutus kepadanya? Al-Qur’an secara nyata meyatakan bahwa penduduk kota di mana Yunus diutus kepada mereka adalah kaumnya, "Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu." (Yunus:98). Bagaimana bisa mereka adalah kaum Yunus sementara dia dianggap orang asing bagi mereka ? ini adalah pemahaman yang jauh.
Klaim Taurat bahwa Yunus menolak perintah Allah kepadanya agar pergi ke Ninaway adalah klaim yang salah. Tidak mungkin bagi seorang Yunus yang diangkat menjadi nabi dan rasul untuk menolak perintah Allah kepadanya. Dan klaim Taurat bahwa Yunus naik perahu sebelum sampai di Ninaway adalah klaim yang salah pula. Hadis secara jelas menyatakan bahwa kejadian itu setelah dia pergi meninggalkan kaumnya karena adzab yang tidak turun kepada mereka.
Hadis menyatakan bahwa para penumpang perahu mengenal Yunus tidak sebagaimana yang dinyatakan oleh Taurat bahwa mereka tidak mengenalnya. Hadis juga menyatakan bahwa Yunuslah yang meminta agar dilakukan undian, tidak sebagaimana yang dinyatakan oleh Taurat bahwa merekalah yang meminta itu. Hadis menyatakan bahwa undian dilakukan tiga kali, bukan satu kali seperti yang dikatakan oleh Taurat. Hadis menyatakan bahwa Yunus melemparkan dirinya ke laut, tidak sebagaimana Taurat yang menyatakan bahwa merekalah yang melemparkannya.
Taurat menyatakan bahwa pada saat laut bergejolak Yunus sedang tidur nyenyak, ini tidak benar. Ini menjelek-jelekkan Nabi Yunus. Tidur nyenyak dalam situasi seperti ini bukanlah tabiat orang-orang besar.
Al-Qur’an membenarkan Taurat dalam beberapa hal, seperti ketika Yunus ditelan ikan besar. Akan tetapi Taurat tidak menyinggung bahwa Yunus mendengar tasbih batu-batu di lautan seperti disebutkan oleh hadis. Dan doa yang dibaca oleh Yunus dalam Taurat bukanlah doa yang disebutkan oleh Al-Qur’an yang sesuai dengan kondisinya. Doa dalam Taurat yang tidak mengandung pengakuan terhadap kesalahannya.
Yang ada di dalam Al-Qur’an dan hadis-hadis shahih adalah bahwa Yunus mengajak kaumnya, orang-orang Ninaway, tapi mereka menolak untuk beriman. Yunus mengancam mereka dengan adzab dan kebinasaan. Begitulah umat-umat para rasul mereka tidak diadzab kecuali jika hujjah telah tegak atas mereka. Adapun yang dinyatakan oleh Taurat bahwa Yunus datang memberitakan adzab kepada mereka yang akan turun setelah empat puluh hari tanpa peringatan terlebih dahulu dan tanpa pergolakan panjang, menyelisihi apa yang sudah terbiasa dalam urusan dakwah para rasuk kepada kaum mereka.
Taubat penduduk Ninaway dan kembalinya mereka kepada Allah yang disebutkan oleh Taurat dibenarkan oleh Al-Qur’an. Binatang ternak yang dipisahkan dari anak-anaknya yang disebutkan oleh Taurat juga dinyatakan benar oleh hadis. Dan di dalam hal ini, Taurat memuat perincian yang mungkin saja benar, namun pengungkapan penyesalan Allah atas keburukan yang hendak dilakukannya kepada penduduk kota adalah pengungkapan yang buruk lagi salah. Yang benar adalah bahwa Allah menerima taubat mereka dan mengasihi mereka.
Taurat menyatakan bahwa Yunus marah terhadap rahmat Allah kepada penduduk kota lalu dia menyalahkan-Nya. Ini tidak benar. Yang benar adalah bahwa Yunus takut dibunuh karena adzab Allah tidak turun menimpa mereka. Hukum pendusta di lingkungan mereka adalah dibunuh.
Yunus memperingatkan mereka dengan adzab setelah empat puluh hari. Ini salah. Yang benar adalah setelah tiga hari sebagaimana termaktub dalam hadis.
Taurat menyatakan bahwa Allah menumbuhkan sebuah pohon labu bagi Yunus dan bahwa pohon itu mengering hingga dia bersedih. Lalu Allah membuat perumpamaan dengannya; dia bersedih atas matinya sebuah pohon, tetapi tidak bersedih atas sebuah umat yang jumlahnya melebihi seratus ribu orang. Ini benar. Akan tetapi tidaklah benar bahwa Allah menumbuhkan pohon labu untuknya setelah dia memperingatkan kaumnya. Dan apa yang secara jelas dinyatakan oleh hadis dan oleh Al-Qur’an secara tersurat bahwa semua itu terjadi setelah Yunus dimuntahkan dari dalam perut ikan.
Di dalam Taurat tidak terdapat banyak perincian seperti termaktub di dalam Al-Qur’an dan hadis. Taurat tidak menyinggung sebab-sebab yang membuat Yunus pergi dari kotanya, yaitu karena takut dibunuh dikarenakan adzab yang dijanjikannya tidak kunjung turun. Taurat tidak menyinggung bahwa Yunus dimuntahkan oleh ikan besar dalam keadaan sakit seperti anak burung tanpa bulu. Taurat juga tidak berbicara tentang seorang anak muda dengan perincian-perinciannya.
Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis
- Hendaknya seorang mukmin teguh di atas perintah Allah dan sabar atas hukum-Nya. Dia tidak sepantasnya terburu-buru dalam urusan di mana Allah mempunyai urusan di dalamnya.
- Dampak taubat dan iman dalam mengangkat kemarahan Allah, murka dan adzab-Nya sebagaimana yang terjadi pada kaum Yunus, bahwa Allah mengangkat adzab mereka ketika mereka beriman.
- Kadangkala Allah menguji hamba-hamba-Nya yang shalih jika mereka melakukan penyimpangan terhadap perintah Allah, sebagaimana Dia menguji Yunus. Tetapi Dia menyelamatkan mereka dengan iman, kebaikan, dan doa mereka, sebagaimana Yunus selamat dari perut ikan.
- Dampak doa dan pengakuan terhadap kesalahan dalam menyelematkan diri dari kesulitan. Allah menyelamatkan Yunus karena doa dan tasbihnya. "Maka kalau sekiranya Dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit." (Ash-shaffat: 143-144).
- Hadis ini menunjukkan kodrat besar Allah. Dia menghentikan perahu hingga tidak berjalan, padahal perahu-perahu yang ada di kanan kirinya hilir mudik. Dia menahan ikan hingga tidak mematikan Yunus berada di dalam perutnya. Dia memerintahkannya untuk memuntahkannya di pantai. Dia membuat Yunus mendengar tasbih batu-batu di dasar laut. Dia membuat pohon dan batu bisa berbicara untuk memberikan kesaksian kepada anak muda.
- Allah mengangkat anak muda penggembala kambing sebagai raja. Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang dikehendaki- Nya. Anak muda itu memperbaiki kaumnya selama empat puluh tahun, masa yang panjang.
- Cepatnya perubahan yang terjadi pada kaum Yunus. Keadaan mereka menjadi baik dan urusan mereka menjadi lurus. Ini dibuktikan dengan turunnya raja mereka dari tahtanya dan menyerahkannya kepada anak muda penggembala yang bertemu Yunus. Dia menyampaikan salam Yunus kepada kaumnya, serta pohon dan daratan berarti untuknya.
- Beratnya dosa dusta. Pada masa umat terdahulu dusta termasuk dosa besar dan pelakunya berhak dibunuh.
- Pada masa selain kaum Yunus terdapat orang-orang yang baik. Para penumpang perahu menolak melemparkan Yunus walaupun Yunus selalu menang undian tiga kali, sehingga Yunuslah yang menceburkan diri.
- Kesalahan yang dilakukan oleh Yunus tidak menodai kedudukannya dan tidak menurunkan kemuliaannya. Dia termasuk nabi dan rasul Allah di mana Dia memilih, mengangkat, dan mengunggulkan mereka. Rasul kita telah memperingatkan agar jangan ada orang yang mengklaim atau berkata, "Aku lebih baik daripada Yunus bin Matta," hanya karena Yunus melakukan kesalahannya. Di dalam Shahih Bukhari Nabi bersabda, "Janganlah kamu berkata, ’Sesungguhnya aku lebih baik daripada Yunus bin Matta.’" Dalam riwayat lain, "Tidak sepantasnya seorang hamba berkata, ’Aku lebih baik daripada Yunus bin Matta.’" (Lihatlah hadis-hadis yang melarang hal ini dalam Shahih Bukhari, 6/450 no. 342, 3416).
- Keutamaan doa Dzin Nun. Doanya menjadi doa yang dilontarkan oleh orang-orang yang tertimpa kesulitan, orang-orang yang mendapat kesedihan, dan orang-orang yang dikepung oleh kesusahan dan kesengsaraan. "Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim." (Al-Anbiya: 87).
- Boleh naik perahu, sebagaimana Yunus melakukannya.
- Sejauh mana kesulitan para rasul dalam berdakwah kepada Allah dan menghadapi kaum mereka, serta sejauh mana ujian Allah dan cobaan-Nya kepada mereka.
- Ketaatan para makhluk kepada Allah. Ikan besar menelan Yunus sebagaimana yang Dia perintahkan dan ia tidak membunuhnya. Begitu Allah memintanya agar memuntahkan, maka ia melakukannya. Ikan-ikan besar dan ikan-ikan lainnya serta batu lautan, semuanya bertasbih kepada Allah dan Yunus mendengar tasbihnya.
- Koreksi Al-Qur’an dan hadis terhadap berita-berita yang diselewengkan oleh Bani Israil.
- Rasulullah menyebutkan sifat Nabi Yunus pada waktu beliau menunaikan ibadah haji. Sebuah hadis riwayat Muslim dalam Shahihnya, bahwa Rasulullah mendatangi sebuah jalan di gunung Harsya (gunung dekat Juhfah) dan beliau bersabda, "Seolah-olah diriku melihat Yunus bin Matta di atas unta merah yang gemuk dengan berjubah wol, tali kekang untanya dari sabut, dan dia sedang bertalbiyah." (Shahih Muslim, 1/251, no. 166; Musnad Ahmad, 3/352, no. 1854, cetakan Ar-Risalah).
Sumber: diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 148-168.