" My Parent "

Kamis, 13 Juni 2013

ADAB SEORANG PELAJAR TERHADAP DIRINYA SENDIRI


Adab Seorang Pelajar Terhadap dirinya sendiri | Dalam kajian ini ada beberapa poin yang harus diperhatikan bagi seorang penuntut ilmu, yaitu sebagai berikut.
Selasa, 04 Juni 2013

1. Ilmu adalah Ibadah
Sesuatu yang paling pokok dari adab ini, bahkan pada semua perkara yang dianjurkan, adalah engkau harus meyakini bahwa ilmu adalah ibadah. Bahkan, hal itu merupakan ibadah yang paling agung dan paling utama, sehingga Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad fisabilillah. Allah SWT berfirman (yang artinya),

".... Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (At-Taubah: 122).

Rasulullah saw. juga bersabda (yang artinya), "Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah untuk menjadi baik, maka akan diberi kepahaman dalam perkara agama." (HR Bukhari dan Muslim, dari hadits Mu’awiyah).
Apabila Allah menganugerahkan kepadamu kepahaman dalam masalah agama ini, yang meliputi segenap ilmu syar’i, baik ilmu tauhid, aqidah, atau lainnya, maka berbahagialah, karena berarti Allah menginginkan kebaikan bagimu.

Imam Ahmad rhm. berkata, "Ilmu itu sesuatu yang tiada bandingnya bagi orang yang niatnya benar." Orang-orang bertanya kepada beliau, "Bagaimanakah benarnya niat itu, wahai Abu Abdillah?" Imam Ahmad rhm. menjawab, "Yaitu berniat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain."
Dari sini, maka syarat diterimanya ibadah adalah sebagai berikut.

a) Niat yang ikhlas karena Allah Ta’ala semata.
Allah SWT berfirman, "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus ...." (Al-Bayyinah: 5).

Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya semua amal itu tergantung pada niatnya." (HR Bukhari, dari hadits Umar bin Khatbtbab). Apabila ilmu itu tidak didasari dengan niat yang ikhlas, dia berubah dari ibadah yang paling mulia menjadi kemaksiatan yang paling hina. Apabila ada yang bertanya bagaimana caranya agar bisa ikhlas dalam menuntut ilmu, jawabannya bahwa ikhlas dalam menuntut ilmu itu bisa dicapai dengan beberapa cara.

Pertama, harus berniat bahwa menuntut ilmu itu untuk menjalankan perintah Allah. Kedua, harus berniat untuk menjaga syariat Allah. Karena, menjaga syariat Allah itu bisa dilakukan dengan belajar, baik dengan cara menghapal, menulis, juga mengarang kitab. Ketiga, harus berniat untuk membela syariat Allah. Karena, seandainya tidak ada ulama, maka syariat ini tidak akan terjamin kebenarannya, juga tidak ada seorang pun yang akan membelanya. Keempat, harus berniat untuk mengikuti ajaran Rasulullah. Karena, seseorang tidak mungkin bisa mengikuti ajaran beliau kecuali jika orang itu mengetahuinya terlebih dahulu.

Berangkat dari sini, maka hendaklah setiap penuntut ilmu selalu konsisten untuk memurnikan niat dari semua yang akan merusak komitmen, seperti senang popularitas, ingin lebih unggul dibanding dengan teman sebayanya, atau menjadikannya alat mencapai tujuan tertentu, misalnya pangkat, kekayaan, kehormatan, dll. Karena, itu semua jika sudah mengotori niat seorang penuntut ilmu, ia akan merusaknya, dan lenyaplah barokah ilmu itu. Oleh karena itu, setiap penuntut ilmu wajib menjaga niat dari segala tujuan selain ikhlas, bahkan ia pun harus menjaga hal-hal yang meliputinya.

Imam Sufyan rhm. berkata, "Dulu saya mampu memahami Al-Qur’an, namun tatkala saya menerima hadiah, maka hilanglah kepahaman itu." Adapun yang dimaksud hadiah di sini adalah hadiah dari seorang penguasa. Para ulama sangat memahami masalah ini, sehingga mereka sangat hati-hati menerima pemberian penguasa. Mereka berkata, "Para penguasa itu tidak akan memberikan sesuatu apa pun kepada kita, kecuali untuk membeli agama kita dengan harta dunia mereka." Oleh karena itu, kita dapati para ulama tersebut tidak bersedia menerimanya. Juga, disebabkan oleh karena harta kekayaan para penguasa pada zaman dahulu itu biasanya diperoleh dengan cara yang tidak halal.

Sesungguhnya telah kita ketahui bersama bahwa seorang ulama tidak boleh menerima pemberian penguasa kalau memang bertujuan untuk menjadikannya tunggangan sehingga dapat mengendalikannya. Adapun kalau harta kekayaan sang penguasa tersebut bersih dan sang alim menerimanya tidak untuk menjual agamanya, maka diperbolehkan menerimanya, sebagaimana sabda Rasulullah saw. kepada Umar r.a., "Harta ini kalau datang kepadamu tanpa engkau harapkan dan tanpa engkau minta, maka ambillah, juga selagi tidak diinginkan oleh nafsumu." (HR Bukhari dan Muslim). Adapun tujuan Imam Sufyan dari perkataan beliau di atas adalah untuk memperingatkan orang lain dari perkara ini dan mencela apa yang dulu beliau lakukan.

Diriwayatkan dari Sufyan bin Sa’id ats-Tsauri rhm., bahwasannya beliau berkata, "Tidak ada sesuatu yang aku usahakan untuk diperbaiki yang lebih berat daripada keikhlasan niatku."

b) Mengikuti Sunnah Rasulullah saw.
Allah SWT berfirman, "Katakanlah: ’Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu ...." (Ali Imran: 31).

Imam Ibnul Qayyim menyebutkan dalam kitab Raudhatul Muhibbin bahwa semua aktivitas manusia itu didasari dengan rasa cinta. Seseorang tidak akan berniat untuk berbuat sesuatu kecuali yang memberikan manfaat atau menghilangkan mudharat pada dirinya, karena semua orang menginginkan berbuat sesuatu yang bisa memberinya manfaat dan membenci sesuatu yang membahayakannya. Adapun cinta kepada Rasulullah saw. akan membuatmu mengikuti beliau secara lahir maupun bathin, karena orang yang sedang jatuh cinta akan mengikuti kekasihnya, sampai pada urusan dunia sekalipun, mengikuti cara berpakaian, mengikuti cara berbicara, mengikuti tingkah lagu, dan seterusnya.

Oleh karena itu, jika engkau benar-benar mencintai Rasulullah saw., maka engkau akan mengikuti Sunnah beliau. Syaikh Bakar menyebut sebuah ayat yang oleh para ulama salaf disebut sebagai ayat ujian, karena ada sebagian orang yang mengaku mencintai Allah, maka Allah pun berfirman, "Katakanlah (wahai Muhammad): ’Kalau memang engkau mencintai Allah, ikutilah aku’." Apa jawaban dari syarat ini? Jawaban sebenarnya adalah: "Ikutilah aku, baru engkau benar-benar jujur dalam pengakuanmu." Sekarang jadilah syarat dan yang disyaratkan itu adalah "jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, maka baru kalian jujur dalam pengakuan kalian," namun ternyata jawaban dalam ayat tersebut adalah "Ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian." Ini sebagai sebuah isyarat bahwa inti permasalahan ini adalah agar Allah mencintaimu dan bukan bagaimana engkau mencintai-Nya, karena semua orang mengaku mencintai Allah, padahal sebenarnya tidak.

2. Ikutilah Jalan Salafush Shaleh
Setiap penuntut ilmu hendaklah mengikuti jalan yang ditempuh oleh para salafush shaleh dari kalangan para sahabat serta orang-orang setelah mereka yang mengikuti jejak mereka dalam semua masalah agama, mulai dari masalah tauhid, ibadah, dan selainnya. Tetaplah konsisten untuk mengikuti Sunnah Rasulullah saw. dan merealisasikannya dalam kehidupanmu dan jauhilah perdebatan, jauhilah mempelajari ilmu kalam (filsafat), serta jauhilah segala hal yang mendatangkan dosa dan menjauhkan dari syariat Allah Ta’ala.

Ini adalah masalah yang sangat penting. Seseorang harus mengikuti jejak salafush shaleh pada semua permasalahan agama, mulai dari masalah tauhid, ibadah, muamalah, dan sebagainya. Juga, harus meninggalkan perdebatan, karena perdebatan adalah pintu yang menutupi jalan kebenaran, dikarenakan seseorang yang berdebat akan banyak berbicara dan hanya untuk membela diri saja. Sehingga, seandainya sudah jelas baginya suatu kebenaran namun tetap menolaknya, atau membawanya kepada penafsiran yang munkar demi membela diri dan memaksa lawan debat untuk menerima pendapatnya. Maka, jika engkau menjumpai lawan debatmu masih terus membangkang, padahal sebenarnya sudah nampak kebenaran itu, maka jauhilah dia.

Selain menjauhi perdebatan, mempelajari ilmu kalam juga membuang-buang waktu, karena ilmu ini membahas sesuatu yang sangat amat jelas. Pernah suatu hari saya mengajar, ada seorang murid yang bertanya, "Apakah akal itu?" Lalu dia menerangkan kepadaku definisi akal secara bahasa, istilah, adat kebiasaan, dan syar’i. Ini adalah sesuatu yang tidak punya definisi, namun ilmu kalam memasukkan hal-hal itu kepada kita. Kita dengar ada yang bertanya, "Apakah akal itu?" Subhanallah!

