" My Parent "
Tampilkan postingan dengan label Hak orang islam terhadap orang islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hak orang islam terhadap orang islam. Tampilkan semua postingan

Kamis, 13 Juni 2013

HAK ORANG ISLAM TERHADAP ORANG ISLAM

Mengucapkan Salam



Apabila kita bertemu atau akan berpisah dengan sesama muslim, diwajibkan mengucapkan salam yang telah diajarkan dalam Islam. Yakni Assalamu`alaikum wa rohmatullahi zoa barakatuh (Semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat, dan barokah kepadamu). Muhammad Rosulullah saw. bersabda: "Jika salah seorang di antara kalian bertemu dengan saudaranya, maka hendaklah dia mengucapkan salam. Jika keduanya dipisahkan oleh pohon, dinding, atau batu, lalu bertemu kembali, maka hendaklah dia mengucapkan salam lagi." (HR. Abu Dawud dari Abu Huroiroh ra.)

Oleh karena "salam" dalam Islam ini mengandung doa, maka tidak hanya sekedar untuk bertegur sapa, melainkan juga:


  1. suatu ajakan bersahabat antarumat Islam.
  2. mempererat tali ukhuwah Islamiyah karena saling mendoakan.
  3. menegakkan syi`ar agama Allah SWT

Menyebarkan salam salah satu cara menggalang persatuan, dan dapat mengantarkan pelakunya ke surga. Abu Huroiroh ra. mengabarkan, Rosulullah saw. bersabda: "Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman sehingga kalian saling mencintai. Tidakkah kalian mau aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian kerjakan akan menjadikan kalian saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam di antara kalian." (HR. Muslim)

Anjuran mengucapkan salam ini tidak terbatas pada orang yang kita kenal saja. Kepada orang lain yang belum kita kenal sekalipun, asalkan dia muslim idealnya kita mengucapkan salam juga. Abdullah bin ’Amru bin Al-’Ash ra. menceritakan bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Rosulullah saw. "Bagaimanakah Islam yang baik itu, ya Rosulullah?" Beliau bersabda, "Berilah makan kepada orang yang memerlukannya, dan ucapkanlah salam baik kepada orang yang sudah engkau kenal maupun orang yang belum engkau kenal" (HR. Muttafaqun ’Alaih)

Ucapan salam juga boleh kita sampaikan kepada lawan jenis, sekalipun bukan muhrim. Hal ini pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Asma’ binti Yazid ra. mengatakan: "Rosulullah saw. pernah berjalan melewati kami dan melihat sekelompok wanita sedang duduk-duduk, maka beliau mengucapkan salam kepada kami." (HR. Abu Dawud). Bahkan janganlah kita enggan mengucapkan salam kepada anak-anak sekalipun. Sebab mereka juga berhak mendapat penghormatan. Anas bin Malik ra. menuturkan, Rosulullah saw. bertemu dengan beberapa anak, lalu beliau memberi salam kepada mereka. (HR. Muslim)

Siapakah yang wajib mengucapkan salam lebih dulu? Abu Huroiroh ra. mengutarakan, Rosulullah saw. bersabda: "Orang yang naik kendaraan memberikan salam kepada orang yang berjalan kaki, sedangkan orang yang berjalan memberikan salam kepada orang yang duduk, dan yang sedikit jumlahnya memberikan salam kepada yang lebih banyak." (Muttafaqun ’Alaih). Namun dalam prakteknya tidak harus demikian. Sebab adakalanya yang berkendaraan lupa untuk mengucapkan salam lebih dulu kepada yang berjalan kaki. Jadi menurut kami, siapa yang teringat anjuran menyebarkan salam, sebaiknya dialah yang mengucapkan salam lebih dulu.

Orang yang mengucapkan salam lebih dulu termasuk orang yang baik keislamannya. Abu Umamah Sudhiy bin ’Ajlan Al-Bahili ra.,mengatakan: "Sesungguhnya sebaik-baik manusia menurut Allah adalah orang yang memulai’mengucapkan salam." (HR. Abu Dawud). Orang yang memberi salam lebih dulu dikatakan lebih baik, karena bisa dipastikan hatinya tidak punya prasangka apa-apa kepada orang lain. Dan salam yang dia ucapkan tentunya bertujuan untuk menjalin hubungan yang lebih baik. Orang yang mengucap salam lebih dulu lebih dicintai Allah SWT.

