" My Parent "

Jumat, 31 Desember 2010

Segala sesuatu akan berubah....!

Segala sesuatu akan berubah hanya dengan Ilmu
Segala sesuatu akan terarah hanya dengan Agama
Segala sesuatu akan terasa indah hanya dengan Seni dan 
Segala sesuatu akan menjadi aman hanya dengan Iman.

Istilah - istilah Penting dalam pembelajaran IPS Terpadu

Informasi Penting mengenai IPS



Pedoman Penghitungan Beban kerja Guru

PEDOMAN PENGHITUNGAN
BEBAN KERJA GURU

Renang gaya Kupu-kupu




Renang gaya Dada


Renang gaya Punggung




renang gaya Bebas



1. Gerakan kaki
Gerakkan kaki ke atas dan ke bawah secara bergantian (seperti orang yang sedang berjalan kaki), tetapi antara kaki dan paha dengan posisi lurus atau dengkul tidak boleh ditekuk. Gerakan ini dilakukan terus menerus.
Perhatikan:
Selama melakukan gerakan ini, kaki dan paha harus selalu dengan posisi lurus. Dengkul tidak boleh ditekuk. Jadi yang bergerak bukan lutut/kaki, melainkan pangkal paha/pinggul
2. Gerakan tangan
a. Posisi awal, kedua tangan lurus di atas kepala (kedua telapak tangan agak berdekatan, tetapi tidak perlu menempel)
b. Kemudian tarik tangan kiri ke bawah, terus ditarik sampai ke belakang.
c. Kemudian angkat tangan kiri keluar dari permukaan air dan ayunkan tangan kiri tersebut sejauh mungkin ke depan (ketika tangan di atas permukaan air, siku tangan kiri agak ditekuk di dekat telinga. Kemudian diluruskan kembali dan diayunkan sejauh mungkin ke depan masuk ke permukaan air).
d. Pada waktu tangan kiri diangkat keluar dari permukaan air, langsung gerakkan dan tarik tangan kanan ke bawah sampai ke belakang -sama dengan gerakan tangan kiri pada langkah b.
e. Kemudian angkat tangan kanan keluar dari permukaan air dan ayunkan tangan kanan tersebut sejauh mungkin ke depan (ketika tangan di atas permukaan air, siku tangan kanan agak ditekuk di dekat telinga. Kemudian diluruskan kembali dan diayunkan sejauh mungkin ke depan masuk ke permukaan air)-sama dengan gerakan tangan kiri pada langkah c.
Ulangi langkah b – e di atas
Jadi urutan gerakan tangan gaya bebas :
- Posisi Awal Kedua tangan lurus ke depan
- Tarik tangan kiri mengayuh ke bawah sampai ke belakang
- Setelah tangan kiri selesai mengayuh sampai ke belakang, angkat tangan kiri tersebut ke atas permukaan air dan ayunkan tangan kiri sejauh mungkin ke depan
- Tarik tangan kanan mengayuh ke bawah sampai ke belakang
- Setelah tangan kanan selesai mengayuh sampai ke belakang, angkat tangan ke atas permukaan air dan ayunkan tangan kanan sejauh mungkin ke depan
- Begitu seterusnya
Perhatikan
Tangan kiri dan kanan bergerak secara bergantian. Ketika tangan kiri selesai mengayuh dan mulai diangkat keluar dari dalam air, tangan kanan langsung masuk ke dalam air dan mengayuh ke belakang, begitu seterusnya.
3. Gerakan kombinasi tangan, kaki & mengambil nafas
Kaki terus bergerak seperti pada point 1 di atas.
Pengambilan nafas dilakukan ketika tangan kiri sedang diayunkan ke depan untuk masuk kembali ke dalam air, sedangkan tangan kanan akan naik ke permukaan air. Pada saat itulah, gerakkan kepala ke kanan untuk ambil nafas.
Begitu juga bila Anda lebih suka bernafas ke kiri, yaitu dilakukan ketika tangan kanan sedang diayunkan ke depan untuk masuk kembali ke dalam air dan tangan kiri akan naik ke permukaan air.
Ketika mengambil nafas, kepala jangan diangkat ke atas, melainkan hanya menoleh ke samping kanan (atau boleh juga ke kiri ...pilih salah satu yang menurut Anda lebih nyaman)
Tips :
1) Kaki terus bergerak (tidak boleh berhenti), walau ketika sedang mengambil nafas.
2) Tangan kanan dan kiri bergerak terus secara bergantian (tanpa jeda /istirahat).
3) Posisi telapak tangan agak menghadap ke luar ketika akan menyentuh permukaan air. Jadi seolah-olah ujung ibu jari tangan yang menyentuh permukaan air lebih dulu.
4) Ketika kepala menoleh ke kanan (atau ke kiri) untuk mengambil nafas, kemudian langsung secepatnya gerakkan kembali kepala ke dalam air. Jangan menunggu gerakan tangan kanan (tangan kiri) selesai.
5) Agar gaya bebas ini bisa lebih cepat dan gerakannya lebih stabil, pengambilan nafas dilakukan setelah 2 - 3 set gerakan tangan. Jadi jangan sekali gerakan tangan langsung mengambil nafas.
Perlengkapan renang yang biasa digunakan untuk belajar gaya Bebas:
- Papan Pelampung
- Hand Paddle

