" My Parent "
Tampilkan postingan dengan label Biografi Fatimah Az-Zahra. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Biografi Fatimah Az-Zahra. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 14 Mei 2011

Fatimah Az-Zahra


 adalah putri kesayangan Nabi Muhammad hasil buah cintanya dengan Siti Khadijah. Ia dilahirkan beberapa saat sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus sebagai Nabi. Ia sangat mencintai dan dicintai Nabi Muhammad sehingga ia dijuluki Ummu Abiha, putri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sangat mencintainya dan memuliakannya. Dia memiliki banyak keistimewaan, dia juga sosok yang sabar, baik hati, menjaga diri, menerima dan bersyukur kepada Allah Ta’ala.

Fatimah radhiallahu ‘anha adalah pemimpin kaum wanita dunia pada zamannya, yaitu pada masa kenabian. Dia adalah wanita pilihan, ia diberi kuniah (dijuluki) Ummu Abiha, putri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, al-Qurasyiyah, al-Hasyimiyah, dan Ummu al-Husain. Dia dilahirkan beberapa saat sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus sebagai Nabi.

Kelahiran

Fatimah Az Zahra adalah anak perempuan ke empat pasangan Nabi Muhammad dan Ummul mu'minin Khadijah. (Nabi Muhammad dan Siti Khadijah dikaruniai empat orang putri; Zeinab, Raqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah). Mayoritas sejarawan Syi’ah dan Ahlussunnah menetapkan bahwa ia lahir di Makkah pada tanggal 20 Jumadits Tsani 5 H (akhir lima tahun sebelum bi'tsah (turun wahyu kepada Nabi Muhammad)). Akan tetapi, sebagian yang lain menyatakan bahwa hal itu jatuh pada tahun 3 H, dan kelompok ketiga menetapkannya pada tahun 2 H. Salah seorang sejarawan dan ahli hadis dari kalangan Ahlussunnah menyatakan bahwa kelahirannya jatuh pada tahun 1 H. Kelahiran Fahimah disambut gembira oleh Nabi Muhammadu alaihi wassalam dengan memberikan nama Fathimah dan julakannya Az-Zahra, sedangkan kunyahnya adalah Ummu Abiha (Ibu dari bapaknya).

Fatimah adalah putri yang mirip dengan ayahnya, Ia tumbuh dewasa dan ketika menginjak usia 5 tahun terjadi peristiwa besar terhadap ayahnya yaitu turunnya wahyu dan tugas berat yang diemban oleh ayahnya. Dan ia juga menyaksikan kaum kafir melancarkan gangguan kepada ayahnya. Sampai cobaan yang berat dengan meninggal ibunya Khadijah. Ia sangat pun sedih dengan kematian ibunya.

Fathimah a.s. dididik di rumah ayahnya, sebuah rumah kenabian dan tempat turunnya wahyu. Rumah tempat kelahiran kelompok pertama yang beriman kepada keesaan Allah dan dengan tegar memegang iman mereka. Rumah itu adalah satu-satunya rumah dari sekian banyak rumah di jazirah Arab yang dari dalamnya berkumandang suara ‘Allahu Akbar’, dan Fathimah a.s. adalah satu-satunya anak wanita yang mengalami kehangatan semacam itu. Ia berada di rumah itu sendirian dan masa kecilnya ia lalui dengan segala kesendirian. Dua saudarinya, Ruqaiyah dan Ummi Kultsum lebih besar beberapa tahun dari dirinya. Mungkin salah satu rahasia kesendiriannya adalah supaya ia dapat memfokuskan diri terhadap penggemblengan raga dan jiwa.

Kasih Sayang Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Kepadanya

Diriwayatkan dari Aisyah Ummul Mukminin radhiallahu ‘anha, dia berkata, “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang perkataan dan pembicaraannya menyerupai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam selain Fatimah, dan jika Fatimah menghadap Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau berdiri lalu menciumnya dan memanjakan dirinya. Begitu juga Fatimah memperlakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, “Fatimah hidup selama enam bulan setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam wafat. Kemudian beliau diwafatkan pada malam hari.”
Al-Waqidi berkata, “Ini adalah pendapat yang paling kuat menurut kami. Al-Abbas radhiallahu ‘anhu ikut menshalatinya. Kemudian Al-Abbas, Ali, dan Al Fadhl radhiallahu ‘anhum turun ke liang lahadnya saat jasadnya dikubur.”