Ibnu Umar ra. mengatakan, Rosulullah saw. bersabda: "Apabila dua orang muslim bertemu lantas salah satunya memberi salam kepada yang lain, maka yang mendahului mengucapkan salam lebih dicintai Allah SWT dan wajahnya lebih berseri-seri dari temannya itu. Apabila keduanya berjabat tangan, maka Allah akan menurunkan seratus rahmat kepada keduanya, (dengan ketentuan) bagi yang memulainya mendapat 90 rahmat dan yang diajak berjabat tangan mendapat 10 rahmat." (HR. Tirmidzi)

Semakin lengkap kalimat salam yang kita ucapkan, semakin besar pahalanya. Imron bin Husein ra. mengisahkan, ada seorang lelaki datang kepada Rosulullah saw. dengan mengucap, "Assalamu’alaikum." Setelah menjawabnya, beliau bersabda: "Sepuluh." Kemudian datang lagi orang lainnya dengan mengucap salam, "Assalamu’alaikum m rohmatullaahi." Sesudah menjawabnya, Rosulullah saw. berkata, "Dua puluh." Selang beberapa waktu kemudian, datang orang yang lain lagi seraya mengucapkan salam, "Assalamu’alaikum wa rohmatullaahi m barokatuh." Setelah menjawabnya, Rosulullah saw berkomentar, ’Tiga puluh." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Hadits ini menegaskan kepada kita, bahwa setiap perbuatan baik seperti mengucapkan salam, selalu ada pahalanya. Besar kecilnya pahala yang kita peroleh, tergantung dari seberapa sempurna kita mengerjakannya. Jadi semakin lengkap salam yang kita ucapkan, semakin besar pahala yang kita peroleh.

Orang yang mendapat ucapan salam, juga wajib menjawabnya. Apabila orang yang diberi salam itu sendirian, maka ia harus langsung menjawabnya. Jika yang diberi salam itu banyak, kewajiban menjawabnya adalah fardhu kifayah. Yakni cukuplah salah seorang atau beberapa orang di antara mereka yang menjawabnya. Ali ra. menuturkan, Rosulullah saw. bersabda: "Apabila ada sejumlah jamaah lewat, cukuplah salah seorang di antara mereka yang memberi salam. Demikian juga orang-orang yang diberi salam, cukup salah seorang di antannya yang menjawab." (HR. Abu Dawud)

Dalam menjawab salam juga disunnahkan secara lengkap. Keutamaan menjawab salam secara lengkap ditegaskan juga oleh Allah SWT. "Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu.’’ (QS. 4/An-Nisa’: 86)

Kini sudah saatnya kita menyebarkan salam sebagaimana yang dianjurkan oleh panutan kita Muhammad Rosulullah saw. Bukankah melaksanakan sunnahnya memperoleh imbalan pahala? Jadi mari kita membiasakan mengucapkan salam mulai dari sekarang. Setidaknya dalam keluarga kita sendiri, ketika mau berangkat dan mau masuk rumah. Anas bin Malik ra. memberitahukan, R osulullah saw. pernah bersabda kepadanya: ’’wahai anakku, jika kamu masuk ke keluargamu, maka ucapkanlah salam, niscaya akan menjadi berkah bagi kamu dan keluargamu." (HR. Tirmidzi) Sebab kebiasaan baik ini jika diikuti oleh anak-anak, mendatangkan pahala bagi kita.

Mendoakan Orang Bersin

Ingatkah saudara sewaktu terserang flu. Saluran pernafasan kita tersumbat, dan terasa sangat tidak nyaman. Ketika bersin, kita merasakan sesuatu melegakan. Itulah salah satu nikmat yang dikaruniakan Allah SWT kepada kita semua. Untuk itu segeralah membaca tahmid. Bagi orang yang membaca tahmid atau hamdalah: "Alhamdulillahi robbil ’alamiin" setelah bersin, bukan saja mendapatkan pahala karena bersyukur kepada-Nya, tetapi juga berhak memperoleh bacaan tasymid: Yarchamukallaah (semoga Allah memberimu rahmat) dari orang yang mendengarnya.

Anas bin Malik ra. menceritakan, dua orang laki-laki bersin dekat Nabi Muhammad saw. Lalu yang satu ditasymitkan oleh beliau, sedangkan yang satu lagi tidak. Maka bertanyalah orang yang tidak ditasymitkan beliau. "Si Fulan bersin engkau tasymitkan, tetapi aku bersin tidak anda tasymitkan. Mengapa begitu, ya Rosulullah?" Beliau menjawab, "Yang ini sesudah bersin memuji Allah (mengucap tahmid), sedangkan kamu tidak." (HR. Muslim) Jelaslah bahwa jika kita mendengar orang bersin lalu ia membaca tahmid, maka kita sunnah mendoakannya.

