HISTORY MUHAMMAD SAW
Kelahiran Muhammad Rosulullah SAW
"Dan kami tidak mengutus
engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. 34) Ayat ini
membantah adanya
anggapan bahwa Nabi Muhammad saw. hanya
diutus untuk orang Arab saja. Sebab ajaran yang dibawanya adalah untuk
seluruh
umat manusia di muka bumi ini.
Muhammad saw. adalah putra dari Aminah binti Wahab dan Abdullah bin Abdul Mutholib (wafat sewaktu Nabi masih dalam kandungan). Ia dilahirkan di Mekah, tepatnya sekitar 200 meter dari Masjidil Haram, pada hari Senin menjelang terbit fajar, 12 Robiul Awaltahun Gajah (20 April 571 M). Tempat kelahiran Nabi itu kini dijadikan perpustakaan "Maktabah Makkah Al-Mukarromah."
Penamaan tahun Gajah itu sendiri karena pada waktu itu bala tentara pimpinan Abroha, Gubernur Yaman menyerang Ka’bah dengan mengendarai gajah. Namun Abroha beserta pasukannya berhasil dihancur-lumatkan oleh pasukan burung ababil yang diperintahkan oleh Allah SWT menghujani mereka dengan batu-batu dari tanah yang terbakar (simaklah QS 105/Al-Fil: 1-5)
Sebagaimana anak-anak bangsawan lainnya pada masa itu, Muhammad disusukan pada wanita Badiyah (sebuah dusun di Padang Pasir) bernama Halimah Abi Dzubaidah As-Sa’diyah dari Bani Sa’ad Kabilah Hawazin. Di perkampungan Bani Sa’ad inilah ia dibesarkan sampai usia lima tahun. Setelah itu Muhammad diasuh sendiri oleh ibunya. Satu tahun kemudian, sewaktu Muhammad berumur enam tahun, Aminah meninggal dunia. Sejak itu Muhammad diasuh oleh kakeknya, Abdul Mutholib. Tidak lama kemudian kakeknya juga meninggal dunia, maka ia dibesarkan oleh pamannya, Abu Tholib.
Pada usia 12 tahun, Muhammad diajak pamannya berdagang ke negeri Syam. Sesampainya mereka di kota Bushro, ada seorang pendeta Kristen bernama Buhiro yang memperhatikan Muhammad dan terperanjat menyaksikan adanya tanda-tanda kenabian padanya sesuai benar dengan yang diceritakan dalam Injil. Karena itu Pendeta Buhiro menyarankan Abu Tholib agar segera membawa Muhammad pulang kembali. Sebab ia khawatir jika orang-orang Yahudi mengetahuinya, mereka akan mencelakakannya. Pendeta Buhiro juga berpesan supaya Abu Tholib memelihara dan menjaga keponakannya itu baik-baik, karena ia calon pemimpin umat.
Sejak masa kanak-anak, Muhammad saw telah menunjukkan, sifat-sifat seorang pemimpin. Ia melaksanakan pekerjaannya sebagai penggembala kambing dengan sebaik-baiknya. Berbagai catatan sejarah, termasuk yang ditulis oleh pakar-pakar Barat, mengakui bahwa Muhammad saw seorang figur yang sangat cerdas, dan memiliki daya ingat sangat kuat. Lebih dari itu ia seorang yang rendah hati, penuh kasih sayang kepada sesamanya, senantiasa menjauhi perbuatan keji dan kotor, jujur dalam setiap tindak-lakunya, serta lembut dan benar perkataannya. Pantaslah jika masyarakat memberinya gelar Al-Amin (artinya orang yang dapat dipercaya).
Muhammad saw. adalah putra dari Aminah binti Wahab dan Abdullah bin Abdul Mutholib (wafat sewaktu Nabi masih dalam kandungan). Ia dilahirkan di Mekah, tepatnya sekitar 200 meter dari Masjidil Haram, pada hari Senin menjelang terbit fajar, 12 Robiul Awaltahun Gajah (20 April 571 M). Tempat kelahiran Nabi itu kini dijadikan perpustakaan "Maktabah Makkah Al-Mukarromah."
Penamaan tahun Gajah itu sendiri karena pada waktu itu bala tentara pimpinan Abroha, Gubernur Yaman menyerang Ka’bah dengan mengendarai gajah. Namun Abroha beserta pasukannya berhasil dihancur-lumatkan oleh pasukan burung ababil yang diperintahkan oleh Allah SWT menghujani mereka dengan batu-batu dari tanah yang terbakar (simaklah QS 105/Al-Fil: 1-5)
Sebagaimana anak-anak bangsawan lainnya pada masa itu, Muhammad disusukan pada wanita Badiyah (sebuah dusun di Padang Pasir) bernama Halimah Abi Dzubaidah As-Sa’diyah dari Bani Sa’ad Kabilah Hawazin. Di perkampungan Bani Sa’ad inilah ia dibesarkan sampai usia lima tahun. Setelah itu Muhammad diasuh sendiri oleh ibunya. Satu tahun kemudian, sewaktu Muhammad berumur enam tahun, Aminah meninggal dunia. Sejak itu Muhammad diasuh oleh kakeknya, Abdul Mutholib. Tidak lama kemudian kakeknya juga meninggal dunia, maka ia dibesarkan oleh pamannya, Abu Tholib.