Yang jelas bahwa orang yang duduk termenung memikirkan apa definisi akal telah menjadi gila, karena ini adalah sesuatu yang tidak butuh didefinisikan. Ahli kalam menghalangi manusia dari mempelajari kebenaran dan manhaj salaf yang mudah dengan segala subhat, berbagai definisi, batasan, dan lainnya. Lihatlah ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tatkala membantah orang-orang ahli manthiq (jilid ke-9 dan ke-10 Majmuu’ Fataawa), niscaya akan jelas perkara ini bagimu, atau lihatlah kitabNaqdhul Manthiq. Kitab ini lebih ringkas dan lebih bisa dipahami oleh para penuntut ilmu, niscaya akan jelas bagimu kesesatan mereka. Apakah yang menjadikan para ulama menakwilkan ayat-ayat tentang sifat Allah? Tidak lain adalah ilmu kalam. Mereka mempersembahkan kepadamu ilmu yang hanya akan menyesatkanmu, meskipun mereka menyangka memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Berkata Imam Adz-Dzahabi (lihat Siyar A’laamin Nubalaa’ [XVI/57]): "Diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Imam Ad-Daruquthni bahwasanya beliau berkata: ’Tidak ada sesuatu yang lebih saya benci melebihi ilmu kalam.’ Saya (Adz-Dzahabi) berkata: ’Padahal beliau sama sekali belum pernah belajar ilmu kalam, juga ilmu perdebatan, serta belum pernah mendalaminya, akan tetapi beliau adalah seorang salafi.’."

Beliau sangat membenci ilmu kalam karena memang ilmu ini mempunyai banyak pengaruh negatif: memperpanjang sebuah permasalahan tanpa ada faidahnya, membuat ragu sesuatu yang sudah pasti, menggoncangkan akal pikiran, serta menolak Sunnah. Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa tidak ada yang paling membahayakan aqidah umat Islam dari ilmu kalam dan manthiq. Dari sini, maka banyak tokoh-tokoh kaliber ilmu kalam yang pada akhir hayatnya mengakui bahwasannya mereka kembali kepada aqidahnya orang-orang awam, juga kembali kepada fitrahnya setelah mengetahui keruskaan ilmu kalam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata dalam Al-Fataawa al-Hamawiyah (Majmuu’ Fataawa [V/118]): "Kebanyakan orang yang dikhawatirkan menjadi sesat adalah orang yang masih sedang-sedang dalam mempelajari ilmu kalam, karena orang yang sama sekali tidak pernah mempelajarinya akan selamat dari bahayanya, sedangkan orang yang mencapai puncaknya ilmu kalam pasti akan mengetahui kerusakan dan kebathilannya, maka dia akan bertaubat."

Ilmu kalam ini sangat berbahaya karena berhubungan dengan Sifat dan Dzat Allah, menolak nash dan menuhankan akal. Mereka memiliki prinsip yang bertentangan dengan apa yang ditempuh para salaf. Prinsip atau kaidah-kaidah yang mereka gunakan sama sakali tidak berdasar, mereka sesat dan menyesatkan, mereka juga ragu-ragu dan bingung. Oleh karena itu, orang yang paling bingung pada akhir hayatnya adalah para ulama kalam. Mereka mengutak-atik apakah Allah itu benda konkret atau abstrak, apakah Dia berdiri sendiri atau butuh lainnya, apakah Allah berbuat atau tidak, dan begitu seterusnya sampai saat kematian menjemput dia masih ragu-ragu. Kita memohon kepada Allah semoga selamat dari bencana ini.

Adapun jika jalan yang ditempuh adalah jalan ulama salaf, maka urusannya akan menjadi mudah dan hatinya tidak akan terhinggapi penyakit bingung dan ragu-ragu. Mereka Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang mengikuti Sunnah Rasulullah. Merekalah orang-orang yang dikatakan oleh Syakhul Islam Ibnu Taimiyah: "Ahlus Sunnah adalah umat Islam yang bersih dan sebaik-baik manusia bagi manusia lainnya." (Minhajus Sunnah an-Nabawiyyah [V/158]).

Maka, tetaplah mengikuti jalan ini dan jangan mengikuti jalan-jalan lainnya yang akan memisahkan kalian dari jalan Allah. ".... Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya ...." (Al-An’aam: 153).
3. Senantiasa Takut kepada Allah Ta’ala
Allah SWT berfirman, ".... Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama ...." (Faathir: 28).

Imam Ahmad rhm. berkata, "Inti ilmu adalah rasa takut kepada Allah."
Jika seseorang telah mengenal Allah dengan sebenar-benarnya, dia akan taat kepada Allah dengan sebenar-benarnya dari hati sanubarinya. Maka, senantiasa takutlah kepada Allah, baik dalam keadaan sembunyi maupun terang-terangan. Dengan demikian, ilmu itu menuntut untuk diamalkan, karena jika seorang ulama tidak mengamalkan ilmunya, dia akan menjadi orang yang pertama kali dimasukkan ke dalam neraka pada hari kiamat nanti. Seorang ulama yang tidak mengamalkan ilmunya akan diazab sebelum para penyembah berhala. Ini adalah kerugian pertama bagi yang tidak mengamalkan ilmunya.

Orang yang tidak mengamalkan ilmunya juga akan gagal dalam proses belajarnya, ilmunya tidak akan membawa berkah, juga dia akan menjadi lupa, sebagaimana firman Allah Ta’ala, "(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dati tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya ...." (Al-Maa-idah: 13).

Adapun jika seseorang itu mengamalkan ilmunya, maka Allah Ta’ala menambahkan petunjuk baginya, sebagaimana fiaman-Nya, "Dan orang-orang yang mendapat petunjuk Allah menambah petunjuk kepada mereka ...." (Muhammad: 17).

4. Selalu Merasa Diawasi oleh Allah Ta’ala
Hiasilah dirimu dengan merasa selalu mendapatkan pengawasan dari Allah Ta’ala, baik dalam keadaan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Berjalanlah menuju Rabbmu dengan rasa takut dan penuh harapan, karena bagi seorang muslim keduanya bagaikan dua sayap burung, hadapkan dirimu semuanya kepada Allah, penuhilah hatimu dengan rasa cinta kepada-Nya dan lisanmu dengan selalu berdzikir kepada-Nya, serta selalu gembira, senang, suka dengan semua hukum dan hikmah-Nya.

Selalu merasa diawasi oleh Allah adalah buah dari rasa takut kepada-Nya. Jikalau seseorang selalu merasa bersama Allah, dalam beribadah dia akan merasa dilihat oleh Allah, saat ingin mendirikan shalat lalu berwudhu seakan-akan dia menunaikan perintah Allah SWT dalam firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu ...." (Al-Maa-idah: 6).

Dan, seakan-akan dia melihat Rasulullah saw. sedang berwudhu lalu bersabda, "Barang siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini ...." (HR Bukhari dan Muslim). Begitulah kesempurnaan merasa diawasi oleh Allah, dan ini adalah sesuatu yang sangat penting.

Perkataan syaikh: "Hendaklah seseorang itu selalu berjalan antara rasa takut dan penuh harap, karena keduanya bagi seorang muslim semacam dua sayap burung," ini adalah salah satu pendapat para ulama tentang manakah yang lebih utama apakah seseorang itu harus menyatukan antara rasa takut dan harap ataukah mengutamakan rasa takut, ataukah sebaliknya, lebih mengutakaman rasa harap.

Imam Ahmad rhm. berpendapat, "Hendaknya seseorang itu menyatukan antara rasa takut dan harap, kalau salah satu di antara keduanya lebih kuat, akan rusaklah iman orang tersebut."

Sebagian ulama merinci masalah ini, mereka mengatakan, "Apabila engkau ingin melakukan perbuatan ketaatan, utamakan rasa berharap bahwa jika engkau melakukan amalan itu niscaya Allah akan menerimanya dan mengangkat derajatmu. Namun, apabila engkau hendak melaksanakan semua kemaksiatan, maka utamakanlah rasa takut sehingga engkau tidak jadi melakukannya. Nah, atas dasar inilah, maka tentang mana yang diutamakan antara dua hal tersebut adalah tergantung pada keadaan seseorang itu sendiri.

5. Tawadhu’, Rendah Hati, dan Tidak Sombong dan Congkak

Hiasilah dirimu dengan etika-etika jiwa (hati), berupa menjaga kehormatan diri, santun, sabar, rendah hati dalam menerima kebenaran, berperilaku tenang dengan sikap yang berwibawa, teguh serta tawadhu, juga mampu menanggung beban berat selama belajar demi memperoleh kemuliaan ilmu serta bersedia tunduk pada kebenaran.

Oleh karena itu, hidarilah segala perilaku yang akan merusak adab ini, karena disamping mengundang dosa juga akan menunjukkan bahwa ada cacat pada akalmu, serta engkau tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan mampu mengamalkannya. Maka dari itu, jauhilah sikap sombong, karena itu adalah kemunafikan dan sikap takabbur. Dulu para ulama salaf amat sangat keras dalam menjaga diri dari kesombongan.

Adz-Dzahabi dalam biografi ’Amr bin Al-Aswad al-’Ansy rhm. yang wafat pada masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan rhm., konon apabila beliau keluar dari masjid pasti menggenggamkan tangan kanan pada tangan kirinya. Tatkala beliau ditanya: "Mengapa berbuat begitu?" Beliau menjawab: "Saya khawatir tangan saya ini akan berbuat kemunafikan." Saya berkata, "Beliau menggenggamnya karena takut akan melenggangkan tangannya tatkala sedang berjalan, karena perbuatan itu termasuk kesombongan." (Lihat Siyar A’laaamin Nubalaa’ [IV/80]).

Ini adalah sesuatu yang tidak sengaja dilakukan oleh Al-Ansy rhm., oleh karena itu berhati-hatilah terhadap kesombongan yang merupakan penyakit para diktator. Kelancangan pada gurumu adalah kesombongan, keangkuhanmu pada orang yang telah mengajarkan ilmu kepadamu hanya karena umurnya lebih muda daripada engkau merupakan suatu kesombongan, engkau sembrono tidak mengamalkan ilmumu adalah lumpur kesombongan dan tanda diharamkan ilmu itu darimu. Ilmu itu musuh bagi pemuda yang sombong, seperti aliran air juga musuh bagi tempat yang tinggi.