Diriwayatkan dari masruq rahimahullah, bahwa Aisyah pernah berkata kepadaku : suatu hari istri-istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berkumpul disisinya, tidak satupun diantara mereka yang pergi. Kemudian Fatimah datang dengan langkah yang jauh berbeda dengan langkahnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika beliau melihatnya, beliau menyambutnya seraya bersabda, “Selamat datang anakku !” Kemudian dia didudukkan disamping kanan atau kirinya, lalu berbisik kepadanya hingga ia menangis. Setelah itu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berbisik lagi kepadanya hingga Fatimah tertawa. Ketika beliau berdiri aku berkata kepada Fatimah, “Hanya karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berbisik kepadamu, kamu menangis. Aku sebenarnya ingin tahu, apa yang dibisikkan beliau kepadamu dan aku punya hak untuk mengetahuinya darimu.” Ketika dia ingin menjelaskan kepadaku apa yang menjadikannya tertawa dan menangis, dia berkata, “Aku tidak akan menyebarluaskan rahasia Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, aku bertanya kepadanya, “Aku masih ingin mengetahui sesuatu yang berhak aku ketahui darimu.” Fatimah menjawab, “Kalau sekarang aku mau menceritakannya. Pertama, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan kepadaku bahwa biasanya malaikat Jibril turun menemui beliau dengan Al-Qur’an setiap tahun sekali, namun kemudian beliau mengatakan bahwa Jibril mendatanginya pada tahun ini setahun dua kali. Lalu beliau bersabda, ‘Maka aku tidak mengira kecuali bahwa ajalku telah dekat. Oleh karena itu, bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah’. Aku pun menangis. Ketika beliau melihatku sedih, beliau bersabda, ‘Apakah kamu tidak rela jika nanti kamu menjadi pemimpin wanita dunia atau pemimpin wanita umat ini ?’ Aku pun tertawa.” (HR. al-Bukhari).

Rasullah sangat menyayangi Fathimah, setelah Nabi Muhammad bepergian ia lebih dulu menemui Fathimah sebelum menemui istri-istrinya. Aisyah berkata ,” Aku tidak melihat seseorang yang perkataannya dan pembicaraannya yang menyerupai Nabi Muhammad selain Fathimah, jika ia datang mengunjungi Nabi Muhammad, Nabi Muhammad berdiri lalu menciumnya dan menyambut dengan hangat, begitu juga sebaliknya yang diperbuat Fathimah bila Nabi Muhammad datang mengunjunginya.”.

Nabi Muhammad mengungkapkan rasa cintanya kepada putrinya takala diatas mimbar:” Sungguh Fathima bagian dariku , Siapa yang membuatnya marah bearti membuat aku marah”. Dan dalam riwayat lain disebutkan,” Fathimah bagian dariku, aku merasa terganggu bila ia diganggu dan aku merasa sakit jika ia disakiti.”.

Setelah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasalam menjalankan haji wada’ dan ketika ia melihat Fathimah, beliau menemuinya dengan ramah sambil berkata,” Selamat datang wahai putriku”. Lalu Beliau menyuruh duduk disamping kanannya dan membisikan sesuatu, sehingga Fathimah menangis dengan tangisan yang keras, tak kala Fathimah sedih lalu Beliau membisikan sesuatu kepadanya yang menyebabkan Fathimah tersenyum.

Pernikahannya dengan Ali bin Abu Thalib Radhiallahu ‘Anhu

Dia dinikahi oleh Ali bin Abi Thalib pada bulan Dzul Qa’dah, atau sebelumnya dua tahun setelah perang Badar. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sangat mencintainya dan memuliakannya. Dia memiliki banyak keistimewaan, dia juga sosok yang sabar, baik hati, menjaga diri, menerima dan bersyukur kepada Allah Ta’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah marah kepadanya ketika sampai berita bahwa Abu Hasan (Ali bin Abi Thalib) ingin menikahi putri Abu Jahal. Ketika itu beliau bersabda, “Demi Allah, putri Nabiyullah tidak boleh dicampur dengan putri musuh Allah. Sesungguhnya Fatimah merupakan bagian dariku. Sesuatu yang meragukanku berarti meragukannya dan sesuatu yang menyakitiku berarti menyakitinya.” Ali bin Abi Thalib akhirnya tidak jadi meminang putri Abu Jahal karena menjaga kehormatan Fatimah. Oleh karena itu, Ali tidak menikah dengan wanita lain dan tidak membeli budak perempuan.setelah Fatimah meninggal, Ali radhiallahu ‘anhu menikah lagi dan membeli budak perempuan.