Pada usia 12 tahun, Muhammad diajak pamannya berdagang ke negeri Syam. Sesampainya mereka di kota Bushro, ada seorang pendeta Kristen bernama Buhiro yang memperhatikan Muhammad dan terperanjat menyaksikan adanya tanda-tanda kenabian padanya sesuai benar dengan yang diceritakan dalam Injil. Karena itu Pendeta Buhiro menyarankan Abu Tholib agar segera membawa Muhammad pulang kembali. Sebab ia khawatir jika orang-orang Yahudi mengetahuinya, mereka akan mencelakakannya. Pendeta Buhiro juga berpesan supaya Abu Tholib memelihara dan menjaga keponakannya itu baik-baik, karena ia calon pemimpin umat.
Sejak masa kanak-anak, Muhammad saw telah menunjukkan, sifat-sifat seorang pemimpin. Ia melaksanakan pekerjaannya sebagai penggembala kambing dengan sebaik-baiknya. Berbagai catatan sejarah, termasuk yang ditulis oleh pakar-pakar Barat, mengakui bahwa Muhammad saw seorang figur yang sangat cerdas, dan memiliki daya ingat sangat kuat. Lebih dari itu ia seorang yang rendah hati, penuh kasih sayang kepada sesamanya, senantiasa menjauhi perbuatan keji dan kotor, jujur dalam setiap tindak-lakunya, serta lembut dan benar perkataannya. Pantaslah jika masyarakat memberinya gelar Al-Amin (artinya orang yang dapat dipercaya).
Pernikahan Rasulullah dan Wahyu Pertama
Sewaktu berusia 25
tahun, Muhammad dipercaya oleh seorang
wanita terhormat yang kaya-raya bernama Khodijah binti
Khuwalid
untuk menjual barang-barang dagangannya ke Syiria. Ketika ita Muhammad saw. ditemani oleh pembantu Khodijah bernama
Maisaroh. Perilaku dan tutur-kata Muhammad yang terpuji menyebabkan
ia berdagang dengan mudah. Seluruh barang dagangan
terjual habis dalam waktu relatif singkat dan mendapat
untung besar. Semua itu Maisaroh ceritakan kepada Khodijah.
Sejak itulah Khodijah terpikat oleh kepribadian Muhammad,k tidak lama kemudian Allah SWT mentakdirkan keduanya menjad suami istri. Status Khodijah saat itu adalah seorang janda berusia 40 tahun. Lima belas tahun lebih tua dari Muhammad saw. Pernikahan mereka dikaruniai anak tiga putra, dan empat putri. Ketiga putranya Al-Qosim, Abdullah, dan Thoyyib, semuanya meninggal dunia sewaktu masih kecil. Empat putrinya, ialah Zainab, Ruqoyyah, Ummu Kaltsum, dan Fatimah.
Sewaktu Muhammad saw. berusia 35 tahun, Mekah dilanda banjir besar sehingga merobohkan Ka’bah. Setelah musibah banjir tersebut, kaum Quraisy membangun Ka’bah kembali. Ketika pembangunan Ka’bah telah usai, para pembesarnya bertengkar tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad pada posisinya semula. Untuk menghindari permusuhan di antara mereka, akhirnya disepakati bahwa siapa yang masuk Masjidil Haram lebih dulu, maka dialah yang berhak meletakkan Hajar Aswad. Ternyata, yang memasuki Masjidil Haram lebih dulu adalah Muhammad saw.
"Inilah Muhammad Al-Amin. Kami rela kepadanya," komentar sebagian pembesar Quraisy gembira, karena yang mereka setujui adalah orang yang jujur dan benar tutur-katanya.
Muhammad saw. menyambut baik penunjukan atas dirinya. Sekalipun ia satu-satunya yang dipercaya melakukan tugas tersebut, namun Muhammad selaku orang muda merasa perlu memberikan penghormatan kepada para pembesar Quraisy. Untuk itu Muhammad saw. membentangkan kain sorbannya di tanah, lalu meletakkan Hajar Aswad di atasnya, kemudian memanggil empat kepala suku dari bangsa Quraisy untuk mengangkat empat sudut kain sorban itu, sedangkan ia yang memegangi Hajar Aswad dan meletakkannya di tempat semula.