Rabu, 22 Desember 2010

Taman Purbakala Cipari Kuningan ( Jabar)

Taman Purbakala Cipari

"Tempat untuk mengetahui peninggalan nenek moyang"

"The place to know the relic of forefathers"
ODTW Taman Purbakala Cipari terletak di Kelurahan Cipari. Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan, terletak di kaki Gunung Ciremai sebelah timur. Jarak dari kota Kuningan ± 4,7 km dapat ditempuh dengan kendaraan roda 4 (empat).
Situs Purbakala Cipari ditemukan pada tahun 1972, berupa sebuah Kubur Batu. Penelitian secara sistemastis dipimpin oleh Teguh Asmar M.A dari Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional (LPPN) dan dilaksanakan pada tahun 1975 menghasilkan temuan berupa Perkakas Batu, Grabah, Perunggu, dan bekas-bekas Pondasi Bangunan Masa Prasejarah. Hasil penelitian menunjukan bahwa Situs Cipari mengalami dua kali masa pemukiman, yaitu masa akhir Neoletik dan awal pengenalan bahan perunggu berkisar pada tahun 1000 SM sampai dengan 500 M. Pada waktu itu masyarakat telah mengenal organisasi yang baik serta kepercayaan berupa pemujaan terhadap nenek moyang. Adat mendirikan bangunan dari batu-batui besar, dalam ilmu purbakala disebut MEGALIT.
Pembangunan Taman Purbakala Cipari berikut Musium dilaksanakan pada tahun 1976 dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Pr. Syarief Thayeb pada tanggal 23 Februari 1978. Sejak itulah tempat tersebut menjadi salah satu tempat untuk mengetahui peninggalan nenek moyang.

Gedung Perjanjian Linggar Jati.....!

Gedung Perundingan Linggarjati

Minggu, 19 Desember 2010

Peristiwa sekitar Proklamasi.........!

Bab IX Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi dan Terbentuknya NKRI 123
Proklamasi adalah pernyataan suatu bangsa untuk bebas dari penjajajahan. Bangsa
Indonesia telah melewati peristiwa itu setelah pada tanggal 17 Agustus 1945 memproklasikan
kemerdekaan. Sejak saat itu Indonesia berdaulat sebagai negara merdeka dalam bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
BAB
IX
PERISTIWA-PERISTIWA
SEKITAR PROKLAMASI DAN
TERBENTUKNYA NKRI
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan dapat mendiskripsikan peristiwa
Proklamasi dan Proses terbentuknya Negara Republik Indonesia.

Candi Sukuh........!