Pada saat kaum muslimin hijrah ke madinah, Fathima dan kakaknya Ummu Kulsum tetap tinggal di Makkah sampai Nabi mengutus orang untuk menjemputnya.Setelah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar, para sahabat berusaha meminag Fathimah. Abu Bakar dan Umar maju lebih dahulu untuk meminang tapi nabi menolak dengan lemah lembut.Lalau Ali bin Abi Thalib datang kepada Nabi Muhammad untuk melamar, lalu ketika nabi bertanya, “Apakah engkau mempunyai sesuatu ?”, Tidak ada ya Nabi Muhammad,” jawabku. “ Dimana pakaian perangmu yang hitam, yang saya berikan kepadamu,” Tanya beliau. “ Masih ada padaku wahai Nabi Muhammad,” jawabku. “Berikan itu kepadanya (Fatihmah) sebagai mahar,”.kata beliau.

Lalu Ali bergegas pulang dan membawa baju besinya, lalu Nabi menyuruh menjualnya dan baju besi itu dijual kepada Utsman bin Affat seharga 470 dirham, kemudian diberikan kepada Nabi Muhammad dan diserahkan kepada Bilal untuk membeli perlengkapan pengantin. Kaum muslim merasa gembira atas perkawinan Fathimah dan Ali bin Abi Thalib, setelah setahun menikah lalu dikaruniai anak bernama Al- Hasan dan saat Hasan genap berusia 1 tahun lahirlah Husein pada bulan Sya’ban tahun ke 4 H. Pada tahun kelima H ia melahirkan anak perempuan bernama Zainab dan yang terakhir benama Ummu Kultsum.

Fatimah, memiliki banyak julukan, julukannya yang paling masyhur adalah Az Zahra yang artinya bercahaya,berkilau. Ulama berbeda pendapat dalam sebab dijulukinya Az Zahra, ada yang mengatakan karena Fatimah adalah bunga Nabi Muhammad, yang lain mengatakan karena fatimah berkulit putih, pendapat ketiga mengatakan karena apabila fatimah beribadah dalam mihrabnya (musholah) maka cahayanya menerangi mahkluq yang ada di langit seperti halnya cahaya bintang menerangi makhluq yang ada di bumi. Selain Az Zahra, fatimah mendapat julukan Ash Shiddiqah (orang yang percaya), Al Mubarakah, At Thahirah, Az Zakiyyah, Ar Radhiyah, Al Murdhiyyah.

Di samping julukan-julukan di atas, Fatimah mendapat julukan Al butul, sebagaimana Siti Maryam mendapat julukan tersebut. Yang dimaksud dengan al butul di sini adalah memutuskan hubungan dengan dunia untuk beribadah kepada Allah.

Julukan yang tidak kurang istimewanya dari julukan-julukan di atas adalah julukan ibu dari bapaknya "ummu abiha" Para ulama berusaha menafsirkan julukan ini dengan berbagai penafsiran di antaranya:
1. Fatimah adalah anak bungsu Nabi Muhammad SAW. Dan ialah satu-satunya anak Nabi Muhammad yang tinggal bersama Nabi Muhammad setelah Khadijah wafat. Maka ialah yang menggantikan ibunya menyediakan keperluan Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu Fatimah dijuluki "ummu abiha".
2. Dijuluki "ummu abiha", karena Nabi Muhammad melalui wahyu sudah mengetahui bahwa hanya Fatimah lah di antara putra putrinya yang akan meneruskan keturunannya.
3. Dijuluki Nabi Muhammad "ummu abiha", karena sama namanya dengan ibu asuh Nabi Muhammad Fatimah binti Asad.

Fatimah Az Zahra, anak teladan

Tak sedikit riwayat yang menegaskan keistimewaan Fatimah di hati Nabi Muhammad, di antaranya adalah riwayat yang menceritakan ketika Rasul mengajak keluarganya untuk memeluk Islam, dalam khutbahnya yang masyhur Nabi Muhammad memilih Fatimah di antara putri-putrinya yang lain. Ketika itu ia berseru "Ya Fatimah binti Nabi Muhammad mintalah padaku apa yang kamu mau, tapi kelak di hadapan Allah aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu." Atau dalam riwayat lain ketika Nabi Muhammad mendengar kaum Muslim tidak melakukan hukuman potong tangan karena yang melakukan pencurian berasal dari pembesar Quraisy, Nabi Muhammad menyatakan statemennya yang spektrakuler: "Apabila Fatimah binti Nabi Muhammad mencuri maka akan aku potong tangannya." Dua peristiwa ini sebagai bukti begitu dekatnya fatimah di hati Nabi Muhammad SAW.