6. Qana’ah (Puas) dan Zuhud
Qana’ah adalah sikap paling utama yang harus dimiliki seorang penuntut ilmu, maksudnya yaitu menerima apa adanya yang diberikan oleh Allah Ta’ala serta tidak menginginkan menjadi orang yang kaya raya. Karena, sebagian para pelajar ingin mengikuti tren orang-orang kaya, maka akhirnya dia banyak mengeluarkan biaya. Oleh karena itu, hendaklah engkau menjadi orang yang qana’ah karena sifat ini adalah sebaik-baik bekal bagi seorang muslim.

Adapun yang dimaksud zuhud di sini adalah tidak berbuat yang haram serta menjauhkan diri dari segala sesuatu yang bisa menjerumuskan pada keharaman dengan cara menahan diri dari segala syubhat, juga tidak menginginkan terhadap apa yang dimiliki orang lain.

Diriwayatkan dari Imam Asy-Syafi’i rhm bahwasannya beliau berkata, "Seandainya ada seseorang yang berwasiat agar memberikan sesuatu kepada orang yang paling berakal, maka harus diberikan kepada orang-orang yang zuhud." Menapa demikian, sebab orang yang zuhud adalah orang yang paling berakal, karena mereka menjahui segala yang tidak membawa manfaat bagi akhirat mereka.

Dulu guru kami, Syaikh Muhammad Amin asy-Syinqithi (beliau wafat 17/12/1393 H), adalah orang yang sangat zuhud pada urusan dunia. Saya menyaksikan bahwa beliau tidak pernah memiliki lembaran uang dalam jumlah besar. Pernah suatu hari beliau berbicara kepadaku: "Saya datang dari negeri Syinqith dengan membawa modal yang jarang dimiliki orang lain, yaitu rasa qana’ah, seandainya saya menginginkan jabatan, saya akan bisa mencapainya, namun saya tidak akan mementingkan urusan duniaku di atas akhiratku, saya tidak akan menjadikan ilmu ini untuk memperoleh kedudukan duniawi." Semoga Allah mencurahkan kepada beliau keluasan rahmat-Nya.

7. Hiasilah Diri dengan Keindahan Ilmu
Menghiasi diri dengan keindahan ilmu berupa bagusnya budi pekerti, bersikap tenang, berwibawa, khusus, tawadhu, dan senantiasa bersikap istiqamah secara lahir maupun batin, serta tidak melakukan segala yang bisa merusaknya.

Imam Ibnu Sirin berkata, "Dulu para ulama mempelajari budi pekerti sebagaimana mereka mempelajari ilmu." (Diriwayatkan oleh Al-Khathib al-Baghdadi dalam Al-Jaami’ [9]).

Dari Raja’ bin Haiwah, beliau berkata kepada seseorang, "Sampaikanlah kepadaku sebuah hadits, tetapi jangan sampaikan hadits dari riwayat orang yang pura-pura mati, juga jangan dari orang yang suka mencela." (Diriwayatkan oleh Al-Khathib al-Baghdadi dalam Al-Jaami’ [166] dan Al-’Uqaili dalamAdh-Dhu’afa’ [I/12]). Kedua kisah ini diceritakan oleh Al-Khatib dalam kitab Al-Jami’, lalu beliau berkata,

"Wajib bagi penuntut ilmu hadits untuk menghindari suka bermain, berbuat yang sia-sia dan bersikap rendah dalam majelis ilmu serta tertawa terbahak-bahak, banyak membuat lelucon, suka senantiasa bersenda gurau. Senda gurau itu hanya diperbolehkan kalau dilakukan kadang-kadang saja asal tidak sampai melanggar adab dan sopan santun dalam menuntut ilmu. Adapun kalau dilakukan secara terus-menerus, mengucapkan ucapan kotor, jorok, serta yang bisa menyakitkan hati, semua itu adalah perbuatan tercela. Sebab, banyak senda gurau dan tertawa akan menghilangkan kewibawaan dan harga diri." (Lihat Al-Jaami’ oleh Al-Khathib [I/156]).

Ada sebuah pepatah: "Barang siapa yang banyak melakukan sesuatu, maka dia akan dikenal dengannya." Jauhilah segala perusak ilmu ini, baik dalam majelis maupun dalam setiap pembicaraanmu. Namun, sebagian orang-orang dungu menyangka bahwa bersikap longgar dalam seperti ini adalah sebuah sikap toleransi.

Dari Imam Al-Ahnaf bin Qais, ia berkata, "Jauhkanlah majelis kita dari menyebut-nyebut wanita dan makanan, saya benci seorang laki-laki yang suka membicarakan kemaluan dan perutnya." (Lihat Siyar A’laamin Nubalaa’ [IV/94] dan Faidhul Qadir [I/537]).

Hal ini karena akan bisa mengalihkan perhatian dari menuntut ilmu, semacam kalau berkata, "Tadi malam saya makan sampai kekenyangan." Atau, ucapan sejenis yang tidak ada gunanya sama sekali. Juga berbicara seputar urusan wanita, terlebih lagi kalau ada yang membicarakan hubungan suami istri yang dilakukannya, maka orang semacam ini adalah sejelek-jelek manusia pada hari kiamat dalam pandangan Allah Ta’ala.

Umar bin Khaththab r.a. berkata dalam surat yang ditulisnya kepada Abu Musa al-Asy’ari tentang qadha’: "Barang siapa yang menghiasi dirinya dengan sesuatu yang tidak dia miliki, maka Allah akan menampakkan keburukannya." (Riwayat Al-Baihaqi [21124], Daruquthni [IV/206], Al-Khathib dalamTarikh Baghdad [X/449], dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq [XXXII/71-72] dari Abu ’Awwam al-Bashri).

Apa pun akhlak yang terdapat pada diri seseorang, meskipun dia sembunyikan dari manusia, pasti akan ketahuan juga. Bagaimanapun usaha manusia untuk menyembunyikannya, Allah pasti mengetahuinya dan akan membongkar kedok orang yang beramal tidak ikhlash untuk-Nya. Maka, jadikanlah ucapan Umar ini untuk menimbang seluruh aktivitasmu.

8. Berhiaslah dengan Muru-ah (Kehormatan/Kesatriaan)
Selalu berhias dengan muru-ah serta segala yang bisa membawamu kepada muru-ah dengan selalu berakhlak mulia, berwajah manis saat bertemu, menyebarkan salam, menolong orang lain, tegas tanpa sombong, gagah berani tanpa kediktatoran, bersikap kesatria tanpa harus fanatik golongan dan punya semangat yang menggelora tanpa harus seperti orang-orang jahiliah.

Muru-ah adalah melakukan segala perbuatan yang bisa membuatnya terhormat serta menjahui segala perbuatan yang bisa merendahkan martabatnya. Hal ini bersifat umum. Bahwasannya segala sesuatu yang bisa membuatnya terhormat dalam pandangan orang lain serta membuat orang lain akan memujinya adalah sifat muru-ah meskipun bukan sebuah perkara ibadah, dan segala sesuatu yang merupakan kebalikan dari perbuatan tersebut berarti lawan dari muru-ah.

Maka, hindarilah hal-hal yang dapat merusak kehormatan, baik dalam watak (perangai), perkataan, perbuatan, dan juga sikap yang rendah dan jelek lainnya seperti ujub (berbangga diri), riya, sombong, takabur, meremehkan orang lain, serta mengunjungi tempat-tempat yang kotor penuh meragukan.

9. Bersikap Kesatria

Milikilah sifat kesatria, berupa keberanian, tegas dalam mengatakan kebenaran, berakhlak mulia, berkorban demi kebaikan agar engkau disegani oleh orang lain, dan jauhilah sifat-sifat yang sebaliknya, berupa tidak tabah, tidak sabar, tidak bermoral. Karena, itu akan menghanurkan ilmu dan menyebabkan lisanmu tidak mau mengatakan sebuah kebenaran, yang berakibat pada pertikaian pada saat tersebarnya racun-racun di antara hamba Allah yang shaleh.

Ada ungkapan yang indah dari seorang penyair, Al-Mutanabbi, "Barpikir harus didahulukan sebelum keberanian para kesatria. Yang pertama adalah berpikir dahulu, baru yang kedua mengambil sikap berani. Apabila kedua sifat ini ada pada seorang yang merdeka, maka akan bisa mencapai cita-cita yang tertinggi."

10. Menjauhi Kemewahan
Janganlah terus-menerus hanyut dalam kelezatan dan kemewahan, karena kesederhanaan termasuk sebagian dari iman dan ambillah wasiat dari Amirul Mukminin Umar bin Khaththab dalam suratnya yang masyhur, di dalamnya tertulis, "Jauhilah oleh kalian hanyut dalam kemewahan, dan senang berhias dengan mode orang asing, bersikaplah dewasa dan berpakaianlah secara sederhana (tidak mewah) ...." (Shahih riwayat Ibnu Hibban [5454], Abu ’Awanah [8514], Al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra [X/14] dan dalam Syu’abul Iman [6186], Ahmad dalam Musnad [301], Abu Ya’la [213], dan Ibnul Ja’d dalamMusnad [995] dari hadits Abu Usman an-Nahdi).