CANDI SUKUH BUKAN CANDI PORNO


Oleh
Prof. Dr. Bani Sudardi

                 Candi Sukuh adalah sebuah candi Hindu yang terletak di Dusun Sukuh, di lereng Gunung Lawu, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Bagi masyarakat modern, candi sukuh termasuk candi yang luar biasa. Kenapa?
                 Di gerbang utama candi ini dilukiskan secara vulgar alat kelamin laki-laki (penis) dan alat kelamin perempuan (vagina) dalam keadaan “siap tempur”. Karena itu, orang sering menyatakan Candi Sukuh sebagai “candi jorok, candi porno, candi saru, atau candi norak, candi seks”.
                 Tetapi pandangan seperti itu adalah sebuah pandangan yang sama sekali tidak benar. Candi Sukuh adalah sebuah candi sakral dengan bentuk arsitek mirip piramida. Kehadiran lukisan penis dan vagina di dasar pintu masuk candi merupakan  ajaran bahwa manusia harus mengenal ”asal-usul dumadi” yang tidak lain berasal dari air mani yang kemudian berproses di rahim ibu. Hal inilah yang hampir diajarkan oleh setiap ajaran agama di dunia manapun agar manusia tidak sombong karena berasal dari setitik air mani yang memancar.
                 Candi Sukuh adalah candi yang paling menarik dari segi tata arsitektur. Candi tersebut mengambil bentuk piramida mirip dengan bentuk kuil di Inca, Meksiko atau piramit Mesir. Candi Sukuh juga memunculkan unsur-unsur Indonesia asli dan hal ini tergambar dalam relief-relief yang relief-relief tersebut bersumber dari teks-teks Jawa Kuno dan Jawa Tengahan (Garudeya, Wirataparwa, Sudamala, Bima Suci, dan Gatotkacasraya).
                 Candi Sukuh adalah candi dari masa Hindu yang di dalamnya bercampur antara kebudayaan prasejarah Jawa dengan kebudayaan Hindu. Di dalam Candi Sukuh muncul unsur-unsur Indonesia asli yang pada masa kejayaan Majapahit tenggelam akibat dominasi kebudayaan Hindu.
                 Bentuk arsitektur dan tata ruang Candi Sukuh berkaitan dengan makna simbolis yang menunjukan adanya pergeseran filosofi dari pemujaan dewa-dewa India ke pemujaan dewa-dewa kesuburan dalam kepercayaan lokal. Sebagai misal, pergeseran pemujaan dewa Siwa ke tokoh manusia (Sadewa) yang tercermin dalam teks Sudamala (Jawa Tengahan) yang kemudian dijadikan dasar cerita ruwatan. Pergeseran ini tersebut juga tampak pada kemenonjolan tokoh garuda daripada tokoh Wisnu dalam teks Garudeya (Wirataparwa). Pergeseran lain tampak pula pada piktogram Bima dan Dewa Ruci yang merupakan teks tentang kemenonjolan perjuangan spiritual Bima dalammencari air suci (her banyu adi tirta wening) dibanding perjuangan lahiriah (peperangan).
                 Untuk memahami Candi Sukuh perlu memahami teks-teks dari masanya, di antaranya seperti:
  1. Teks Samodramantana yang mengisahkan para dewa  menguras lautan untuk mendapatkan air amerta.
  2. Teks Sudamala yang mengisahkan Sudamala atau Sadewa yang berhasil meruwat Uma (Istri dewa Siwa) yang dikutuk menjadi Durga (raksasa siluman perempuan yang menakutkan).
  3. Teks Gatotkacasraya yang mengisahkan Gatotkaca ketika membantu perkawinan Abimanyu.
  4. Nawa Ruci (Bima Suci) yang mengisahkan Bima ketika mencari air suci dan ditengah lautan harus mengalahkan naga Sembur Nawa. Setelah tewasnya naga semburnawa,maka Dewa dijumpai Dewa Ruci yang menjelaskan tentang asal-usul dumadi.
  5. Cerita Panji yang mengisahkan Panji berjuang untuk menemukan istrinya sehingga terjadilah suatu kisah romantis penuh liku-liku (Zoetmulder. 1985)
Sebagaimana sebagian besar candi-candi di Jawa, khususnya yang dibangun mulai abad ke-9, di dinding-dindingnya selalu dipahatkan relief dari teks-teks darmasastra. Relief yang paling spektakuler adalah relief Candi Prambanan yang memahatkan teks darmasastra Ramayana. Relief Candi Sukuh menyajikan relief dari teks-teks yang memiliki nilai lokal dan bukan teks darmasastra, melainkan teks-teks yang dalam cerita pewayangan Jawa dikenal sebagai teks carangan (Hartini, 2008:45).
Pergeseran relief dari teks darmasastra ke teks-teks carangan berkaitan dengan pergeseran nilai dalam masyarakat Jawa abad ke-15. Di antara teks-teks yang kemudian disebut sebagai teks-teks Jawa Tengahan dalam ekspresi kidung (bukan kakawin) adalah Dewaruci, Sudamala, Kidung Subrata, Panji Anggraeni, dan Sri Tanjung (Sutarjo, 2008:15).
Candi Sukuh sudah banyak dikaji para ahli sejak awal abad ke-19. Penelitian tentang Candi Sukuh dirintis oleh Raflles pada tahun 1817 dalam bukunya History of Java. Penelitian ini dilanjutkan oleh peneliti-peneliti lain, di antaranya sebagai berikut.
Kajian tentang candrasengkala dan prasasti yang terdapat pada Candi Sukuh telah dilakukan oleh Van der Vlis pada tahun 1843. Menurut Vlis, relief-relief tertentu di Candi Sukuh mengandung angka tahun Saka yang dikenal dengan candrasengkala. Di antaranya, di awal gapura paling bawah terdapat relief raksasa yang memakan manusia yang dapat dinyatakan sebagai candrasengkala “gapura buto amangan wong” yang bermakna 1359 Saka atau 1437 Masehi. Dari candrasengkala tersebut diketahui bahwa Candi Sukuh tidak dibangun bersamaan, melainkan setahap demi setahap. Hal ini tampak pada candra sengakala di candi utama yang berbunyi “katur karungu kram purusa” yang bermakna tahun 1362 Saka tahun1440 Masehi.