Apakah dengan demikian Fatimah menjadi anak manja dan besar kepala? Tidak ada waktu bagi seorang putri Nabi Muhammad untuk bermanja, bayangkan di usianya yang baru menginjak 12 tahun Fatimah sudah mengalami apa yang kita kenal dengan embargo ekonomi dan sosial kaum quraisy terhadap kaum Muslimin. Selama tiga tahun ia mengalami kelaparan yang sangat dan menyaksikan bagaimana kaum muslimin meninggal satu demi satu untuk mempertahankan aqidahnya.

Belum lagi ia menikmati berakhirnya embargo yang dilakukan kaum Quraisy, ia harus kehilangan kakek yang dicintainya, Abu Thalib, motivator dakwah ayahnya, Nabi Muhammad. Yang menambah kesedihannya adalah Abu Thalib wafat dalam keadaan musyrik menolak untuk masuk Islam. Tidak cukup duka yang menimpa gadis kecil Fatimah, tak lama kemudian ibunda Khadijah dipanggil oleh Sang Pencipta. Setelah puas menangis dengan penuh kesabaran ia menggantikan posisi ibunya dalam menyiapkan segala keperluan Nabi Muhammad SAW.

Walaupun Fatimah berusaha semaksimal mungkin untuk mengurus segala keperluan Nabi Muhammad, tapi ia menyadari bahwa Nabi Muhammad memerlukan pendamping, tempat berbagi suka dan duka. Oleh karenanya ketika Nabi Muhammad menikah lagi, ia tidak menentang sedikitpun dengan apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.

Fatimah, sebagaimana disinggung di atas adalah anak kesayangan Nabi Muhammad, sering Nabi Muhammad mengatakan bahwa: "Fatimah adalah bagian dariku, apa yang membuatnya marah maka membuatku marah" (HR. Bukhari, Turmudzi, Ahmad, Hakim). Demikian sebaliknya,sebagai anak berbakti Fatimah selalu berusaha untuk melakukan apa yang membuat ayahnya senang. Pernah suatu hari Fatimah berkunjung ke rumah ayahnya, Nabi Muhammad, ketika itu ia memakai seuntai kalung emas –hanya seuntai kalung sementara wanita yang lain waktu itu memakai jauh lebih banyak darinya- ia tidak tahu kalau hal itu akan membuat Nabi Muhammad marah. Ketika keduanya tengah bercengkrama, pandangan Nabi Muhammad tertuju pada kalung yang dikenakan Fatimah. Air muka Nabi Muhammad langsung berubah dan beliau langsung membisu. Fatimah mengerti dan minta izin. Sepanjang perjalanan ia berfikir dan menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad marah kepadanya karena ia mengenakan kalung emas, Fatimah memutuskan untuk menjual kalung tersebut dan asil penjualannya akan ia belikan seorang budak untuk membantu pekerjaannya. Tapi keberadaan budak tersebut di rumahnya akan selalu mengingatkan Nabi Muhammad SAW. Bahwa itu hasil penjualan kalung emas yang menyebabkan kemarahannya. Akhirnya untuk mendapatkan ridho ayahnya ia memutuskan untuk membeli budak dengan hasil penjualan kalung dan membebaskan budak tersebut.

Setelah itu pergilah Az Zahra mengunjungi Nabi Muhammad, Nabi Muhammad langsung mencari-cari kalung yang dikenakan Fatimah ketika kunjungannya terakhir tetapi ia tidak menemukannya. Belum sempat Nabi Muhammad bertanya, Fatimah mendahului menjelaskan apa yang ia lakukan dengan kalungnya. Wajah Nabi Muhammad langsung berubah cerah dan sumringah setelah mendengar apa yang dituturkan Fatimah. Maka keluarlah ucapan Nabi Muhammad untuk Fatimah: Anti bintu abik "kamu betul-betul anak bapakmu."

Demikianlah, Fatimah Az Zahra sebagai anak. Ia meninggalkan perhiasan bukan karena haram baginya, ia tahu mubah hukumnya bagi wanita mengenakan perhiasan emas, tapi ketika ia mengetahui ayahnya tidak menyukainya, maka ia rela meninggalkannya.