Oleh karena itu, hidarilah kepalsuan peradaban modern, karena itu watak (perangai) menjinakkan sikap dan mengendorkan otot serta mengikatmu dengan tali angan-angan. Orang-orang yang bersungguh-sungguh sudah dapat mencapai tujuan, namun engkau masih belum beranjak dari tempatmu, engkau hanya sibuk dengan penampilan pakaianmu. Anggaplah pakaian itu tidak haram juga tidak makruh, namun itu bukan ciri pakaian orang-orang shaleh. Penampilan luar semacam pakaian merupakan tanda kecenderungan hati seseorang, bahkan itulah jati diri yang sebenarnya. Bukankah pakaian sekadar salah satu cara untuk mengungkapkan siapa sebenarnya jati dirinya?

Behari-hatilah dalam berpakaian, karena pakaian itu dapat mengungkapkan kepada orang lain mengenai jati diri Anda dalam hal kecenderungan, sikap, dan perasaan. Dari sini ada sebuah ungkapan: "Penampilan luar menunjukkan kecenderungan hati." Orang lain akan menggolongkanmu dari pakaianmu, bahkan cara engkau berpakaian pun akan memberikan gambaran bagi orang lain bahwa yang memakainya itu memiliki keteguhan dan kecerdasan ataukah ia orang yang ahli ibadah ataukah orang yang glamour dan suka popularitas.

Berpakaianlah yang pantas bagimu, jangan membuat orang lain mencelamu, juga jangan membuat orang lain menggunjingmu. Jika pakaianmu serta caramu memakainya sesuai dengan keluhuran ilmu syar’i yang engkau miliki, niscaya itu semua akan lebih membuatmu mulia serta ilmumu lebih bermanfaat, bahkan jika engkau berniat yang baik, maka itu semua akan menjadi amal shaleh karena merupakan wasilah (perantara) untuk bisa memberi hidayah pada orang lain agar menerima kebenaran. Ada sebuah atsar dari Amirul Mukminin Umar bin Khaththab: "Saya lebih senang melihat pembaca Al-Qur’an itu berpakaian putih." (Diriwayatkan oleh Malik [1621]).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengungkapkan bahwa manusia itu seperti sekumpulan burung terbang yang memiliki watak untuk saling menyerupai satu sama lainnya. Oleh karena itu, hidarilah pakaian kekanak-kanakan. Adapun mengenai pakaian orang-orang kafir, maka hukumnya tidak asing lagi bagimu.

HAK ORANG ISLAM TERHADAP ORANG ISLAM

Mengucapkan Salam



Apabila kita bertemu atau akan berpisah dengan sesama muslim, diwajibkan mengucapkan salam yang telah diajarkan dalam Islam. Yakni Assalamu`alaikum wa rohmatullahi zoa barakatuh (Semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat, dan barokah kepadamu). Muhammad Rosulullah saw. bersabda: "Jika salah seorang di antara kalian bertemu dengan saudaranya, maka hendaklah dia mengucapkan salam. Jika keduanya dipisahkan oleh pohon, dinding, atau batu, lalu bertemu kembali, maka hendaklah dia mengucapkan salam lagi." (HR. Abu Dawud dari Abu Huroiroh ra.)

Oleh karena "salam" dalam Islam ini mengandung doa, maka tidak hanya sekedar untuk bertegur sapa, melainkan juga:


  1. suatu ajakan bersahabat antarumat Islam.
  2. mempererat tali ukhuwah Islamiyah karena saling mendoakan.
  3. menegakkan syi`ar agama Allah SWT

Menyebarkan salam salah satu cara menggalang persatuan, dan dapat mengantarkan pelakunya ke surga. Abu Huroiroh ra. mengabarkan, Rosulullah saw. bersabda: "Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman sehingga kalian saling mencintai. Tidakkah kalian mau aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian kerjakan akan menjadikan kalian saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam di antara kalian." (HR. Muslim)

Anjuran mengucapkan salam ini tidak terbatas pada orang yang kita kenal saja. Kepada orang lain yang belum kita kenal sekalipun, asalkan dia muslim idealnya kita mengucapkan salam juga. Abdullah bin ’Amru bin Al-’Ash ra. menceritakan bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Rosulullah saw. "Bagaimanakah Islam yang baik itu, ya Rosulullah?" Beliau bersabda, "Berilah makan kepada orang yang memerlukannya, dan ucapkanlah salam baik kepada orang yang sudah engkau kenal maupun orang yang belum engkau kenal" (HR. Muttafaqun ’Alaih)

Ucapan salam juga boleh kita sampaikan kepada lawan jenis, sekalipun bukan muhrim. Hal ini pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Asma’ binti Yazid ra. mengatakan: "Rosulullah saw. pernah berjalan melewati kami dan melihat sekelompok wanita sedang duduk-duduk, maka beliau mengucapkan salam kepada kami." (HR. Abu Dawud). Bahkan janganlah kita enggan mengucapkan salam kepada anak-anak sekalipun. Sebab mereka juga berhak mendapat penghormatan. Anas bin Malik ra. menuturkan, Rosulullah saw. bertemu dengan beberapa anak, lalu beliau memberi salam kepada mereka. (HR. Muslim)

Siapakah yang wajib mengucapkan salam lebih dulu? Abu Huroiroh ra. mengutarakan, Rosulullah saw. bersabda: "Orang yang naik kendaraan memberikan salam kepada orang yang berjalan kaki, sedangkan orang yang berjalan memberikan salam kepada orang yang duduk, dan yang sedikit jumlahnya memberikan salam kepada yang lebih banyak." (Muttafaqun ’Alaih). Namun dalam prakteknya tidak harus demikian. Sebab adakalanya yang berkendaraan lupa untuk mengucapkan salam lebih dulu kepada yang berjalan kaki. Jadi menurut kami, siapa yang teringat anjuran menyebarkan salam, sebaiknya dialah yang mengucapkan salam lebih dulu.

Orang yang mengucapkan salam lebih dulu termasuk orang yang baik keislamannya. Abu Umamah Sudhiy bin ’Ajlan Al-Bahili ra.,mengatakan: "Sesungguhnya sebaik-baik manusia menurut Allah adalah orang yang memulai’mengucapkan salam." (HR. Abu Dawud). Orang yang memberi salam lebih dulu dikatakan lebih baik, karena bisa dipastikan hatinya tidak punya prasangka apa-apa kepada orang lain. Dan salam yang dia ucapkan tentunya bertujuan untuk menjalin hubungan yang lebih baik. Orang yang mengucap salam lebih dulu lebih dicintai Allah SWT.

Ibnu Umar ra. mengatakan, Rosulullah saw. bersabda: "Apabila dua orang muslim bertemu lantas salah satunya memberi salam kepada yang lain, maka yang mendahului mengucapkan salam lebih dicintai Allah SWT dan wajahnya lebih berseri-seri dari temannya itu. Apabila keduanya berjabat tangan, maka Allah akan menurunkan seratus rahmat kepada keduanya, (dengan ketentuan) bagi yang memulainya mendapat 90 rahmat dan yang diajak berjabat tangan mendapat 10 rahmat." (HR. Tirmidzi)

Semakin lengkap kalimat salam yang kita ucapkan, semakin besar pahalanya. Imron bin Husein ra. mengisahkan, ada seorang lelaki datang kepada Rosulullah saw. dengan mengucap, "Assalamu’alaikum." Setelah menjawabnya, beliau bersabda: "Sepuluh." Kemudian datang lagi orang lainnya dengan mengucap salam, "Assalamu’alaikum m rohmatullaahi." Sesudah menjawabnya, Rosulullah saw. berkata, "Dua puluh." Selang beberapa waktu kemudian, datang orang yang lain lagi seraya mengucapkan salam, "Assalamu’alaikum wa rohmatullaahi m barokatuh." Setelah menjawabnya, Rosulullah saw berkomentar, ’Tiga puluh." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Hadits ini menegaskan kepada kita, bahwa setiap perbuatan baik seperti mengucapkan salam, selalu ada pahalanya. Besar kecilnya pahala yang kita peroleh, tergantung dari seberapa sempurna kita mengerjakannya. Jadi semakin lengkap salam yang kita ucapkan, semakin besar pahala yang kita peroleh.

Orang yang mendapat ucapan salam, juga wajib menjawabnya. Apabila orang yang diberi salam itu sendirian, maka ia harus langsung menjawabnya. Jika yang diberi salam itu banyak, kewajiban menjawabnya adalah fardhu kifayah. Yakni cukuplah salah seorang atau beberapa orang di antara mereka yang menjawabnya. Ali ra. menuturkan, Rosulullah saw. bersabda: "Apabila ada sejumlah jamaah lewat, cukuplah salah seorang di antara mereka yang memberi salam. Demikian juga orang-orang yang diberi salam, cukup salah seorang di antannya yang menjawab." (HR. Abu Dawud)

Dalam menjawab salam juga disunnahkan secara lengkap. Keutamaan menjawab salam secara lengkap ditegaskan juga oleh Allah SWT. "Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu.’’ (QS. 4/An-Nisa’: 86)

Kini sudah saatnya kita menyebarkan salam sebagaimana yang dianjurkan oleh panutan kita Muhammad Rosulullah saw. Bukankah melaksanakan sunnahnya memperoleh imbalan pahala? Jadi mari kita membiasakan mengucapkan salam mulai dari sekarang. Setidaknya dalam keluarga kita sendiri, ketika mau berangkat dan mau masuk rumah. Anas bin Malik ra. memberitahukan, R osulullah saw. pernah bersabda kepadanya: ’’wahai anakku, jika kamu masuk ke keluargamu, maka ucapkanlah salam, niscaya akan menjadi berkah bagi kamu dan keluargamu." (HR. Tirmidzi) Sebab kebiasaan baik ini jika diikuti oleh anak-anak, mendatangkan pahala bagi kita.