            Yang menarik, menurut kajian Van der Vlis, di Candi Sukuh ditemukan candra sengkala berupa patung manusia-garuda yang berdiri sendiri di Halalaman ketiga. Patung tersebut berjumlah dua buah berbetuk burung garuda. Akan tetapi, kedua patung itu berbeda. Patung yang satu bersayap, berbadan, berkaki, seperti manusia (manusia-garuda) serta ada angka tahun 1362 Saka (1440 M) sedangkan yang lainnya  berstilir manusia, tetapi tidak bertangan serta tidak mengandung inskripsi (Vlis, 1843:57).
Penelitian tentang Candi Sukuh tersebut dilanjutkan oleh Muusses (1929) yang meneliti Sang Awikramawardhana sebagai saat-saat akhir Majapahit yang kemungkinan membangun Candi Sukuh
Stutterheim (1925) yang meneliti tentang relief Ramayana di Indonesia. Yang menarik perhatian Stutterheim di Candi Sukuh adalah relief tentang garuda yang mencengkeram gajah dan kura-kura untuk dimakan. Kisah ini adalah kisah garuda dalam mencari air amrta yang dalam tradisi Jawa terjelma juga dalam kisah Bima mencari air suci (Nawa Ruci). Tindakan garuda memakan gajah dan kura-kura ternyata merupakan bentuk ruwatan karena gajahd an kura-kura adalah makhluk terkena kutuk yang dimakan tersebut justru menjadikannya kembali ke bentuk aslinya sebagai dewa (hlm 23). Candi Sukuh juga mempertemukan tradisi Mahabharata dan Ramayana. Menurut kajian Stuterheim, di Candi Sukuh terdapat relief yang menggambarkan Arjuna dengan bendera perangnya bergambar kera. Di pihak lain, terdapat relief Hanoman yang sedang menghadapi seseorang yang sedang tafakur. Agaknya, di akhir Majapahit, antara Ramayana dan Mahabharata sudah mulai ada kontaminasi.
Bernet Kempers yang meneliti seni-seni Indonesia klasik (1959). Dijelaskan bahwa relief vagina dan phalus secara naturalistik di Candi Sukuh adalah gambaran peristiwa mistik yang berkaitan dengan kesuburan dan kemakmuran. Di candi Sukuh digambarkan juga adanya Dwarapala yang menyimpangi gaya India dan muncul dengan langgam prasejarah Casparis tentang inskripsi (1950) yang di dalamnya Casparis membahas sedikti tentang prasasti di dalam Candi Sukuh yang pada umumnya prasasti tersebut sudah rusak dan sulit dibaca,meskipun prasasti tersebut muncul pada abad ke-14.
Kesadaran tentang keunikan Candi Sukuh dengan candi-candi lainnya seperti Candi Borobudur, Prambanan, Plaosan dan candi-candi di Jawa Tengah pada umumnya telah dikemukanan oleh Sri Sugiyanti (2006). Menurut Sri Sugiyanti, yang membedakan Candi Sukuh dengan candi lainnya terutama terletak pada bentuk arsitektur, tokoh-tokoh, dan relief-relief yang dipahatkan.
Dari uraian di atas tampak bahwa aspek arsitektur dan tata ruang Candi Sukuh belum banyak dikaji orang. Unsur yang banyak dikaji adalah aspek naratif/ relief. Kesulitan pengkajian aspek arsitektur dan tata ruang Candi Sukuh karena candi tersebut sudah menyimpang dari tuntunan percandian India. Percandian India diatur dalam Vastusastra yang dihitung berdasar diagram-diagram yang disebut vastupursamandala (Yadav, 2002). Sementara itu, Candi Sukuh menunjukkan konsep-konsep lokal mengenai ruwatan dan sangkan paran yang di dalamnya banyak dipengaruhi oleh paham filosofi asli Jawa.
            Perubahan konsep tata ruang dan arsitektur Candi Sukuh yang menyimpangi pola India memiliki alasan sosial dan kultural. Sukatno (2003) menjelaskan bahwa konsep mandala suatu candi tidak hanya berkait dengan konteks arsitektural bangunan candi yang suci. Konsep tersebut di Indonesia berkaitan dengan penempatan kepercayaan lokal (unsur genius lokal) yang bermakna kompleks dalam kaitan dengan situasi sosial politik.
            Makna ini segera terasa pada amplifikasi penokohan relief-relief Candi Sukuh yang mengangkat tokoh Sadewa.  Padahal, tokoh tersebut di dalam Mahabharata (India) adalah tokoh pendukung setelah Arjuna. Mengenai cerita  yang mendasari relief, Candi Sukuh pernah dibahas oleh Callenfels (1925) yang membahas relief-relief yang ada hubungannya dengan Kisah Sudamala. Cerita Sudalama tersebut kemudian juga dibahas panjang lebar oleh Zoetmulder (1974) dalam bukunya Kalangwan yang menyoroti secara mendalam Kisah Sudamala dari sisi filologis dan sastra. Relief Candi Sukuh dan Kisah Sudamala pernah juga dibahas oleh Sri Mulyono (1978) ketika membahas mengenai tokoh Semar. Menurut Sri Mulyono, di Candi Sukuh tokoh Semar pertama-tama muncul dalam relief. Candi Sukuh juga disinggung oleh  Holt (1967/ 2000) bahwa di kedua candi tersebut muncul unsur-unsur prehistoris dan penyajian alat seks secara vulgar. Arca-arca di Candi Sukuh mencerminkan nenek moyang masa purba.