Pada usia 40 tahun, Muhammad menerima wahyu pertama ketika berkholwat (menyepi untuk beribadah guna mendekatkan diri kepada Allah) di Gua Hiro’. Sejak itulah ia diangkat menjadi seorang nabi dan mulai menyiarkan agama Islam secara diam-diam, sesuai dengan perintah Allah SWT.
Orang-orang pertama yang beriman kepadanya, ialah:
Sejak itulah Khodijah terpikat oleh kepribadian Muhammad,k tidak lama kemudian Allah SWT mentakdirkan keduanya menjad suami istri. Status Khodijah saat itu adalah seorang janda berusia 40 tahun. Lima belas tahun lebih tua dari Muhammad saw. Pernikahan mereka dikaruniai anak tiga putra, dan empat putri. Ketiga putranya Al-Qosim, Abdullah, dan Thoyyib, semuanya meninggal dunia sewaktu masih kecil. Empat putrinya, ialah Zainab, Ruqoyyah, Ummu Kaltsum, dan Fatimah.
Sewaktu Muhammad saw. berusia 35 tahun, Mekah dilanda banjir besar sehingga merobohkan Ka’bah. Setelah musibah banjir tersebut, kaum Quraisy membangun Ka’bah kembali. Ketika pembangunan Ka’bah telah usai, para pembesarnya bertengkar tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad pada posisinya semula. Untuk menghindari permusuhan di antara mereka, akhirnya disepakati bahwa siapa yang masuk Masjidil Haram lebih dulu, maka dialah yang berhak meletakkan Hajar Aswad. Ternyata, yang memasuki Masjidil Haram lebih dulu adalah Muhammad saw.
"Inilah Muhammad Al-Amin. Kami rela kepadanya," komentar sebagian pembesar Quraisy gembira, karena yang mereka setujui adalah orang yang jujur dan benar tutur-katanya.
Muhammad saw. menyambut baik penunjukan atas dirinya. Sekalipun ia satu-satunya yang dipercaya melakukan tugas tersebut, namun Muhammad selaku orang muda merasa perlu memberikan penghormatan kepada para pembesar Quraisy. Untuk itu Muhammad saw. membentangkan kain sorbannya di tanah, lalu meletakkan Hajar Aswad di atasnya, kemudian memanggil empat kepala suku dari bangsa Quraisy untuk mengangkat empat sudut kain sorban itu, sedangkan ia yang memegangi Hajar Aswad dan meletakkannya di tempat semula.
Pada usia 40 tahun, Muhammad menerima wahyu pertama ketika berkholwat (menyepi untuk beribadah guna mendekatkan diri kepada Allah) di Gua Hiro’. Sejak itulah ia diangkat menjadi seorang nabi dan mulai menyiarkan agama Islam secara diam-diam, sesuai dengan perintah Allah SWT.
Orang-orang pertama yang beriman kepadanya, ialah:
- Abu Bakar, dari kalangan orang tua;
- Khodijah binti Khuwalid, dari kaum wanita;
- Ali bin Abi Tholib, dari golongan anak-anak; dan
- Zaid bin Haritsah, dari golongan budak.
Hijrahnya Nabi Muhammad dan Haji Wada`
Beberapa waktu kemudian, kalangan elit kaum Quraisy pun menyatakan memeluk Islam, antara lain: Utsman bin Affan, Zubair bin
Al-Awam, Abdurrohman bin Auf, Abdullah bin Mas`ud, Sa`ad bin Abi Waqos, dan Tholha
bin Ubaidillah.
Kurang lebih selama tiga tahun Nabi Muhammad berdakwah secara diam-diam, sampai "turun" wahyu yang memerintahkannya untuk berdakwah secara terang-terangan.. "Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang musyrik." (QS. 15/Al Hijr:94)
Sambutan penduduk Mekah pada mulanya menggembirakan. Hanya saja para pemimpin dan bangsawan Quraisy terhina oleh seruan Nabi untuk meninggalkan kebiasaan menyembah berhala karena itu bukan Tuhan. Sedangkan Tuhan yang patut disembah ialah Allah SWT Yang Maha Esa. Sejak itu mereka melakukan penganiayaan terhadap Nabi dan para pengikutnya.
Guna menghindari penganiayaan orang-orang kafir Quraisy lebih jauh, Nabi saw. memerintahkan pengikutnya hijrah (pindah) ke Habsyah (Habsyi). Di sana ada raja Najasyi yang mengakui kebenaran ajaran Nabi karena datang dari zat yang menurunkan risalah Isa as. Yang pergi pada saat itu 15 orang, terdiri dari 11 pria dan 4 wanita. Kelompok kedua yang menyusul berhijrah 76 orang terdiri dari 63 pria dan 13 wanita.