Orang yang bersin sewaktu sholat juga sangat baik jika membaca tahmid. Dan itu tidak membatalkan sholat, karena yang menganjurkan adalah Muhammad Rasulullah Saw. Rifa’a bin Rofi’ mengisahkan, "Aku pernah sholat di belakang Rosulullah saw. Lalu aku bersin, maka aku membaca Alchamdulillaah chamdan katsiiron thoyyibam mubaarokan fiyh. Kamaa yuchibbu robbunaa wa yardhoo (Segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, yang baik dan yang berkah, sebagaimana Tuhan kami senang dan rela). Tatkala usai sholat, masih menurut Rifa’a bin Rofi’, Nabi Muhammad saw. bertanya: "Siapakah yang berbicara dalam sholat tadi?" Para sahabat terdiam. Beliau kemudian bertanya sekali lagi, dan tak ada yang menjawab. Ketika beliau bertanya ketiga kalinya, barulah Rifa’a menjawab: "Saya,ya Rosulullah." Beliau bersabda: "Demi dzat yang diriku dalam kekuasaan- Nya, sungguh ada antara tiga puluh atau lebih malaikat yang cepat- cepat membawanya ke atas langit (menuliskannya)." (HR. Nasai dan Tirmidzi)

Memenuhi Undangan

Untuk merayakan keberhasilan, khitanan, atau pernikahan, biasanya diadakan selamatan. Dan jika kita diundang, maka dianjurkan menghadirinya. Abdullah bin Umar ra. memberitahukan, Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Penuhilah suatu undangan apabila kamu memang diundang untuk menghadirinya." (HR. Muslim) Kata Nafi’, ’Abdullah bin Umar memang senantiasa menghadiri setiap undangan, baik undangan pesta perkawinan atau bukan. Bahkan sekalipun dia sedang puasa.

Dalam mengadakan selamatan yang harus diperhatikan oleh tuan rumah, adalah mengutamakan mengundang fakir-miskin. Abu Huroiroh ra. mengabarkan, Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Seburuk-buruk makanan adalah makanan pesta, dimana orang yang seharusnya datang (yakni para fakir miskin) tidak diundang. Sebaliknya orang-orang yang enggan datang (yakni orang-orang kaya) malah diundang. Dan siapa yang tidak memenuhi suatu undangan, dia durhaka kepada Allah dan Rosul-Nya." (HR. Muslim) Kalau kita diundang menghadiri Walimah, namun tidak memenuhinya berarti men­durhakai Allah dan Rosul-Nya.

Lalu bagaimana jika dalam waktu yang bersamaan ada dua undangan walimah? Maka kita harus menghadiri yang paling dekat dengan rumah kita. Humaid bin Abdurrohman Humairi mendengar dari seorang sahabat, bahwa Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Apabila ada dua undangan yang bersamaan, maka penuhilah yang paling dekat pintunya. Sebab yang paling dekat pintunya itulah tetangga terdekat. Lalu jib salah satu dari kedua undangan itu dating lebih dulu, maka penuhilah yang lebih dulu." (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Adakalanya kita enggan menghadiri undangan sendirian. Karena belum banyak kenal, misalnya. Nah kalau kita mengajak teman, haruslah seizin tuan rumah, apakah teman kita boleh masuk atau tidak. Jika tidak boleh masuk, namun kita tetap membawanya masuk, maka hidangan yang dimakan oleh teman kita itu terhitung haram. Kita juga mendapatkan bagian dosanya, karena seakan kita ikut mendukung tindakannya. Abu Huroiroh ra. memaparkan, Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian diundang k walimah, lalu datang membawa teman, maka harus mendapat izin dari yang mengundang." (HR. Abu Dawud)

Menjenguk Orang Sakit
Menjenguk orang sakit dapat mengantarkan kita ke surga. Abu Huroiroh ra. memberitakan, Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Barang siapa menjenguk orang yang sakit, maka akan terdengarlah seruan dari langit:’.
Abu Musa ra. berkata, Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Tengoklah orang yang sakit, berilah makan orang yang lapar, dan tolonglah orang yang menderita." (HR. Bukhori) Menjenguk orang sakit dapat mengantarkan kita ke surga. Abu Huroiroh ra. memberitakan, Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Barang siapa menjenguk orang yang sakit, maka akan terdengarlah seruan dari langit:’Baik sekali perbuatanmu. Baik sekali lunjunganmu. Engkau telah menyediakan suatu tempat tinggal di dalam surga. " (HR. Ibnu Majah)