Daftar Pustaka

Bernet Kempers . 1959. Ancient Indonesian Art. Amsterdam: The Hague.
Brandon, James R. 1967. Theatre in Southeast Asia. Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press
Callenfels, P.V. van. Stein. 1925. "De Sudamala in de Hindu-Javaansche Kunst" dalam Verhandelingen van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Deel LXVI, 's Hage, M. Nijhoff.
Casparis, J.G.de. 1950. Prasasti Indonesia. Bandung.
Cassirer, Ernst. 1990. An Essay on Man (Manusia dan Kebudayaan: Sebuah esei tentang Manusia. Terjemahan A. Nugroho. Jakarta: Gramedia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Candi Sukuh di Jawa Tengah. Jakarta: Proyek  Pembinaan Media Kebudayaan.
Holt, Claire. 1967. Art in Indonesia : Continuities and Change. Ithaca, New York: Cornell University Press.
Holt, Claire. 2000. Melacak Jejak-jejak Perkembangan Seni di Indonesia. Terjemahan R.M. Soedarsono. Bandung: Msyarakat Seni Pertunjukkan Indonesia.
Magnis-Suseno, Franz. 1995. Wayang dan Panggilan Manusia.  Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Magnis-Suseno, Franz. 1996. Etika Jawa : Sebuah Analisa Filsafati tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka
Marsono, Akhmad Nugroho, Sumarsih, Manu, R.S. Subalidinata, Anung Tedjowirawan, Suharto. 1998. Nilai Susastra dan Kandungan Filosofis Wayang. Hasil Penelitian Kerja sama antara Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dengan Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Sena Wangi), Jakarta.
Muhadjir, Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Mulyono, Sri. 1978. Apa Siapa Semar. Jakarta: Gramedia.
Mulyono, Sri.1978. Wayang : Asal-usul, Filsafat dan Masa Depannya. Jakarta: Gunung Agung.
Muusses, M.A. 1929. “Singhawikramawardhana” dalam Feestbundel II. . Teks peringatan berdirinya Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschapen 1778-1928.