Dari hari ke hari pengikut Nabi saw. semakin bertambah. Untuk menghentikan dakwah beliau, kaurn Quraisy merencanakan pembunuhan terhadap Nabi saw. Berkat usaha Abu Tholib, Nabi dapat diselamatkan. Orang-orang kafir Quraisy akhirny memboikot keluarga Nabi dan para pengikutnya. Semua orang kafir dilarang mengadakan hubungan kekeluargaan dan dagang dengan orang-orang Islam, hingga Nabi beserta seluruh pengikutny memakan dedaunan sampai selama sekitar tiga tahun.
Masa pemboikotan itu berakhir pada tahun ke 10 kenabian. Pada waktu itulah Abi Tholib yang membela beliau mati-matian meninggal dunia. Dengan sendirinya semakin bertambah hebat gangguan kaum Quraisy kepadanya. Selanjutnya Nabi bersama Zaid bin Haritsah berdakwah ke Thoif, tepatnya kepada kabilah Tsaqif. Namun sambutan kabilah Tsaqif sangat tidak manusiawi. Mereka melempari Nabi saw. dengan batu, hingga tumit beliau terluka.
Keadaan di Mekah semakin mengancam jiwa Nabi saw, oleh karena itu beliau memutuskan hijrah ke kota Yastrib, kemudian diganti namanya dengan Madinah Al-Munawaroh, sebab Islam sudah berkembang di sana melalui orang-orang Yastrib yang ketika mengunjungi Ka`bah bertemu Nabi dan menerima ajarannya. Itu terjadi pada tahun ketiga belas kenabian.
Sebelum sampai di Kota Madinah, Nabi Muhammad saw singgah di kota kecil, Kuba untuk beberapa waktu lamanya. Di Kuba beliau sempat mendirikan Masjid. Setelah cukup lama tinggal di Kuba, Nabi saw. melanjutkan perjalanan ke Madinah. Di kota ini pun Nabi membangun Masjid bersama-sama dengan kaum Muhajirin (sebutan bagi orang Islam yang berasal dari Mekah) dan kaum Anshor (sebutan bagi orang Islam yang berasal dari Madinah).
Pada Hari Sabtu, 25 Dzul Qo`dah, tahun Hijriyah, Nabi beserta para pengikutnya yang telah mencapai jumlah ribuan menunaikan ibadah haji untuk pertama kalinya sekaligus sebagai haji wada`. Sekalipun umat Islam kala itu sudah sangat kuat, namun Nabi Muhammad Rosulullah saw. tidak menyimpan dendam terhadap orang-orang kafir Quraisy yang pernah menganiaya beliau dan para pengikutnya. Bahkan beliau menjamin hak-hak hidup mereka. Beberapa bulan setelah haji wada` beliau sakit keras dan wafat. Tepatnya pada hari Senin, 12 Robiul Awal, dalam usia 63 tahun.
Kurang lebih selama tiga tahun Nabi Muhammad berdakwah secara diam-diam, sampai "turun" wahyu yang memerintahkannya untuk berdakwah secara terang-terangan.. "Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang musyrik." (QS. 15/Al Hijr:94)
Sambutan penduduk Mekah pada mulanya menggembirakan. Hanya saja para pemimpin dan bangsawan Quraisy terhina oleh seruan Nabi untuk meninggalkan kebiasaan menyembah berhala karena itu bukan Tuhan. Sedangkan Tuhan yang patut disembah ialah Allah SWT Yang Maha Esa. Sejak itu mereka melakukan penganiayaan terhadap Nabi dan para pengikutnya.
Guna menghindari penganiayaan orang-orang kafir Quraisy lebih jauh, Nabi saw. memerintahkan pengikutnya hijrah (pindah) ke Habsyah (Habsyi). Di sana ada raja Najasyi yang mengakui kebenaran ajaran Nabi karena datang dari zat yang menurunkan risalah Isa as. Yang pergi pada saat itu 15 orang, terdiri dari 11 pria dan 4 wanita. Kelompok kedua yang menyusul berhijrah 76 orang terdiri dari 63 pria dan 13 wanita.
Dari hari ke hari pengikut Nabi saw. semakin bertambah. Untuk menghentikan dakwah beliau, kaurn Quraisy merencanakan pembunuhan terhadap Nabi saw. Berkat usaha Abu Tholib, Nabi dapat diselamatkan. Orang-orang kafir Quraisy akhirny memboikot keluarga Nabi dan para pengikutnya. Semua orang kafir dilarang mengadakan hubungan kekeluargaan dan dagang dengan orang-orang Islam, hingga Nabi beserta seluruh pengikutny memakan dedaunan sampai selama sekitar tiga tahun.