Mendoakan Orang Bersin

Ingatkah saudara sewaktu terserang flu. Saluran pernafasan kita tersumbat, dan terasa sangat tidak nyaman. Ketika bersin, kita merasakan sesuatu melegakan. Itulah salah satu nikmat yang dikaruniakan Allah SWT kepada kita semua. Untuk itu segeralah membaca tahmid. Bagi orang yang membaca tahmid atau hamdalah: "Alhamdulillahi robbil ’alamiin" setelah bersin, bukan saja mendapatkan pahala karena bersyukur kepada-Nya, tetapi juga berhak memperoleh bacaan tasymid: Yarchamukallaah (semoga Allah memberimu rahmat) dari orang yang mendengarnya.

Anas bin Malik ra. menceritakan, dua orang laki-laki bersin dekat Nabi Muhammad saw. Lalu yang satu ditasymitkan oleh beliau, sedangkan yang satu lagi tidak. Maka bertanyalah orang yang tidak ditasymitkan beliau. "Si Fulan bersin engkau tasymitkan, tetapi aku bersin tidak anda tasymitkan. Mengapa begitu, ya Rosulullah?" Beliau menjawab, "Yang ini sesudah bersin memuji Allah (mengucap tahmid), sedangkan kamu tidak." (HR. Muslim) Jelaslah bahwa jika kita mendengar orang bersin lalu ia membaca tahmid, maka kita sunnah mendoakannya.

Orang yang bersin sewaktu sholat juga sangat baik jika membaca tahmid. Dan itu tidak membatalkan sholat, karena yang menganjurkan adalah Muhammad Rasulullah Saw. Rifa’a bin Rofi’ mengisahkan, "Aku pernah sholat di belakang Rosulullah saw. Lalu aku bersin, maka aku membaca Alchamdulillaah chamdan katsiiron thoyyibam mubaarokan fiyh. Kamaa yuchibbu robbunaa wa yardhoo (Segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, yang baik dan yang berkah, sebagaimana Tuhan kami senang dan rela). Tatkala usai sholat, masih menurut Rifa’a bin Rofi’, Nabi Muhammad saw. bertanya: "Siapakah yang berbicara dalam sholat tadi?" Para sahabat terdiam. Beliau kemudian bertanya sekali lagi, dan tak ada yang menjawab. Ketika beliau bertanya ketiga kalinya, barulah Rifa’a menjawab: "Saya,ya Rosulullah." Beliau bersabda: "Demi dzat yang diriku dalam kekuasaan- Nya, sungguh ada antara tiga puluh atau lebih malaikat yang cepat- cepat membawanya ke atas langit (menuliskannya)." (HR. Nasai dan Tirmidzi)

Memenuhi Undangan

Untuk merayakan keberhasilan, khitanan, atau pernikahan, biasanya diadakan selamatan. Dan jika kita diundang, maka dianjurkan menghadirinya. Abdullah bin Umar ra. memberitahukan, Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Penuhilah suatu undangan apabila kamu memang diundang untuk menghadirinya." (HR. Muslim) Kata Nafi’, ’Abdullah bin Umar memang senantiasa menghadiri setiap undangan, baik undangan pesta perkawinan atau bukan. Bahkan sekalipun dia sedang puasa.

Dalam mengadakan selamatan yang harus diperhatikan oleh tuan rumah, adalah mengutamakan mengundang fakir-miskin. Abu Huroiroh ra. mengabarkan, Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Seburuk-buruk makanan adalah makanan pesta, dimana orang yang seharusnya datang (yakni para fakir miskin) tidak diundang. Sebaliknya orang-orang yang enggan datang (yakni orang-orang kaya) malah diundang. Dan siapa yang tidak memenuhi suatu undangan, dia durhaka kepada Allah dan Rosul-Nya." (HR. Muslim) Kalau kita diundang menghadiri Walimah, namun tidak memenuhinya berarti men­durhakai Allah dan Rosul-Nya.

Lalu bagaimana jika dalam waktu yang bersamaan ada dua undangan walimah? Maka kita harus menghadiri yang paling dekat dengan rumah kita. Humaid bin Abdurrohman Humairi mendengar dari seorang sahabat, bahwa Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Apabila ada dua undangan yang bersamaan, maka penuhilah yang paling dekat pintunya. Sebab yang paling dekat pintunya itulah tetangga terdekat. Lalu jib salah satu dari kedua undangan itu dating lebih dulu, maka penuhilah yang lebih dulu." (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Adakalanya kita enggan menghadiri undangan sendirian. Karena belum banyak kenal, misalnya. Nah kalau kita mengajak teman, haruslah seizin tuan rumah, apakah teman kita boleh masuk atau tidak. Jika tidak boleh masuk, namun kita tetap membawanya masuk, maka hidangan yang dimakan oleh teman kita itu terhitung haram. Kita juga mendapatkan bagian dosanya, karena seakan kita ikut mendukung tindakannya. Abu Huroiroh ra. memaparkan, Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian diundang k walimah, lalu datang membawa teman, maka harus mendapat izin dari yang mengundang." (HR. Abu Dawud)

Menjenguk Orang Sakit
Menjenguk orang sakit dapat mengantarkan kita ke surga. Abu Huroiroh ra. memberitakan, Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Barang siapa menjenguk orang yang sakit, maka akan terdengarlah seruan dari langit:’.
Abu Musa ra. berkata, Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Tengoklah orang yang sakit, berilah makan orang yang lapar, dan tolonglah orang yang menderita." (HR. Bukhori) Menjenguk orang sakit dapat mengantarkan kita ke surga. Abu Huroiroh ra. memberitakan, Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Barang siapa menjenguk orang yang sakit, maka akan terdengarlah seruan dari langit:’Baik sekali perbuatanmu. Baik sekali lunjunganmu. Engkau telah menyediakan suatu tempat tinggal di dalam surga. " (HR. Ibnu Majah)

Kepada orang yang sudah sakit parah atau sudah mendekati ajal, penjenguk berkewajiban melakukan, tiga hal:


  1. Menghadapkan ke Kiblat. Abu Qotadah ra. menceritakan, bahwa ketika sampai di Madinah Nabi Muhammad saw. menanyakan seseorang yang bernama Al-Baro bin Ma’ruf Lalu seseorang menjawab, "Dia sudah meninggal dan mewasiatkan sepertiga hartanya untuk engkau, dan mewasiatkan pula agar ia dihadapkan ke kiblat apabila sakit parah." Rosulullah saw. bersabda, "Perdapatnya benar." (HR. Hakim dan Baihaqi)
  2. Mengajarkan membaca kalimat tauhid. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Kepada orang yang sakit parah, ajarkanlah olehmu membaca-kalimat Laa ilaaha illallaah." (HR. Muslim dari Abu Huroiroh ra)
  3. Bacakanlah surat Yasin. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Bacakanlah olehmu orang yang sakit parah surat Yasin." (HR. Abu Dawud dan Nasai dari Ma’qol bin Yasar ra.)

Mengurus Mayat
 Salah satu kewajiban seorang muslim adalah mengurus mayat, termasuk didalamnya adalah memandikan   
 mayat..
Air untuk memandikan mayat sebaiknya dingin, kecuali udara sangat dingin atau terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, boleh memakai air hangat. Jika mayatnya seorang pria, maka yang memandikannya haruslah orang-orang pria...
Apabila si sakit telah meninggal dunia, maka:


  1. Pejankamlah matanya, dan mohonkanlah ampun kepada Allah SWT. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Apabila kamu menghadapi orang mati, maka pejamkanlah matanya, karena sesungguhnya mata mengikuti ruh. Dan ucapkanlah yang baik-baik (mendoakannya). Sungguh si mayat dipercayai menurut apa yang diucapkan oleh ahlinya." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah dari Syadda bin Aus ra.)
  2. Tutuplah seluruh badannya dengan kain sebagai penghormatan dan agar tidak kelihatan auratnya. ’Aisyah ra. menuturkan, "Sungguh ketika Rosulullah saw. wafat ditutup dengan kain." (HR. Bukhori Muslim)
  3. Orang-orang yang sangat menyayanginya boleh berduka cita atas kematiannya, dan tidak dilarang menciumnya. ’Aisyah ra. mengungkapkan, "Rosulullah saw. telah mencium Utsman bin Mazh’un ketika dia meninggal dunia, sehingga air mata tampak mengalir di wajah beliau." (HR. Ahmad, dan Tirmidzi)
  4. Keluarga si mayat hendaklah segera melunasi hutang-hutangnya jika ada, baik dari harta peninggalannya maupun dari sumbangan. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Diri orang mukmin itu tergantung (tidak sampai ke hadirat Allah) karena utangnya, sampai dibayar lebih dulu utangnya (oleh keluarganya).’’ (HR. Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Huroiroh)

Apabila seorang muslim meninggal dunia, ada empat perkara fardhu kifayah yang harus dilakukan oleh orang-orang muslim lainnya.

1.          Memandikan, dengan syarat si mayat Islam, didapati tubuhnya, dan bukan mati syahid, yakni mati dalam menegakkan agama Allah. Berikut tatacara memandikan mayat:

  • di tempat tertutup;
  • mayat diletakkan di tempat yang tinggi seperti dipan;
  • dipakaian kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak terbuka;
  • mayat didudukkan dan disandarkan pada sesuatu, lantas disapu perutnya sambil ditekan pelan agar keluar semua kotorannya, lantas dicebokkan dengan tangan kiri memakai sarung tangan. Dalam hal ini boleh memakai wangi-wangian agar tidak terganggu bau kotoran mayat;
  • lalu ganti sarung tangan dan bersihkan mulut dan giginya;
  • bersihkan semua kotoran dan najis;
  • mewudhukan, kemudian basuhlah seluruh badannya sebanyak tiga sampai lima kali.

Air untuk memandikan mayat sebaiknya dingin, kecuali udara sangat dingin atau terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, boleh memakai air hangat. Jika mayatnya seorang pria, maka yang memandikannya haruslah orang-orang pria kecuali wanita muhrim atau istrinya. Begitu juga sebaliknya.