Pigeaud, Theodore G. Th. 1967. Literature of Java :Catalogue Raisonne of Javanese Manuscripts in the Library of University of Leiden and Other Public Collections in the Netherlands Volume I. The Hague: KITLV
Prijohoetomo.1934. Nawaruci: Inleiding, Middel-Javaansche Prozatekst, Vertaling. Groningen: Bij J. B. Wolters Uitgevers-Maatschappij N.V.
Raffles, Thomas Stamford. 1978. The History of Java.(Vol. I) Oxford: Oxford University Press.
Sri Sugiyanti 2006.. Usaha Pelestarian Candi Sukuh. Jakarta: Proyek Pembinaan Media Kebudayaan
Stutterheim 1925. Rama Legenden und Rama Reklief in Indoesien. Munchen.
Sukatno, Otto. 2004. Dieng Poros Dunia. Yogyakata: IRCISOD
Susanto,Hary. 1981. Mitos Menurut Pemikiran Mirsea Eliade. Yogyakarta: Kanisius.
Sutarjo, Imam. 2008. Kajian Budaya Jawa. Surakarta. Surakarta: JSD UNS
Van der Vlis .1843. Incription van de Candi Sukuh. Weltervreden.
Yadav, Jay Singh. 2002. “Pengaruh Budaya India pada Candi di Indonesia” dalam Renville Siagian. Candi Sebagai Warisan Seni dan Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Cempakakencana.
Zoetmulder. 1985. Kalangwan : Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang. Jakarta: Djambatan.


Komentar, saran, kritik, permintaan info selanjutnya, ucapan terima kasih, dan lain-lain  terhadap artikel ini mohon kirimkan ke banisudardi@uns.ac.id


Pengakuan kemerdekaan Indonesia........!

Pengakuan tanggal kemerdekaan Indonesia oleh Belanda

Sejarah Singkat Kabupaten Kuningan

Diperkirakan ± 3.500 tahun sebelum masehi sudah terdapat kehidupan manusia, hal ini didasarkan kepada peninggalan yang ditemukan di Wilayah Kuningan, salah satu bukti peninggalan tersebut terdapat di Kampung Cipari Kelurahan Cigugur yaitu pada tahun 1972 ditemukan peninggalan dengan identifikasi sebuah peti kubur batu, pekakas dari batu dan keramik dan diperkirakan pada masa itu terdapat pemukiman manusia yang telah memiliki kebudayaan tinggi.
Suatu pemukiman masyarakat manusia tersebut baru terwujud dalam bentuk suatu kekuatan politik seperti halnya negara, sebagaimana dituturkan dalam cerita parahyangan dengan nama KUNINGAN.
Negara / Kerajaan Kuningan tersebut berdiri setelah dinobatkan SEUWEUKARMA sebagai Raja/Kepala pemerintahan yang kemudian bergelar RAHIYANG TANGKUKU atau SANG KUKU yang bersemayam di Arile atau Saunggalah.
SEUWEUKARMA menganut ajaran “DANGIANG KUNING’ dan berpegang kepada “SANGHIYANG DHARMA” (Ajaran Kitab Suci). Serta “SANGHIYANG RIKSA” (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan kuningan pada jaman kekuasaan seuweukarma menyeberang sampai negeri melayu. Pada saat itu masyarakat kuningan merasa hidup aman dan tentram di bawah pi
mpinan Seuweukarma yang bertahta sampai berusia lama.
Perkembangan kerajaan kuningan selanjutnya seakan akan terputus, dan baru pada 1175 masehi muncul lagi. Kuningan pada waktu itu menganut agama Hindu di bawah pimpinan RAKEAN DARMARIKSA dan merupakan Daerah otonom yang masuk wilayah kerajaan Sunda yang terkenal dengan nama Pajajaran , dan termasuk cirebon pada tahun 1389 masehi masuk kekuasaan kerajaan pajajaran, namun pada abad ke-15 cirebon sebagai kerajaan islam menyatakan kemerdekaannya dari pakuan pajajaran.
Pada tahun 1470 masehi datang ke Cirebon seorang ulama besar agama Islam yaitu SYEH SYARIF HIDAYATULLAH putra SYARIF ABDULAH dan ibunya RARA SANTANG atau SYARIFAH MO’DAIM putra Prabu SYARIF HIDAYATULLAH adalah murid SAYID RAHMAT yang lebih dikenal dengan nama SUNAN NGAMPEL yang memimpin daerah ampeldenta.
Kemudian SYEH SYARIF HIDAYATULLAH ditugaskan oleh sunan ngampel untuk menyebarkan agama islam di daerah Jawa Barat, dan mula-mula tiba di Cirebon yang pada waktu Kepala Pemerintahan Cirebon dipegang oleh Haji DOEL IMAN.
Pada waktu 1479 masehi Haji Doel Iman berkenan menyerahkan kepada syarif hidayatullah setelah menikah dengan putrinya. Karena terdorong oleh hasrat ingin menyebarkan agama Islam, pada tahun 1481 Masehi Syeh Syarif Hidayatullah berangkat ke daerah Lurangung yang masuk wilayah Cirebon Selatan yang pada waktu itu dipimpin oleh KI GEDENG LURAGUNG yang bersaudara dengan KI GEDENG KASMAYA dari Cirebon, selanjutnya Ki Gedeng Luragung memeluk agama Islam.
Pada waktu Syeh Syarif Hidayatullah di Luragung, datanglah Ratu Ontin Nio istrinya dalam keadaan hamil dari negeri Cina (bergelar: Ratu Rara Sumanding) ke Luragung, dari Ratu Ontin Nio alias Ratu Lara Sumanding lahir seorang putra yang tampan dan gagah yang diberi nama Pangeran Kuningan. setelah dari Luragung, Syeh Syarif Hidayatullah dengan rombongan menuju tempat tinggal Ki Gendeng Kuningan di Windu Herang, dan menitipkan Pangeran Kuningan yang masih kecil kepada Ki Gendeng Kuningan agar disusui oleh istri Ki Gendeng Kuningan, karena waktu itu Ki Gendeng Kuningan mempunyai putera yang sebaya dengan Pangeran Kuningan nemanya Amung Gegetuning Ati yang oleh Syeh Syarif Hidayatullah diganti namanya menjadi Pangeran Arya Kamuning serta beliau memberikan amanat bahwa kelak dimana Pangeran Kuningan sudah dewasa akan dinobatkan menjadi Adipati Kuningan.
Setelah Pangeran Kuningan dan Pangeran Arya Kamuning tumbuh dewasa, diperkirakan tepatnya pada bulan Muharam tanggal 1 September 1498 Masehi, Pangeran Kuningan dilantik menjadi kepala pemerintahan dengan gelar Pangeran Arya Adipati Kuningan dan dibantu oleh Arya Kamuning. Maka sejak itulah dinyatakan sebagai titik tolak terbentuknya pemerintahan Kuningan yang selanjutnya ditetapkan menjadi tanggal hari jadi Kuningan.