Fatimah Az Zahra, istri teladan

Sudah lama Ali menyembunyikan keinginan untuk memperistri Fatimah. Keinginan tersebut bertambah menggebu setelah Nabi Muhammad menikah dengan Siti 'Aisyah. Bagi Fatimah, Ali bukanlah orang asing, ia adalah anak paman Nabi Muhammad, Abu Thalib. Keduanya dibesarkan dalam rumah yang sama dengan orang tua yang sama (Ali dikafil oleh Nabi Muhammad sebagai balas jasa Nabi Muhammad terhadap Abu Thalib). Tapi apa daya Ali tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan sebagai mahar. Abu Bakar dan Umar mendahului Ali melamar Fatimah, keduanya ditolak Nabi Muhammad dengan halus. Setelah penolakan itu keduanya menemui Ali agar melamar Fatimah. Maka pergilah Ali menemui Nabi Muhammad untuk melamar Fatimah. Karena malu Ali menyampaikan lamarannya dengan cara halus. Nabi Muhammad hanya menjawab: "Ahlan wamarhaban" lalu keduanya sama-sama diam. Keesokan harinya Ali kembali menemui Nabi Muhammad, kali ini dengan terang-terangan ia melamar Fatimah, dan menjadikan baju bsinya sebagai mahar. Kemudian atas perintah Nabi Muhammad ia menjual baju besinya seharga 470 dirham untuk keperluan perkawinannya. Demikianlah perkawinan putri Nabi Muhammad, dengan Ali, pemuda faqir yang hanya memiliki baju besi untuk dijadikan mahar. Ketika itu usia Fatimah 18 tahun.

Dibanding dengan saudari-saudarinya, dari segi materi, Fatimah lah yang paling sengsara. Ali tidak mampu membayar pembantu untuk meringankan pekerjaan Fatimah. Fatimah dengan ikhlas mengerjakan semua pekerjaan rumah, dibantu oleh Ali sepulang mencari nafkah. Suatu hari Ali mendengar bahwa Nabi Muhammad mendapat beberapa orang budak. Maka iapun meminta kepada Fatimah untuk pergi menemui Nabi Muhammad guna meminta salah satu budak agar bisa meringankan pekerjaan Fatimah. Pergilah Fatimah memenuhi permintaan Ali, tapi sesampainya di tempat Nabi Muhammad ia malu menyampaikan maksud kedatangannya, iapun pamit pulang. Sesampainya di rumah ia menceritakannya pada Ali. Lalu Ali mengajak Fatimah kembali menemui Nabi Muhammad, karena Fatimah diam saja, akhirnya Ali lah yang meminta kepada Nabi Muhammad untuk memberi mereka salah satu budak agar bisa meringankan pekerjaan Fatimah. Tapi Nabi Muhammad tidak bisa mengabulkan permintaan keduanya, karena hasil penjualan budak-budak tersebut akan dibelikan makanan untuk para fakir miskin. Pulanglah pasangan tersebut tanpa ada sedikitpun rasa kecewa di hati keduanya. Tapi pemandangan itu menyentuh hati Nabi Muhammad sebagai seorang ayah. Malamnya Nabi Muhammad mendatangi putrinya Fatimah, beliau bersabda: "Maukah kalian berdua aku beri sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?" keduanya menjawab dengan serentak: "tentu ya Nabi Muhammad." Nabi Muhammad berkata: "kalimat yang diajarkan Jibril; Membaca tasbih 10 kali, tahmid 10 kali dan takbir 10 kali setiap selesai sholat. Dan apabila kalian hendak tidur bacalah tasbih 33 kali , tahmid 33 kali dan takbir 34 kali."

Demekianlah semestinya seorang ayah. Sebagai seorang ayah, Nabi Muhammad ingin membantu anaknya, tapi apa daya beliau tak memiliki apa yang anaknya perlukan, tapi beliau berusaha menyenangkan anaknya walau hanya sekedar dengan perhatian dan kata-kata penyejuk hati.

Sangking susahnya kehidupan keluarga Fatimah dan Ali. Pernah suatu hari Nabi Muhammad berkunjung ke rumah Fatimah (setelah Hasan dan Husein lahir), beliau hanya menemukan Fatimah, ketika beliau menanyakan keberadaan Ali, Hasan dan Husein, Fatimah menjawab: Ali membawa kedua anaknya berjalan-jalan agar mereka tidak meminta makan, sementara di rumah tidak ada yang bisa dimakan."

Demikianlah Fatimah, putri Nabi Muhammad dengan sabar dan qana'ah dan penuh keridhoan, ia jalani kehidupan rumah tangganya dengan Ali. Maka tak mengherankan betapa sakit hatinya Fatimah ketika Ali berniat akan menikah dengan wanita lain. Apalagi setelah tahu siapa wanita yang akan dinikahi Ali, yaitu; putri dari musuh Allah Amr bin Hisyam atau yang lebih dikenal dengan julukan Abu Jahal.