Masa pemboikotan itu berakhir pada tahun ke 10 kenabian. Pada waktu itulah Abi Tholib yang membela beliau mati-matian meninggal dunia. Dengan sendirinya semakin bertambah hebat gangguan kaum Quraisy kepadanya. Selanjutnya Nabi bersama Zaid bin Haritsah berdakwah ke Thoif, tepatnya kepada kabilah Tsaqif. Namun sambutan kabilah Tsaqif sangat tidak manusiawi. Mereka melempari Nabi saw. dengan batu, hingga tumit beliau terluka.
Keadaan di Mekah semakin mengancam jiwa Nabi saw, oleh karena itu beliau memutuskan hijrah ke kota Yastrib, kemudian diganti namanya dengan Madinah Al-Munawaroh, sebab Islam sudah berkembang di sana melalui orang-orang Yastrib yang ketika mengunjungi Ka`bah bertemu Nabi dan menerima ajarannya. Itu terjadi pada tahun ketiga belas kenabian.
Sebelum sampai di Kota Madinah, Nabi Muhammad saw singgah di kota kecil, Kuba untuk beberapa waktu lamanya. Di Kuba beliau sempat mendirikan Masjid. Setelah cukup lama tinggal di Kuba, Nabi saw. melanjutkan perjalanan ke Madinah. Di kota ini pun Nabi membangun Masjid bersama-sama dengan kaum Muhajirin (sebutan bagi orang Islam yang berasal dari Mekah) dan kaum Anshor (sebutan bagi orang Islam yang berasal dari Madinah).
Pada Hari Sabtu, 25 Dzul Qo`dah, tahun Hijriyah, Nabi beserta para pengikutnya yang telah mencapai jumlah ribuan menunaikan ibadah haji untuk pertama kalinya sekaligus sebagai haji wada`. Sekalipun umat Islam kala itu sudah sangat kuat, namun Nabi Muhammad Rosulullah saw. tidak menyimpan dendam terhadap orang-orang kafir Quraisy yang pernah menganiaya beliau dan para pengikutnya. Bahkan beliau menjamin hak-hak hidup mereka. Beberapa bulan setelah haji wada` beliau sakit keras dan wafat. Tepatnya pada hari Senin, 12 Robiul Awal, dalam usia 63 tahun.
Nama-Nama Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad Rosulullah saw. memiliki
beberapa nama. Muslim meriwayatkan, bahwa beliau
bersabda: "A ku memiliki beberapa nama:
Sebagai nabi dan rosul terakhir, Muhammad saw. tidak hanya diutus kepada segolongan umat seperti halnya nabi-nabi terdahulu melainkan untuk seluruh umat manusia. "Kami mengutus engkau (Muhammad) menjadi rosul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi.`` (QS. 4/An-Nisa79)
Nabi Muhammad Rosulullah saw. terkenal memiliki kepribadian dan jiwa kepemimpinan yang terpuji. Hal itu telah diungkapkan dalam ayat-ayat Al-Qur`an, antara lain: "Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu." (QS. 3/Alilmron: 159) "Sungguh, telah datang kepadamu seorang rosul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanku kamu alami, dia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman." (QS.5 At-Taubah: 128)
Karena itu Allah SWT menegaskan, "Sungguh telah ada pada (diri) Rosulullah itu teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat serta banyak mengingat Allah." (QS. 33/Al-Ahzab 21) "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur," (QS. 68/`Al-Qolam 4) Allah SWT juga meninggikan namanya, "Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu." (QS. 94/Al-Insyiroh: 4) Maksud ayat yang terakhr ini adalah, meninggikan derajat dan mengikutkan namanya dengan nama Allah dalam kalimat syahadat, serta menjadikan taat kepada nabi termasuk taat kepada Allah SWT.
- aku bernama Muhammad;
- aku bernama Ahmad;
- aku bernama Al-Machi (penumpas), dimana Allah menumpas kekafiran karena aku;
- aku bernama chasyiir (pengumpul), dimana Allah mengumpulkan manusia atas risalahku;
- aku bernama Al-`Aqib (penutup), dimana tidak ada seorang nabi lagi sesudahku; dan
- Allah memberiku pula nama Ro`uf (penyantun) dan Rochin (penyayang)." (HR. Muslim)
Sebagai nabi dan rosul terakhir, Muhammad saw. tidak hanya diutus kepada segolongan umat seperti halnya nabi-nabi terdahulu melainkan untuk seluruh umat manusia. "Kami mengutus engkau (Muhammad) menjadi rosul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi.`` (QS. 4/An-Nisa79)
Nabi Muhammad Rosulullah saw. terkenal memiliki kepribadian dan jiwa kepemimpinan yang terpuji. Hal itu telah diungkapkan dalam ayat-ayat Al-Qur`an, antara lain: "Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu." (QS. 3/Alilmron: 159) "Sungguh, telah datang kepadamu seorang rosul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanku kamu alami, dia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman." (QS.5 At-Taubah: 128)
Karena itu Allah SWT menegaskan, "Sungguh telah ada pada (diri) Rosulullah itu teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat serta banyak mengingat Allah." (QS. 33/Al-Ahzab 21) "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur," (QS. 68/`Al-Qolam 4) Allah SWT juga meninggikan namanya, "Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu." (QS. 94/Al-Insyiroh: 4) Maksud ayat yang terakhr ini adalah, meninggikan derajat dan mengikutkan namanya dengan nama Allah dalam kalimat syahadat, serta menjadikan taat kepada nabi termasuk taat kepada Allah SWT.