Jumat, 17 Desember 2010

soal-soal latihan IPS kls 8

Tolong kerjakan soal - soal IPS kelas VIII ini.....!

soal-soal latihan IPS kls 8_Semt Genap

Anak-anak kalau mau pitar silakn coba kerjakan soal-soal latihan dari Bapak di bawah ini, klik di sini...

foto

foto Uus Susangka, S.Pd

Lirik Lagu

Lirik Lagu dan Chord Gitar Akhirnya Gigi

Lirik Lagu ” Akhirnya “
Artis ” Gigi “

ku Sadari Akhirnya Kerapuhan Imanku
Telah Membawa Jiwa dan Ragaku
Ke Dalam Dunia Yg Tak Tentu Arah

ku Sadari Akhirnya Kau Tiada Duanya
Tempat Memohon Beraneka Pinta
Tempat Berlindung Dari Segala Mara Bahaya

Reff Gigi Oh Tuhan Mohon Ampun
Atas Dosa dan Dosa Selama Ini
aku Tak Menjalankan Perintahmu
Tak Pedulikan Namamu
Tenggelam Melupakan Dirimu

Oh Tuhan Mohon Ampun
Atas Dosa dan Dosa Sempatkanlah
aku Bertobat Hidup Di Jalanmu
Tuk Penuhi Kewajibanku
Sebelum Tutup Usia Kembali Padamu
Oh Kembali Padamu Ohhh

Keluarga Sakinah.....

foto keluarga Uus Susangka, S.Pd :
Semoga saya bisa membina keluarga sakinah, mawaddah , warohmah !
Salam buat segenap keluarga di Kuningan ( Jawa Barat)
Babeh di desa Kutaraja, mamah wetan di Kuningan, wa Uhan, wa Ono, mang Maman, mang Uca, bi Tati, mang Elon, mang Anda di Kutaraja , wa Titing di Cirebon dll......

Senin, 22 November 2010