Kepada orang yang sudah sakit parah atau sudah mendekati ajal, penjenguk berkewajiban melakukan, tiga hal:


  1. Menghadapkan ke Kiblat. Abu Qotadah ra. menceritakan, bahwa ketika sampai di Madinah Nabi Muhammad saw. menanyakan seseorang yang bernama Al-Baro bin Ma’ruf Lalu seseorang menjawab, "Dia sudah meninggal dan mewasiatkan sepertiga hartanya untuk engkau, dan mewasiatkan pula agar ia dihadapkan ke kiblat apabila sakit parah." Rosulullah saw. bersabda, "Perdapatnya benar." (HR. Hakim dan Baihaqi)
  2. Mengajarkan membaca kalimat tauhid. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Kepada orang yang sakit parah, ajarkanlah olehmu membaca-kalimat Laa ilaaha illallaah." (HR. Muslim dari Abu Huroiroh ra)
  3. Bacakanlah surat Yasin. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Bacakanlah olehmu orang yang sakit parah surat Yasin." (HR. Abu Dawud dan Nasai dari Ma’qol bin Yasar ra.)

Mengurus Mayat
 Salah satu kewajiban seorang muslim adalah mengurus mayat, termasuk didalamnya adalah memandikan   
 mayat..
Air untuk memandikan mayat sebaiknya dingin, kecuali udara sangat dingin atau terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, boleh memakai air hangat. Jika mayatnya seorang pria, maka yang memandikannya haruslah orang-orang pria...
Apabila si sakit telah meninggal dunia, maka:


  1. Pejankamlah matanya, dan mohonkanlah ampun kepada Allah SWT. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Apabila kamu menghadapi orang mati, maka pejamkanlah matanya, karena sesungguhnya mata mengikuti ruh. Dan ucapkanlah yang baik-baik (mendoakannya). Sungguh si mayat dipercayai menurut apa yang diucapkan oleh ahlinya." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah dari Syadda bin Aus ra.)
  2. Tutuplah seluruh badannya dengan kain sebagai penghormatan dan agar tidak kelihatan auratnya. ’Aisyah ra. menuturkan, "Sungguh ketika Rosulullah saw. wafat ditutup dengan kain." (HR. Bukhori Muslim)
  3. Orang-orang yang sangat menyayanginya boleh berduka cita atas kematiannya, dan tidak dilarang menciumnya. ’Aisyah ra. mengungkapkan, "Rosulullah saw. telah mencium Utsman bin Mazh’un ketika dia meninggal dunia, sehingga air mata tampak mengalir di wajah beliau." (HR. Ahmad, dan Tirmidzi)
  4. Keluarga si mayat hendaklah segera melunasi hutang-hutangnya jika ada, baik dari harta peninggalannya maupun dari sumbangan. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Diri orang mukmin itu tergantung (tidak sampai ke hadirat Allah) karena utangnya, sampai dibayar lebih dulu utangnya (oleh keluarganya).’’ (HR. Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Huroiroh)

Apabila seorang muslim meninggal dunia, ada empat perkara fardhu kifayah yang harus dilakukan oleh orang-orang muslim lainnya.

1.          Memandikan, dengan syarat si mayat Islam, didapati tubuhnya, dan bukan mati syahid, yakni mati dalam menegakkan agama Allah. Berikut tatacara memandikan mayat:

  • di tempat tertutup;
  • mayat diletakkan di tempat yang tinggi seperti dipan;
  • dipakaian kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak terbuka;
  • mayat didudukkan dan disandarkan pada sesuatu, lantas disapu perutnya sambil ditekan pelan agar keluar semua kotorannya, lantas dicebokkan dengan tangan kiri memakai sarung tangan. Dalam hal ini boleh memakai wangi-wangian agar tidak terganggu bau kotoran mayat;
  • lalu ganti sarung tangan dan bersihkan mulut dan giginya;
  • bersihkan semua kotoran dan najis;
  • mewudhukan, kemudian basuhlah seluruh badannya sebanyak tiga sampai lima kali.

Air untuk memandikan mayat sebaiknya dingin, kecuali udara sangat dingin atau terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, boleh memakai air hangat. Jika mayatnya seorang pria, maka yang memandikannya haruslah orang-orang pria kecuali wanita muhrim atau istrinya. Begitu juga sebaliknya.