Orang yang memandikan mayat hendaklah menutupi aib si mayat. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Barang siapa memandikan mayat, dan tidak menceritakannya pada orang lain apa- apa yang dilihat pada mayat itu, bersihlah ia dari dosanya seperti keadaannya sewaktu dilahirkan. Yang mengepalai (memandikan) hendaknya keluarga terdekat mayat jika pandai memandikan. Apabila tidak maka siapa saja yang dipandang berhak karena waro’nya atau karena amanahnya." (HR. Ahmad)

2.      Mengkafani mayat. Pembelian kain kafan diambilkan dari uang mayat sendiri. Jika tidak ada, maka orang yang selama ini menghidupinya yang membelikannya. Apabila tidak mampu, diambilkan dari Baitul Mal atau wajib bagi orang muslim yang mampu membelikannya.

Kain kafan minimal satu lapis. Tetapi bagi mayat pria sebaiknya tiga lapis dan mayat wanita lima lapis. Abu Salamah ra. menceritakan, bahwa ia pernah bertanya kepada ’Aisyah ra. "Berapa lapiskah kain kafan Rosulullah saw.?" ’Aisyah menjawab, "Tiga lapis kain katun putih". (HR. Muslim)

3.      Mensholati mayat. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Sholatkanlah olehmu orang-orang yang telah mati." (HR. Ibnu Majah) "Sholatilah olehmu orang-orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah." HR. Daruquthni) Jelaslah bahwa orang yang telah murtad tidak perlu disholati.

Untuk disholati keadaan mayat haruslah:

  • suci badan, tempat, dan pakaian serta menghadap kiblat;
  • setelah mayat dimandikan dan dikafani;
  • letak mayat di depan orang yang mensholati.

4.      Menguburkan mayat. Dalam hal ini ada beberapa hadits yang perlu diperhatikan.

  1. Anjuran segera menguburkan. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Segerakanlah menguburkan jenazah. Jika dia (jenazah itu) orang baik, berarti kalian segera mengantarkannya kepada kebaikan. Apabila dia orang jahat, berarti kalian segera menghindarkan bencana terhadap diri kalian’’. (HR. Muslim dari Abu Huroiroh ra)
  2. Anjuran meluaskan lubang kubur. Nabi Muhammad saw. pernah turut memakamkan mayat, lalu beliau bersabda, "Luaskanlah pada bagian kepala, dan luaskan juga pada bagian kakinya. Ada beberapa kurma baginya di surga". (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
  3. Boleh menguburkan dua tiga mayat dalam satu lubang kubur. Hal itu dilakukan oleh para sahabat sewaktu usai Perang Uhud. Kala itu Muhammad Rosulullah saw. menyarankan agar memperdalam kuburan dan membaguskannya, lalu mendahulukan orang yang paling banyak hafal Al-Qur’an. (HR. Nasai dan Tirmidzi)
  4. Bacaan meletakkan mayat dalam kubur. Ibnu Umar ra. mengabarkan, bahwa Rosulullah saw. apabila meletakkan mayat dalam kubur membaca: "Bismillaah wa ’alaa millati Rosulillaah (Dengan nama Allah dan nama agama Rosulullah) Dalam riwayat lain ditambahkan bacaan: "Wa ’alaa sunnati Rosulillah (Dan atas nama sunnah Rosulullah)". (HR. Lima ahli hadits, kecuali Nasai)
  5. Orang yang habis hubungan suami istri dilarang masuk liang kubur. Anas ra. menceritakan, ketika Ruqoyah akan dimakamkan, Muhammad Rosulullah saw. bersabda: "Tidak boleh masuk kubur laki-laki yang tadi malam menggauli istrinya". (HR. Ahmad)
  6. Larangan memperindah kuburan, Jabir ra. menerangkan, "Rosulullah saw. melarang mengecat kuburan, duduk, dan membuat bangunan di atasnya". (HR. Muslim)
  7. Boleh memindahkan kuburan. Jabir ra. memberitakan, "Rosulullah saw. pernah menyuruh para sahabat agar para korban Perang Uhud dipindahkan ke tempat mereka gugur, padahal mereka telah dipindahkan ke Madinah". (HR. Lima ahli hadits)

Ta`ziah

Ta’ziah atau melawat adalah berkunjung ke rumah orang yang sedang tertimpa musibah kematian, untuk menghiburnya. Dalam hal ini kita dianjurkan menguatkan mental mereka dan menasehatinya agar mereka tetap bersabar. Selain itu kita dianjurkan memberikan sumbangan baik berupa uang maupun makanan. Sebab keluarga yang tertimpa musibah sibuk dengan kesedihan masing-masing, sehingga tidak sempat menjamu para tamu yang datang. Abullah bin Ja’far ra. mengatakan, sewaktu datang berita terbunuhnya Ja’far, Rosulullah saw. bersabda, "Hendaklah kamu membuat makanan untuk keluarga Ja’far, karena telah datang kepada mereka sesuatu yang menyibukkan mereka". (HR. Imam yang lima, kecuali Nasai)

Etika orang berta’ziah, anta lain:


  1. menyampaikan doa: "adhomallaahu ajroka zoa ahsana azaka waghofaro limayyitika." (Semoga Allah mengagungkan pahalamu, membaguskan kesabaranmu, dan memberi ampun kepada mayatmu yaitu orang yang meninggal);
  2. hindari perbicaraan yang menambah sedih keluarga yang tertimpa musibah;
  3. hindari canda-tawa, apalagi sampai terbahak-bahak;
  4. usahakan turut mensholati mayat dan mengantar ke pemakaman hingga selesai mayat dikuburkan.

Ziarah Kubur
Maksud utama ziarah (mengunjungi) kubur adalah mendoakan mayat dalam kubur yang diziarahi. Penziarah juga boleh mem­bacakan surat-surat tertentu dalam Al-Qur’an yang pahalanya dihadiahkan kepada mayat penghuni kubur tersebut. Syeikh Imam Abu Muhammad bin Qudamah Al-Maqdisi menerangkan pada akhir bab jenazah dalam kitabnya Al-Mughni, bahwa membaca Al-Qur’an di kuburan itu diperbolehkan. Beliau mengutip pernyataan Imam Ahmad, "Jika kalian memasuki kuburan, bacalah ayat kursi dan Al-Ikhlas (masing-masing) tiga kali, lalu nyatakan: ’Ya Allah, sesungguhnya pahalanya untuk para penghuni kubur ini."

Manfaat ziarah kubur itu agar kita ingat pada kematian. Abdullah bin Buroidah ra. mengungkapkan, Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Dulu aku melarang (kalian) berziarah kubur. Sekarang berziarahlah, karena itu akan mengingatkan kalian pada akhirat." (HR. Ahmad dan Muslim) Dulu Nabi Muhammad Rosulullah saw. melarang para sahabat berziarah kubur, karena masih dekatnya masa mereka dengan zaman Jahiliyah. Baru setelah mereka memahami ajaran Islam dengan baik, diizinkanlah mereka oleh syara’ untuk berziarah kubur.

Kalau Nabi Muhammad Rosulullah saw. saja memerintahkan umatnya agar berziarah kubur, mengapa kita harus melarangnya? Hal ini penulis pertanyakan karena sudah ada segelintir ustadz yang melarang keras umat Islam untuk berziarah ke makam para wali. Bahkan mereka berani memvonis ziarah ke makam wali itu bid’ah sesat. Jadi kalau ada orang yang melarang kita berziarah kubur, abaikan saja. Sebab dengan menziarahi kubur orang tua kita dan orang-orang yang berjasa terhadap pengembangan Islam tidak hanya membuat kita teringat akhirat. Melainkan juga akan menginspirasi dan memotivasi kita untuk lebih berani mendakwahkan Islam terutama kepada orang-orang yang belum beriman.

Etika berziarah kubur, antara lain.


  1. Sesampai di pintu makam ucapkanlah salam. Buroidah ra. menginformasikan, Muhammad Rosulullah saw. sering mengajarkan kepada para sahabat agar jika berziarah kubur mengucapkan: Assalaamu ’alaikum ahlad diyaari minal mukminiina wal muslimiina wa innaa insyaa Allaahu bikum Laachiquun. As alullaaha lanaa walakumul ’aafiyah (Salam sejahtera semoga terlimpahkan atas kalian wahai penghuni perkampungan orang-orang mukmin dan muslim, dan kami insya Allah akan menyusul kalian. Semoga Allah melimpahkan keselamatan kepada kami dan kepada kalian. " (HR. Muslim)
  2. Sesampai di makam yang dituju hendaklah memberi salam secara khusus: "Assalamu’alaika ... (sebut namanya)
  3. Jangan berjalan melangkahi kuburan
  4. Jangan duduk pada nisan makam; dan
  5. bacalah surat Yasin atau tahlil dan hadiahkan pahalanya kepada mereka, serta doakan agar penghuni kubur diampuni dosa- dosanya oleh Allah SWT

Kisah Sayyidah Nusaibah


Nama Sayyidah Nusaibah, tampaknya jarang sekali disebut oleh umat Islam Indonesia, padahal beliau adalah seorang wanita yang menjadi shahabat Nabi Muhammad SAW, bahkan menjadi pahlawan perang Uhud yang pengorbanannya perlu dicatat dengan tinta emas.

Sayyidah Nusaibah, adalah wanita tegar dan pemberani. Di saat terjadi perang Uhud, beliau adalah wanita muslimah yang menjadi pemasok makanan dan minuman bagi tentara kaum muslimin. Tentu tidak semua wanita memiliki jiwa pemberani seperti Sayyidah Nusaibah, karena itu beliau adalah termasuk pahlawan Islam yang sangat berjasa khususnya di saat terjadi perang Uhud.

Sebagaimana diketahui, bahwa pada saat perang Uhud, terjadi sedikit kesalahan strategi dari kaum muslimin, maka barisan kaum muslimin pun menjadi porak poranda bahkan banyak korban perang yang menjadi syuhada (mati syahid).