Keluhuran Akhlak Nabi Muhammad
Para sahabat juga memberikan kesaksian atas
keluhuran akhlak Muhammad Rosulullah saw. baik selaku nabi maupun sebagai pemimpin
umat. Antara lain mereka katakan, bahwa Nabi saw.:
- sangat dermawan. Ibnu Syihab ra. mengemukakan, setelah perang di Hunain Rosulullah saw. memberi Shofwan bin Umaiyah seratus ekor ternak, kemudian ditambahnya seratus ekor lagi." (HR. Muslim)
- selalu mengabulkan permintaan orang lain. Jabir bin Abdullah ra. menceritakan, "Apabila Rosulullah saw. dimintai sesuatu, beliau tidak pernah menjawab dengan perkataan: ’Tidak’." (HR. Muslim)
- bersikap bijak. Abu Huroiroh ra. mengisahkan, ketika ada seorang Arab Dusun kencing di masjid para sahabat membentaknya. Lalu Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Biarkanlah dia. Dan siramlah kencingnya itu dengan seember air. Kalian semua diperintah untuk berlaku manis dan bijak. Bukan berlaku kasar dan menimbulkan kesulitan". (HR. Bukhori) Ketika itu lantai masjid yang dikencingi oleh orang Arab dusun tersebut berupa pasir. Jadi sekali disiram seember air, air kencingnya meresap ke dalam pasir.
- pemberani. Anas bin Malik ra. mengungkapkan, "Rosulullah saw. adalah orang yang paling baik, paling pemurah, dan paling pemberani. Pada suatu malam penduduk Madinah dikejutkan oleh suatu suara. Lalu orang banyak keluar ke arah datangnya suara itu. Di tengah jalan mereka berpapasan dengan Rosulullah saw. yang hendak pulang. Rupanya beliau telah mendahului mereka ke tempat asal suara tersebut Beliau mengendarai kuda yang dipinjamnya dari Abu Tholhah, sambil menyandang pedang. Sabda beliau: ’Jangan panik, jangan panik’. Kami dapati beliau memang santai-santai saja, dar berkuda perlahan-lahan". (HR. Muslim)
- tempat berlindung para sahabat. Ali bin Abu Tholib ra. mengabarkan, "Pada saat pertempuran sedang hebat-hebatnya, kami selalu berlindung di belakang Rosulullah saw. Tidak ada orang yang lebih berani mendekati musuh seperti beliau". (HR. Muslim)
Tugas Nabi Muhammad Rosulullah SAW
Secara garis besarnya Nabi Muhammad Rosulullah saw mempunyai tugas meluruskan akidah umat manusia sekaligus
memperbaiki akhlaknya. Berikut kami kemukakan beberapa ayar Al-Qur`an yang menyuratkan tugas-tugas beliau.
- Sebagai Rahmat Bagi Semesta Alam, "Dan Kami tidak mengutus engkau (muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam". (QS. 21 /Al-Anbiya`: 107)
- Bertabligh. "Wahai Rosul, sampaikanlah apa yang diturunkm Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya." (QS. 51M- Maidah: 67)
- Menunjuki Kepada Jalan Yang Lurus. "Dan demikianlah Kami. wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur`an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al- Qur`an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur`an itu cahaya, yang dengannya Kami memberi petunjuk orang-orang yang Kami kehendaki di antara hamab-hamba Kami. Dan sungguh engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus". (Q5 42/Asy-Syuro: 52) Ayat ini juga menegaskan bahwa sebelum Nabi Muhammad saw. diangkat menjadi rosul, dia tidak mengetahui tentang isi Kitab-kitab terdahulu, karena itu tidak ada alasan bagi orang-orang kafir menuduhnya sebagai orarig yang mengada-ada dalam urusan aqidah dan syari`ah.
- Membawa Kebenaran. "Dialah yang mengutus Rosul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar supaya dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi." (QS. 43 Al-Fath: 28) Ayat ini menyiratkan bahwa dengan kedatangan Islam maka hukum-hukum sebelumnya tidak berlaku lagi dan diganti dengan hukum-hukum Al-Qur`an. Sebab Al-Qur`an juga menerangkan hal-hal yang mereka ada-adakan pada agama-agama terdahulu, sehingga agama yang terjamin kebenarannya adalah agama Islam. Dan tiada lagi agama yang diturunkan Allah setelah Islam. Al-Qur`an itu sendiri dalam pemeliharaan Allah SWT, sehingga tidak berhasil dipaIsukan meskipun berulang kali terjadi usaha pemalsuan Al-Qur`an.