Orang yang memandikan mayat hendaklah menutupi aib si mayat. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Barang siapa memandikan mayat, dan tidak menceritakannya pada orang lain apa- apa yang dilihat pada mayat itu, bersihlah ia dari dosanya seperti keadaannya sewaktu dilahirkan. Yang mengepalai (memandikan) hendaknya keluarga terdekat mayat jika pandai memandikan. Apabila tidak maka siapa saja yang dipandang berhak karena waro’nya atau karena amanahnya." (HR. Ahmad)

2.      Mengkafani mayat. Pembelian kain kafan diambilkan dari uang mayat sendiri. Jika tidak ada, maka orang yang selama ini menghidupinya yang membelikannya. Apabila tidak mampu, diambilkan dari Baitul Mal atau wajib bagi orang muslim yang mampu membelikannya.

Kain kafan minimal satu lapis. Tetapi bagi mayat pria sebaiknya tiga lapis dan mayat wanita lima lapis. Abu Salamah ra. menceritakan, bahwa ia pernah bertanya kepada ’Aisyah ra. "Berapa lapiskah kain kafan Rosulullah saw.?" ’Aisyah menjawab, "Tiga lapis kain katun putih". (HR. Muslim)

3.      Mensholati mayat. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Sholatkanlah olehmu orang-orang yang telah mati." (HR. Ibnu Majah) "Sholatilah olehmu orang-orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah." HR. Daruquthni) Jelaslah bahwa orang yang telah murtad tidak perlu disholati.

Untuk disholati keadaan mayat haruslah:

  • suci badan, tempat, dan pakaian serta menghadap kiblat;
  • setelah mayat dimandikan dan dikafani;
  • letak mayat di depan orang yang mensholati.

4.      Menguburkan mayat. Dalam hal ini ada beberapa hadits yang perlu diperhatikan.

  1. Anjuran segera menguburkan. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Segerakanlah menguburkan jenazah. Jika dia (jenazah itu) orang baik, berarti kalian segera mengantarkannya kepada kebaikan. Apabila dia orang jahat, berarti kalian segera menghindarkan bencana terhadap diri kalian’’. (HR. Muslim dari Abu Huroiroh ra)
  2. Anjuran meluaskan lubang kubur. Nabi Muhammad saw. pernah turut memakamkan mayat, lalu beliau bersabda, "Luaskanlah pada bagian kepala, dan luaskan juga pada bagian kakinya. Ada beberapa kurma baginya di surga". (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
  3. Boleh menguburkan dua tiga mayat dalam satu lubang kubur. Hal itu dilakukan oleh para sahabat sewaktu usai Perang Uhud. Kala itu Muhammad Rosulullah saw. menyarankan agar memperdalam kuburan dan membaguskannya, lalu mendahulukan orang yang paling banyak hafal Al-Qur’an. (HR. Nasai dan Tirmidzi)
  4. Bacaan meletakkan mayat dalam kubur. Ibnu Umar ra. mengabarkan, bahwa Rosulullah saw. apabila meletakkan mayat dalam kubur membaca: "Bismillaah wa ’alaa millati Rosulillaah (Dengan nama Allah dan nama agama Rosulullah) Dalam riwayat lain ditambahkan bacaan: "Wa ’alaa sunnati Rosulillah (Dan atas nama sunnah Rosulullah)". (HR. Lima ahli hadits, kecuali Nasai)
  5. Orang yang habis hubungan suami istri dilarang masuk liang kubur. Anas ra. menceritakan, ketika Ruqoyah akan dimakamkan, Muhammad Rosulullah saw. bersabda: "Tidak boleh masuk kubur laki-laki yang tadi malam menggauli istrinya". (HR. Ahmad)
  6. Larangan memperindah kuburan, Jabir ra. menerangkan, "Rosulullah saw. melarang mengecat kuburan, duduk, dan membuat bangunan di atasnya". (HR. Muslim)
  7. Boleh memindahkan kuburan. Jabir ra. memberitakan, "Rosulullah saw. pernah menyuruh para sahabat agar para korban Perang Uhud dipindahkan ke tempat mereka gugur, padahal mereka telah dipindahkan ke Madinah". (HR. Lima ahli hadits)