Di saat pasukan musuh melihat kelemahan barisan kaum muslimin, maka pasukan panah kaum kafir Quraisy mengambil tempat strategis untuk melayangkan anak-anak panah mereka, bahkan beberapa anak panah itu ditujukan kepada Baginda Rasulullah SAW.

Nabi SAW pun sibuk menangkis satu persatu anak panah yang menyerangnya. Melihat kejadian semacam itu, Sayyidah Nusaibah lari menghampiri Nabi SAW, lantas menjadikan badannya sebagai tameng atau bemper demi melindungi Nabi SAW dari serangan anak panah, hingga akhirnya Sayyidah Nusaibah terkena 12 anak panah yang menancap di badannya. Pembelaan dan pengorbanan itu dilakukan oleh Sayyidah Nusaibah demi kecintaannya kepada Nabi Muhammad SAW.

Dari kisah ini dapat diambil kesimpulan, bahwa umat Islam yang hidup di jaman sekarang, jangan ada yang merasa lebih hebat sedikitpun dari kemuliaan para shahabat Nabi SAW. Jangankan dari kemuliaan semua para shahabat, bahkan seberapapun tingginya kedudukan yang dimiliki oleh umat Islam dewasa ini, pasti tidak dapat menandingi secuilpun dari kemuliaan Sayyidah Nusaibah.

Karena itu, betapa nista dan sesatnya kaum Syiah Imamiyah dan kaum Liberalisme yang seringkali mengkritik, mendiskreditkan bahkan sampai ada yang mengkafirkan para shahabat Nabi Muhammad SAW.

Minggu, 09 Juni 2013

MUKJIZAT PARA NABI

Mukjizat Nabi Muhammad saw.

Dalam berdakwah kepada kaum musyrikin Mekah, Nabi Muhammad Rosulullah saw. sering dituntut menunjukkan mukjizat beliau. Dan mereka (orang-orang musyrik) berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu mukjizat dari Tuhannya?" Katakanlah, "Sesungguhnya Allah berkuasa menurunkan suatu mukjizat, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. 6/Al-An’am: 37)

Di antara nabi dan rosul, hanya Muhammad saw. yang pa­ling banyak dianugerahi mukjizat oleh Allah SWT., antara lain:


  1. Al-Qur’an yang mengandung tiga pokok ajaran (1) keimanan, (2) akhlak/budi pekerti yang terpuji, dan (3) hukum-hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungan sekitarnya.
  2. membelah bulan menjadi dua bagian untuk memenuhi permintaan orang-orang musyrik yang menuntut bukti kebenaran kerosulannya. Saat (hari kiamat) semakin dekat, bulan pun terbelah. Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, "(ini adalah) sihir yang terus-menerus". (QS. 54/Al-Qomar: 1-2)
  3. Nabi Muhammad saw. menerima salam dari batu-batu di Mekah. (HR. Muslim dari Jabir bin Samuroh ra.)
  4. dapat memancarkan air dari celah-celah jemari tangannya, sehingga mampu memberi air minum orang banyak. (HR. Muslim dari Anas ra.)
  5. mampu memperbanyak makanan yang sedikit, sehingga cukup untuk mengenyangkan banyak orang yang turut dalam Perang Khondaq. (HR. Muslim dari Jabir bin Abdullah ra. dan dari Anas ra.)
  6. menyembuhkan bermacam penyakit yang berbahaya dan sukar sembuhnya, hanya dengan mengusap dan mendo`akannya. Salah satu contoh adalah mengembalikan biji mata salah seorang sahabatnya yang terlepas, sehingga matanya jauh lebih baik dari sebelumnya.
  7. kebenaran meramal peristiwa yang akan terjadi, dan kemudian peristiwa tersebutbenar-benar terjadi. Kebenaran ramalannya itu ada yang terbukti sewaktu beliau masih hidup seperti ramalannya tentang kemenangan orang-orang Islam atas kaum kafir Quraisy. Adapula ramalannya yang terbukti setelah beliau wafat, misalnya tentang kejatuhan Konstantinopel beliau ramalkan: "Kamu umat Islam, niscaya akan menaklukkan Konstantinopel. Di sanalah terdapat pemerintahan yang terbaik dan di sana pula terdapat ketentraman yang terbaik." Ramalan tersebut telah menjadi kenyataan dalam sejarah, yakni ketika Konstantinopel di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Al-Ghozi yang dikenal juga dengan nama Abdul Fatah pada tahun 857 H. Kini Konstantinopel menjadi negara Islam Turki beribu kota An­kara.

Ramalan Nabi Muhammad Rosulullah saw. yang juga terbukti adalah, akan dikuasainya umat Islam oleh kaum kafir karena umat Islam lebih cinta dunia dan takut mati. Sekarang ini sudah dapat dikatakan bahwa umat Islam dikuasai oleh umat kafir. Orang-orang kafir dari berbagai bangsa bahu-membahu untuk melenyapkan kekuatan orang muslim, dan merampas apa yang ada dalam kekuasaan mereka. Salah satu contohnya yang terjadi pada tahun 2003, bersatunya Amerika Serikat, Inggris, Australia, Spanyol, dan lain-lainnya menghancurkan kekuatan bangsa Afganistan dan Irak. Lalu mereka menjajahnya demi menguasai sumber minyak dan demi suksesnya misi mereka di Timur Tengah, di antaranya kristenisasi.

Dan pada 2011 ini pasukan koalisi (antara lain AS, Inggris, Perancis, Itali, dan Kanada) menggempur Libya. Tujuan serangan mereka tidak lain untuk menguasai cadangan minyak bumi negeri muslim itu. Jadi bohong besar jika serangan mereka beralasan melindungi rakyat sipil. Sebab faktanya ratusan rakyat sipil yang tidak berdosa menjadi korban serangan mereka.

Mukjizat Nabi Isa as.
Sebagai nabi dan rosul, Nabi Isa as, juga dibekali mukjizat oleh Allah SWT, "Dan Kami beri Isa putra Maryam beberapa mukjizat, serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus (Malaikat Jibril)." (QS.  2/Al-Baqoroh 253)

Beberapa mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Isa as. adalah dapat berbicara sewaktu masih bayi, bisa menyembuhkan orang buta sejak lahir, mampu menyembuhkan orang berpenyakit kusta, dan menghidupkan orang yang telah meninggal dunia.

Mukjizat-mukjizat Nabi Isa as. tersebut diterangkan dalam Al-Qur’an, berikut ini:

a. "Dan sebagai rosul kepada Bani Israil (dia berkata), "Aku datang kepadamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuatkan bagimu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku beritakan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda (kebenaran kerosulanku) bagimu, jika kamu orang beriman." (QS. 3/Ali Imron: 49)

b. Dan ingatlah, ketika Allah berfirman, "Wahai Isa putra Maryam, Ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu sewaktu Aku menguatkanmu dengan Rohulkudus. Engkau dapat berbicara kepada manusia sewaktu dalam buaian dan setelah dewasa. Dan ingatlah ketika Aku mengajarkan menulis kepadamu, (juga) hikmah, Taurot, dan Injil. Dan ingatlah ketika engkau membentuk dari tanah berupa burung dengan seizin-Ku, kemudian engkau meniupnya, lalu menjadi seekor burung (yang sebenarnya) dengan seizinku." (QS. 5/Al-Maidah: 110)

Mukjizat Nabi Musa as.
Di antara dua puluh lima nabi dan rosul, hanya Nabi Musa as., Nabi Isa as., dan Nabi Muhammad saw. yang memiliki banyak mukjizat.

Mukjizat Nabi Musa as.

"Dan sungguh, Musa telah datang kepadamu dengan bukti-bukti kebenaran (mukjizat), kemudian kamu mengambil (patung) anak sapi (sebagai sesembahan) setelah (kepergian)-nya, dan kamu (menjadi) or­ang-orang zalim." (QS. 2/Al-Baqoroh: 92). "Dan sungguh Kami telah memberikan kepada Musa sembilan mukjizat yang nyata." (QS. 17/ Al-Isro101).Sembilan mukjizat Nabi Musa as. itu adalah: tongkat, tangan, belalang, kutu, katak, darah, topan, laut, dan gunung.

Berikut beberapa perwujudan dari mukjizat Nabi Musa as. Yang diungkapkan Al-Qur`an.


