" My Parent "
Tampilkan postingan dengan label Sejarah hidup Muhammad ( Sang calon Nabi ). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah hidup Muhammad ( Sang calon Nabi ). Tampilkan semua postingan

Sabtu, 14 Mei 2011

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Sang Calon Nabi


REPUBLIKA.CO.ID, Dua tahun lagi anak itu tinggal  di  sahara,  menikmati  udara pedalaman  yang  jernih  dan bebas, tidak terikat oleh sesuatu ikatan jiwa, juga tidak oleh ikatan materi.

Pada masa itu, sebelum usianya mencapai  tiga tahun, ketika itulah  terjadi  cerita  yang banyak dikisahkan orang. Yakni, bahwa sementara  ia  dengan  saudaranya  yang  sebaya itu sedang berada di belakang rumah di luar pengawasan keluarganya, tiba-tiba anak Keluarga Sa'ad itu kembali pulang sambil berlari, dan berkata kepada ibu-bapaknya, "Saudaraku yang dari Quraisy itu telah diambil oleh dua orang laki-laki  berbaju putih. Dia dibaringkan, perutnya dibedah, sambil di balik-balikkan."

Dan tentang Halimah ini ada juga diceritakan. Halimah berkata, "Lalu saya pergi dengan ayahnya (suaminya) ke tempat itu. Kami jumpai dia sedang berdiri.  Mukanya pucat-pasi. Kuperhatikan dia. demikian juga ayahnya. Lalu kami tanyakan, 'Kenapa kau, Nak?' Dia menjawab, 'Aku didatangi oleh dua orang laki-laki berpakaian putih. Aku dibaringkan, lalu perutku dibedah. Mereka mencari sesuatu di dalamnya. Tak tahu aku apa yang mereka cari."

Halimah dan suaminya kembali pulang ke rumah. Orang itu sangat ketakutan, kalau-kalau anak itu kesurupan. Sesudah  itu, dibawanya  anak  itu  kembali  kepada  ibunya  di Makkah.

Atas peristiwa ini Ibnu Ishaq membawa sebuah hadits Nabi sesudah kenabiannya. Tetapi dalam menceritakan peristiwa ini Ibnu Ishaq nampaknya  hati-hati  sekali  dan   mengatakan bahwa sebab dikembalikannya kepada ibunya bukan karena cerita adanya dua malaikat itu, melainkan—seperti cerita Halimah kepada Aminah—ketika  ia di bawa pulang oleh Halimah sesudah disapih, ada beberapa orang Nasrani Abisinia  memerhatikan Muhammad  dan menanyakan kepada Halimah tentang anak itu. 

Dilihatnya belakang anak itu, lalu mereka berkata, "Biarlah kami bawa anak ini kepada raja kami di  negeri  kami. Anak  ini  akan menjadi orang penting. Kamilah yang mengetahui keadaannya."

Halimah lalu cepat-cepat menghindarkan diri  dari mereka  dengan  membawa  anak  itu.

Baik kaum orientalis maupun beberapa kalangan kaum Muslimin sendiri tidak merasa puas dengan cerita dua malaikat  ini  dan menganggap sumber  itu lemah  sekali.  Yang  melihat  kedua laki-laki (malaikat) dalam cerita penulis-penulis sejarah  itu hanya  anak-anak  yang  baru  dua tahun lebih sedikit umurnya. Begitu juga umur Muhammad waktu itu.

Akan tetapi sumber-sumber itu   sependapat   bahwa  Muhammad  tinggal  di  tengah-tengah Keluarga Sa'ad itu sampai mencapai usia lima  tahun.  Andaikata peristiwa  itu  terjadi  ketika ia berusia dua setengah tahun, dan ketika itu Halimah dan  suaminya  mengembalikannya kepada ibunya, tentulah terdapat kontradiksi dalam dua sumber cerita itu yang tak dapat diterima. Oleh karena itu, beberapa  penulis berpendapat,  bahwa ia kembali dengan Halimah itu untuk ketiga kalinya.

Dalam hal ini, Sir William Muir tidak  mau  menyebutkan  cerita tentang  dua  orang  berbaju putih itu, dan hanya menyebutkan, bahwa kalau Halimah dan suaminya sudah menyadari adanya suatu gangguan  pada anak itu, maka mungkin saja itu adalah suatu gangguan krisis urat-saraf. Dan kalau hal itu tidak sampai mengganggu  kesehatannya  ialah karena bentuk tubuhnya yang baik.

Barangkali yang lain pun  akan mengatakan, baginya  tidak diperlukan  lagi  akan  ada  yang harus membelah perut atau dadanya. Sebab sejak dilahirkan, Tuhan sudah  mempersiapkannya supaya menjalankan risalah-Nya. Dermenghem berpendapat, cerita ini tidak mempunyai dasar kecuali dari yang diketahui orang dari teks ayat  yang berbunyi, "Bukankah sudah Kami lapangkan dadamu? Dan sudah Kami lepaskan beban dari kau? Yang telah memberati punggungmu?" (QS Al-Insyirah: 1-3).

Apa  yang  telah  diisyaratkan  Qur'an  itu  adalah dalam arti rohani semata, yang maksudnya ialah membersihkan  (menyucikan) dan  mencuci  hati  yang akan menerima Risalah Kudus, kemudian meneruskannya seikhlas-ikhlasnya,  dengan  menanggung  segala beban karena Risalah yang berat itu.

Dengan  demikian  apa  yang  diminta  oleh kaum orientalis dan pemikir-pemikir Muslim dalam hal ini ialah bahwa peri hidup Muhammad adalah sifatnya manusia semata-mata dan bersifat perikemanusiaan yang luhur. Dan untuk memperkuat  kenabiannya  itu memang  tidak  perlu  ia harus bersandar kepada apa yang biasa dilakukan oleh  mereka  yang  suka  kepada  yang  ajaib-ajaib.

Dengan  demikian,  mereka  beralasan  sekali  menolak tanggapan penulis-penulis Arab dan kaum Muslimin tentang peri hidup Nabi yang  tidak  masuk akal itu. Mereka berpendapat bahwa apa yang dikemukakan itu tidak sejalan dengan apa  yang  diminta  oleh Al-Qur'an supaya   merenungkan   ciptaan   Tuhan,   dan   bahwa undang-undang Tuhan takkan ada yang berubah-ubah. Tidak sesuai dengan  ekspresi  Qur'an  tentang  kaum Musyrik yang tidak mau mendalami dan tidak mau mengerti juga.

Muhammad tinggal pada Keluarga Sa'ad sampai mencapai usia lima tahun,  menghirup  jiwa  kebebasan dan kemerdekaan dalam udara sahara yang  lepas  itu.  Dari   kabilah   ini   ia   belajar mempergunakan  bahasa  Arab  yang  murni,  sehingga  pernah ia berkata kepada teman-temannya kemudian,  "Aku  yang  paling fasih di antara kamu sekalian. Aku dari Quraisy tapi diasuh di tengah-tengah Keluarga Sa'ad bin Bakr."