Adapun Ali, tidak ada niat sedikitpun untuk menyakiti hati Fatimah apalagi hati Nabi Muhammad SAW. Dalam pandangannya selama ini, Nabi Muhammad tidak membeda-bedakan antara putrinya dengan yang lain. Buktinya Nabi Muhammad pernah berkata bahwa apabila Fatimah mencuri, maka akan dipotong tangannya sebagaimana yang lain. Berarti sebagaimana wanita muslimah yang lain boleh dimadu demikian halnya dengan Fatimah. Tapi ternyata dugaan Ali salah, Fatimah sangat marah dengan apa yang diniatkan Ali, demikian halnya Nabi Muhammad. Nabi Muhammad naik ke mimbar dan berkata: " Aku tidak mengijinkan Ali menikah dengan anak perempuan bani Hisayam, kecuali jika Ali menceraikan Fatimah, Aku bukan mengharamkan yang halal, tapi demi Allah tidak bersatu antara putri Nabi Muhammad dan putri musuh Allah pada satu laki-laki." Begitu istimewanya Fatimah di hati Nabi Muhammad, sampai beliau tidak tega melihatnya dimadu. Hal ini merupakan kekhususan Az Zahra sebagaimana kekhususannya dalam dilarangnya ia mengenakan perhiasan.

Az Zahra memiliki dua orang putra, Hasan dan Husein. Dan dua orang putri: Ummu Kultsum dan Zeinab.

Takala Aisyah bertanya tentang apa yang dibisiknnya lalu Fathimah menjawab,” Saya tak ingin membuka rahasia”. Setelah Nabi Muhammad wafat, Aisyah bertanya lagi kepada Fathimah tentang apa yang dibisikan Nabi Muhammad kepadanya sehingga membuat Fathimah menangis dan tersenyum. Lalu Fathimah menjawab,” Adapun yang Beliau kepada saya pertama kali adalah beliau memberitahu bahwa sesungguhnya Jibril telah membacakan al-Qura’an dengan hapalan kepada beliau setiap tahun sekali, sekarang dia membacakannya setahun 2 kali, lalu Beliau berkata “Sungguh saya melihat ajalku telah dekat, maka bertakwalah dan bersabarlah, sebaik baiknya Salaf (pendahulu) untukmu adalah Aku.”. Maka akupun menangis yang engkau lihat saat kesedihanku. Dan saat Beliau membisikan yang kedua kali, Beliau berkata,” Wahai Fathimah apakah engkau tidak suka menjadi penghulu wanita wanita penghuni surga dan engkau adalah orang pertama dari keluargaku yang akan menyusulku”. Kemudian saya tertawa.

Wafat 

Sebelum Nabi Muhammad SAW meninggal dunia, segala kesulitan hidup yang dialaminya sirna dengan melihat wajah berseri sang ayah. Bertemu dengan sang ayah dapat membasmi semua kepenatan dan menganugerahkan ketenteraman dan kekuatan baru. Akan tetapi, meninggalnya sang ayah, terzaliminya sang suami, hilangnya kebenaran dan lebih penting dari semua itu, penyelewengan-penyelewengan yang terjadi setelah meninggalnya Nabi Muhammad SAWW dalam waktu yang sangat singkat, sangat menyakiti jiwa dan kemudian raga Fathimah a.s. Berdasarkan pembuktian sejarah, sebelum sang ayah meninggal dunia, ia tidak pernah memiliki penyakit raga.

Fatimah Az Zahra adalah wafat 6 bulan setelah Rasulullah wafat, sementara putra-putri Rasulullah yang lain wafat sebelum Rasulullah. Az Zahra wafat pada usia 28 tahun dan dikuburkan di Baqi'. Pada akhirnya putri Nabi Muhammad SAW itu mengucapkan selamat tinggal kepada dunia ini dan berjumpa dengan Tuhannya. Imam Ali a.s. menguburkan jasadnya pada malam hari sehingga tidak ada kesempatan bagi Abu Bakar untuk menghadiri penguburannya. Ia meninggal dunia sebagai syahid yang terzalimi. Berkenaan dengan tanggal wafatnya, pendapat yang masyhur adalah 13 Jumadil Ula 11 H., dan pendapat lain menyatakannya jatuh pada tanggal 3 Jumadits Tsani 11 H.