- Pembawa Kabar Gembira Dan Pemberi Peringatan. "Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira dan memberi peringatan, dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya dan sebagai cahaya yang menerangi.` (QS. 33/Al-Ahzab: 45-46)
Kekaguman Cendekiawan Dunia Kepada Nabi SAW
Keagungan pribadi Muhammad dan kebenaran ajarannya tidak
hanya diakui oleh umat Islam,
melainkan juga oleh kaum cendekiawan
Barat baik dari kalangan Nasrani maupun Yahudi. Berikut kami paparkan
pernyataan beberapa cendekiawan Barat terhadap figur Muhammad saw.
-
Karl Marx (1817-1883), ahli politik, filsafat, dan ahli kemasyarakatan
kelahiran Jerman. Dalam bukunya, Al-Hayat ia
menulis: "Lelaki Arab yang telah menemukan kesalahan agama Nasrani dan
agama Yahudi itu, melakukan pekerjaan yang sangat berbahaya di tengah-tengah
kaum musyrik penyembah berhala, mendakwah mereka pada agama tauhid dan
menanamkan keyakinan tentang keabadian roh. Maka layak bagi kita untuk mengakui
kenabiannya, dan dia adalah rosul (pesuruh) langit untuk bumi.
Dalam bukunya yang lain, Ro`sul Mal", Karl Marx menulis antara lain: "Risalah Nabi ini telah membuka zaman baru untuk ilmu, cahaya, dan pengetahuan, layak dicatat kata-kata dan perbuatannya dalam pola khusus operasional. Oleh karena pelajaran yang diberikannya adalah wahyu Allah yang diturunkan dan merupakan risalahnya juga, maka menjadi tugas dan kewajibannya untuk membersihkan kotoran-kotoran yang telah menimbuni risalah-risalah yang lalu akibat ulah orang-orang bodoh yang mengandalkan ajarannya tanpa dukungan or ang yang berakal." - Sir Herbert Spencer (1820-1903), seorang filsuf kelahiran Cardiff, Inggris. Dalam bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Ushulul Ijtima antara lain menulis: "Hendaklah kalian menjadikan Muhammad sebagai perlambang politik agama yang tepat, dan seorang yang paling jujur dalam menerapkan sistemnya yang kudus di tengah-tengah umat manusia seluruhnya. Muhammad merupakan suatu sosok amanat yang dijelmakan dalam kejujuran yang murni, siang dan malam selalu tekun menghidupkan umatnya."
- Sydoe (1817-1893), adalah seorang orientalis dan sejarahwan besar Perancis. Tentang Muhammad, anggota persatuan cendekiawan Perancis ini menulis dalam bukunya, Khulasatu Tarikhil Arab," antara lain sebagai berikut: "Muhammad saw. telah menjadikan kabilah-kabilah Arab itu satu tatanan umat menuju satu tujuan. Sehingga semua orang melihat penjelmaannya sebagai suatu umat besar yang satu sisi sayap kerajaannya mencapai Spanyol dan sisi yang satu lagi mencapai India. Maka berkibarlah di mana-mana panji peradaban, ketika itu Eropa sedang dirundung kegelapan jahiliyah (kebodohan) pada abad- abad pertengahan."
- Dr. Wile (1818-1889), seorang orientalis berkebangsaan Perancis yang bekerja di Aljazair sebagai guru dan penerjemah. Dalam karyanya, Tarikhul Khulafa, ia menulis antara lain: "Muhammad layak mendapat kekaguman dan penghargaan kita sebagal reformis agung, bahkan dia patut juga diberi gelar nabi. Kita tak usah mendengarkan cerita orang-orang yang bermaksud jahat dan pendapat orang-orang ekstrem. Sungguh Muhammad itu seorang besar dalam agama dan pribadinya. Barangsiapa yang menyerangnya, jelas dia tidak mengerti dan melecehkan jasa-jasanya."
- Conte Henry de Castri (1853-1915), adalah seorang orientalis Dalam karyanya, Al-Islam, ia menulis antara lain: "Muhammad tidak membaca dan tidak menulis, seperti yang pernah dikatakan dirinya sendiri. Ia seorang nabi yang ummi. Dengan demikian ia tidak pernah membaca kitab suci, tidak pernah agamanya itu mengutip agama-agama terdahulu seperti yang dituduhkan orang dengan kebodohan. Sejarah Muhammad penuh mengandung pujian dan pengagungan kepadanya yang sudah tentu tidak diketahui oleh orang-orang yang tidak mengenalnya.