Ta`ziah

Ta’ziah atau melawat adalah berkunjung ke rumah orang yang sedang tertimpa musibah kematian, untuk menghiburnya. Dalam hal ini kita dianjurkan menguatkan mental mereka dan menasehatinya agar mereka tetap bersabar. Selain itu kita dianjurkan memberikan sumbangan baik berupa uang maupun makanan. Sebab keluarga yang tertimpa musibah sibuk dengan kesedihan masing-masing, sehingga tidak sempat menjamu para tamu yang datang. Abullah bin Ja’far ra. mengatakan, sewaktu datang berita terbunuhnya Ja’far, Rosulullah saw. bersabda, "Hendaklah kamu membuat makanan untuk keluarga Ja’far, karena telah datang kepada mereka sesuatu yang menyibukkan mereka". (HR. Imam yang lima, kecuali Nasai)

Etika orang berta’ziah, anta lain:


  1. menyampaikan doa: "adhomallaahu ajroka zoa ahsana azaka waghofaro limayyitika." (Semoga Allah mengagungkan pahalamu, membaguskan kesabaranmu, dan memberi ampun kepada mayatmu yaitu orang yang meninggal);
  2. hindari perbicaraan yang menambah sedih keluarga yang tertimpa musibah;
  3. hindari canda-tawa, apalagi sampai terbahak-bahak;
  4. usahakan turut mensholati mayat dan mengantar ke pemakaman hingga selesai mayat dikuburkan.

Ziarah Kubur
Maksud utama ziarah (mengunjungi) kubur adalah mendoakan mayat dalam kubur yang diziarahi. Penziarah juga boleh mem­bacakan surat-surat tertentu dalam Al-Qur’an yang pahalanya dihadiahkan kepada mayat penghuni kubur tersebut. Syeikh Imam Abu Muhammad bin Qudamah Al-Maqdisi menerangkan pada akhir bab jenazah dalam kitabnya Al-Mughni, bahwa membaca Al-Qur’an di kuburan itu diperbolehkan. Beliau mengutip pernyataan Imam Ahmad, "Jika kalian memasuki kuburan, bacalah ayat kursi dan Al-Ikhlas (masing-masing) tiga kali, lalu nyatakan: ’Ya Allah, sesungguhnya pahalanya untuk para penghuni kubur ini."

Manfaat ziarah kubur itu agar kita ingat pada kematian. Abdullah bin Buroidah ra. mengungkapkan, Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Dulu aku melarang (kalian) berziarah kubur. Sekarang berziarahlah, karena itu akan mengingatkan kalian pada akhirat." (HR. Ahmad dan Muslim) Dulu Nabi Muhammad Rosulullah saw. melarang para sahabat berziarah kubur, karena masih dekatnya masa mereka dengan zaman Jahiliyah. Baru setelah mereka memahami ajaran Islam dengan baik, diizinkanlah mereka oleh syara’ untuk berziarah kubur.

Kalau Nabi Muhammad Rosulullah saw. saja memerintahkan umatnya agar berziarah kubur, mengapa kita harus melarangnya? Hal ini penulis pertanyakan karena sudah ada segelintir ustadz yang melarang keras umat Islam untuk berziarah ke makam para wali. Bahkan mereka berani memvonis ziarah ke makam wali itu bid’ah sesat. Jadi kalau ada orang yang melarang kita berziarah kubur, abaikan saja. Sebab dengan menziarahi kubur orang tua kita dan orang-orang yang berjasa terhadap pengembangan Islam tidak hanya membuat kita teringat akhirat. Melainkan juga akan menginspirasi dan memotivasi kita untuk lebih berani mendakwahkan Islam terutama kepada orang-orang yang belum beriman.

Etika berziarah kubur, antara lain.


  1. Sesampai di pintu makam ucapkanlah salam. Buroidah ra. menginformasikan, Muhammad Rosulullah saw. sering mengajarkan kepada para sahabat agar jika berziarah kubur mengucapkan: Assalaamu ’alaikum ahlad diyaari minal mukminiina wal muslimiina wa innaa insyaa Allaahu bikum Laachiquun. As alullaaha lanaa walakumul ’aafiyah (Salam sejahtera semoga terlimpahkan atas kalian wahai penghuni perkampungan orang-orang mukmin dan muslim, dan kami insya Allah akan menyusul kalian. Semoga Allah melimpahkan keselamatan kepada kami dan kepada kalian. " (HR. Muslim)
  2. Sesampai di makam yang dituju hendaklah memberi salam secara khusus: "Assalamu’alaika ... (sebut namanya)
  3. Jangan berjalan melangkahi kuburan
  4. Jangan duduk pada nisan makam; dan
  5. bacalah surat Yasin atau tahlil dan hadiahkan pahalanya kepada mereka, serta doakan agar penghuni kubur diampuni dosa- dosanya oleh Allah SWT