- Pastor Isaaq Tiles seorang agamawan kelahiran Bordeauz (1810-1897) menulis dalam bukunya Haqoiqut Tarikh, antara lain: "Kalau kita mau meneliti dengan seksama karya-karya Muhammad dan kenabiannya, kita tidak akan menemukan sesuatu pun yang mencela atau mengancam Nasrani, bahkan kita akan melihat garis pemisah antara kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Islam datang menciptakan kebahagiaan dan peradaban. Muhammad sama halnya dengan Musa membolehkan poligami dan perbudakan, walau perbudakan itu sendiri tidak diajarkan dalam akidah Islam. Muhammad membolehkan pebudakan karena dalam keadaan darurat. Sedangkan poligami, Musa malah tidak mengharamkan dalam Tauratnya, dan Dawud juga tidak mengharamkan dalam Zaburnya. Kami wajib memahami bahwa akhlak Islam lebih luhur dari akhlak Nasrani."
- Monsier Deitet Vannan (1823-1879), adalah seorang orientalis Perancis yang pada tahun 1875 mengembara ke Timur. Dalam karyanya Asyi’ah Khoshoh bin Nuril Islam menulis, antara lain: "Sesungguhnya Al- Qur’an yang dibawa Muhammad itu telah mencatat adanya Kitab-kitab Suci yang lain, dan ia merupakan satu-satunya Kitab yang menyeru orang untuk bersikap lemah-lembut dan baik hati. Telah mengadu kepada Rosulullah Muhammad, salah seorang dari Bani Salim bin Auf yang bernama Al-Husein: "Ya Rosulullah, saya mempunyai orang-tua yang masih beragama Masehi dan keduanya enggan masuk agama Allah. Saya akan bermaksud memaksa keduanya." Rosulullah Muhammad menjawab, "Tidak ada paksaan dalam menganut agama, seperti yang tercantum dalam surat 109/Al- Kafirun ayat 6: "Bngi kamu agamamu, dan bagiku agamaku." juga tercantum dalam surat 29/ Al-Ankabut ayat 46: “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang lebih baik."
- Lev Nikolaevich Tolstoy adalah seorang filosof dan sastrawan besar Rusia menulis dalam bukunya, Siapakah Muhammad, antara lain: "Tahun pertama gerakan dakwahnya membawa Muhammad untuk menghadapi berbagai tantangan sebagaimana keadaan Nabi yang diutus sebelumnya yang mengajak umatnya kepada kebenaran. Tetapi tantangan-tantangan ini tidak mematahkan semangatnya. Bahkan Muhammad terus berdakwah, padahal ketika itu ia belum menyatakan bahwa dirinya sebagai Nabi yang satu. Tetapi datang sebagai penyempurna risalah-risalah sebelumnya dan mengajak kaumnya pada keyakinan seperti Nabi-Nabi sebelumnya."
- Edward Adams seorang orientalis dari Amerika dalam
salah satu karyanya, menyatakan antara lain: "Negara Arab dulu, sebelum
kenabian Muhammad, adalah negara yang tenggelam dalam kerusakan moral.
Sulit bagi kita mencirikan kekacauan yang terjadi di setiap tempat.
Kerusakan besar yang menyengsarakan rakyat pada masa itu dan kejahatan
pada anak-anak (anak perempuan yang lahir dikubur hidup-hidup karena
takut membawa petaka), pengorbanan manusia yang dilakukan atas nama
agama, perang yang berkelanjutan antar suku, serta penduduk negeri yang
selalu hidup kekurangan, serta tidak adanya tatanan hukum yang kuat.
Semua itu mengakibatkan penghambaan dan perbudakan di antara manusia,
bertambahnya kejahatan, pelecehan seksual dan kehormatan di antara
manusia.
Ketika itulah datang Muhammad saw. sebagai juru penerang risalah yang Maha Esa dan Maha Perkasa bagi seluruh alam yang di tangannya membawa petunjuk dan pembeda, yakni Al-1 Qur’an, dan di tangan kirinya membawa cahaya. Sesungguhnya, semua ini untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya dengan izin Tuhan Yang Mahamulia. - Albornos Catian adalah seorang orientalis berkebangsaan Itali. Ia menulis tentang Muhammad dalam bukunya, Adyannul Arab antara lain: "Sesungguhnya keistimewaan Muhammad terletak pada kemampuannya yang menakjubkan sebagai seorang politikus yang bijak-bestari, lebih dari sekadar Nabi yang mendapat wahyu. Kiranya tidak seorang pun yang mengenali Muhammad, akan menjatuhkan kehormatannya, dan siapa yang melakukannya maka ia telah berbuat aniaya terhadap dirinya dan juga terhadap Muhammad.