  1. Membuat dua belas mata air dengan memukulkan tongkatnya pada sebuah batu. Itu dilakukan oleh Nabi Musa pada waktu Bani Israil mengalami kesulitan air. Dan (ingatlah) Ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu." Maka memancarlah daripadanya dua belas mata air. Setiap suku mengetahui tempat minumnya (masing-masing) (QS. 2/Al-Baqoroh: 60). Maksudnya setiap suku dari dua belas suku Bani Israil sebagaimana yang tercantum dalam surat Al A`rof ayat 160.
  2. Tongkatnya menjelma menjadi ular. Ini ditunjukan Nabi Musa untuk menjawab tantangan Fira`un tentang bukti kebenaran kerosulannya, `Lalu (Musa) melemparkan tongkatnya, seketika tongkat itu menjadi ular besar yang sebenarnya." (QS. 7/Al-A`rof: 107). "Lalu (Musa) melemparkan tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap! (QS. 20/Thoha: 20)
  3. Tangan Nabi Musa as. bisa menjadi putih bercahaya. "Dan dia mengeluarkan tangannya (dari dalam bajunya), seketika tangannya itu menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang melihatnya` (QS. 7/Al-A`rof: 108)
  4. Membelah Laut Merah.Peristiwa itu terjadi ketika Nabi Musa as. bersama para pengikutnya menyelamatkan diri dan pengejaran Fira`un. Lalu Kami wahyukan kepada Musa, "Pukullah laut itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah laut itu, dan setiap belahan seperti gunung yang besar." (QS. 26/Asy-Syu`aro: 63)
Sifat mukjizat yang dimiliki oleh para nabi atau rosul berbeda-beda. Meskipun demikian dapat dibagi dalam 4 (empat) macam yaitu:
  1. Mukjizat Kauniyah, adalah mukjizat yang berupa peristiwa alam. Misalnya, terbelahnya laut akibat pukulan tongkat Nabi Musa as, dan dibelahnya bulan menjadi dua oleh Nabi Muhammad Rosulullah saw.
  2. Mukjizat Salbiyah atau Tarkiyah, adalah mukjizat yang membuat sesuatu tidak berdaya, seperti Nabi Ibrohim as. mampu menghilangkan daya bakar api sehingga ia tidak kepanasan, ketika dihukum bakar oleh Fira’un karena perbuatannya menghancurkan semua berhala sesembahan.
  3. Mukjizat Syahsiyah atau fi’liyah, adalah mukjizat yang terpancar dari tubuh rosul sendiri. Misalnya, memancarnya cahaya dari tangan Nabi Musa as., dan mengucurnya air dari celah-celah jemari Nabi Muhammad Rosulullah saw.
  4. Mukjizat Aqliyah, adalah mukjizat yang masuk akal. Contoh satu-satunya adalah Al-Qur’an.
Semua rosul (utusan) Allah SWT dibekali dengan mukjizat. "Dan jika mereka mendustakanmu, maka sungguh, orang-orang yang sebelum mereka pun telah mendustakan (rosul-rosul), ketika rosul-rosul memdatang dengan membawa keterangan yang nyata (mukjizat), zabur kitab yang memberi penjelasan yang sempurna." (QS. 35/Fathir: 25). Yang dimaksud dengan "kitab yang memberi penjelasan yang sempum. adalah Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki dengan memberi kesanggupan untuk mendengarkan dan menerima keterangan-keterangan.

"Rosul-rosul mereka benar-benar datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Tetapi mereka tidak beriman, (juga) kepada apa yang telah mereka dustakan sebelumnya." (QS. 7/Al-A’rof: 101) Diantara mereka adalah Nabi Nuh as., dapat mendatangkan banjir bandang yang dapat menghanyutkan kaumnya yang kafir. Nabi Saleh mempunyai seekor unta istimewa yang luar biasa indahnya dari batu karang. Nabi Sulaiman as., dapat bicara dengan binatang dan menundukan jin.

Mukjizat/keramat/ma'unah/istidraj/sihir

  Kemampuan-kemampuan luar biasa yang dimiliki manusia
Mukjizat
Tidak ada hak bagi seorang rosul mendatangkan suatu bukti mukjizat) melainkan dengan izin Allah.
"KEPADA masing-masing (golongan), baik (golongan) ini (yang mendinginkan dunia) maupun (golongan) itu (yang menginginkan akhirat), Umiberikanbantuandankemurahan Tuhanmu. Dankemurahan Tuhanmu tidakdapat dihalangi." (QS. 17/Al-Isro`: 20)

Segala sesuatu yang dikehendaki Allah SWT pasti terjadi, sebaliknya apa yang tidak dikehendaki-Nya mustahil ada. Demikian pula dengan kemampuan-kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh manusia, besar atau kecil, baik atau buruk, bemanfaat atau tidak berguna, terjadi atas izin dan kekuasaari-Nya. Kemampuan- kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh manusia tersebut, dapat digolongkan dalam: (a) Mukjizat; (b) Keramat; (c) Ma`unah; (d) Istidraj; dan (e) Sihir.
Mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa yang dilakukan oleh nabi dan rosul atas izin Allah SWT untuk menjawab tantangan dari musuhnya. "Tidak ada hak bagi seorang rosul mendatangkan suatu bukti mukjizat) melainkan dengan izin Allah." (QS. 13/Ar-Ro`du: 38) "Tidak ia seorang rosul membawa mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan di Dan ketika iturugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." (QS. 40/Al-Mukmin: 78)

Suatu kejadian yang dapat dikatakan mukjizat, apabila:

=> terjadi di luar kebiasaan;
=> dilakukan oleh seorang nabi atau rosul;
=> menjawab tantangan dari orang-orang kafir yang meragul kenabian atau kerosulannya; dan
=> dan tidak dapat ditandingi oleh manusia manapun.

Fungsi mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada paii nabi atau rosul-Nya, adalah:

=> sebagai bukti bahwa pemiliknya benar-benar seorang nabi ata rosul Allah SWT;
=> menambah wibawa nabi atau rosul; dan
=> mengalahkan tantangan para musuhnya
 
Sihir

Kemampuan orang-orang tertentu, atas izin Allah SWT, melakukan sesuatu yang luar biasa dengan cara-cara tertentu dinamakan sihir. Cara-cara tertentu yang mereka gunakan biasanya dengan jampi-jampi atau membaca mantra-mantra. Sihir ini sudah ada sejak dahulu kala. Dan mereka mengikuti apa (sihir) yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir, tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, "Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir. (QS. 2/Al-Baqoroh: 102)

Para ulama menegaskan, bahwa hukum melakukan sihir adalah haram. Sebab sihir itu bersifat merusak, dan segala sesuatu yang merusak dilarang dalam Islam. Dan pelaku sihir adalah orang yang merugi. "Dan sungguh, mereka sudah tahu, barang siapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir/’ (QS. 2/Al-Baqoroh: 102)

Sihir dikatakan bersifat merusak, sebab sasaran sihir secara umum:


  1. mempengaruhi hati dan badan seseorang untuk disakiti atau dibunuh.
  2. memusnahkan harta benda seseorang; dan
  3. memutuskan ikatan kasih sayang seseorang dengan suami/istn anak atau dengan anggota keluarga yang lainnya.

Sihir, berdasarkan cara kerjanya, dapat digolongkan menjadi:

  1. sihir langsung, yakni sihir yang dilakukan secara langsung tanpa meminta bantuan manusia atau peralatan lain. Misalnya, seseorang yang hanya ditepuk bahunya, ia menyerahkan segala perhiasannya secara sukarela kepada yang menepuknya Kejadian ini disebut juga "gendam".
  2. sihir dengan bantuan, adalah sihir yang dilakukan dengan bantuan setan serta menggunakan rambut atau bagian tertentu dari orang yang sudah meninggal dunia.
  3. sihir yang menggunakan rumus angka-angka/huruf-huruf atau benda-benda tertentu
  4. Sihir yang menggunakn foto/gambar calon korbannya.

Semoga kita dilindungi oleh Allah SWT dari segala gangguan setan yang terkutuk, dan kejahatan mahluk-mahluknya. Amin.
Ma`unah dan Istidroj

Kemampuan orang-orang awam, atas izin Allah SWT, dapat melakukan sesuatu yang luar biasa, dinamakan Ma`unah. Dalam hal ini banyak kasusnya. Misalnya, antara lain, kemampuan seseorang:

  1. dapat mengetahui makhluk dan barang gaib;
  2. mengetahui siapa yang melakukan pencurian; dan
  3. mengetahui secara pasti kemana si buronan yang sedang dicari- cari oleh polisi itu melarikan diri.
 

Istidroj

Kemampuan yang diberikan Allah SWT kepada orang-orang kafir untuk melakukan sesuatu yang luar biasa/tidak masuk akal agar mereka lupa diri sebagai makhluk-Nya dinamakan istidroj. Tujuan diberikannya istidroj ini adalah sebagai contoh bagi orang yang beriman bahwa mereka yang ingkar dan takabur, akhirnya binasa. Contoh konkritnya yang digambarkan dalam Al-Qur’an adalah Fir’aun yang memproklamirkan diri sebagai Tuhan, dan Raja Namrud yang kekayaannya melimpah-ruah. Contoh-contoh lainnya, orang yang dapat menghentikan kendaraan yang melaju kencang, atau mengangkat batu besar yang secara logika di luar kemampuan manusia biasa.
Keramat

Keramat berasal dari bahasa Arab, karomah (kemuliaan atau kemurahan). Maksudnya adalah kemuliaan dari Allah SWT kepada para hamba-Nya yang beriman dan bertakwa (para wali-Nya), sehingga mereka dapat berbuat sesuatu yang luar biasa atau tidak masuk akal. Suatu misal, mereka mengetahui peristiwa yang akan terjadi, atau dapat berjalan di atas permukaan air, dan lain sebagainya.

Sesungguhnya anggota badan dan organ tubuh kita jika dipergunakan untuk taat kepada Allah SWT semata tanpa bermaksiat, dapat memiliki keramat. Hati, misalnya dapat mengetahui sesuatu yang akan terjadi. Perut dapat menolak apabila yang dihidangkan makanan haram. Lidah dapat bercakap-cakap dengan mayat dalam kubur. Telinga dapat mendengarkan suara- suara gaib. Dan mata bisa melihat sesuatu yang berada di balik dinding, atau bahkan bisa melihat dengan jelas suatu kejadian di kota lain.

Keramat itu memang benar adanya. Wali Allah SWT yang pernah menerima keramat antara lain adalah Maryam. Ibunda Isa Al-Masih. Dari waktu ke waktu Maryam mengabdikan dirinya untuk beribadah kepada Allah SWT dalam mihrob yang dibangun pamannya, Nabi Zakaria. Hingga tidak ada kesempatan baginya untuk memikirkan yang lain. Tetapi setiap kali masuk ke dalam mihrob, Nabi Zakaria as. mendapati makanan yang lezat terhidang di sisi Maryam.

"Hai Maryam, dari mana kau peroleh makanan ini?" Tanya Nabi Zakaria penuh rasa heran.

"Dari Allah," jawab Maryam. "Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada yang dikehendaki-Nya."

Wali Allah SWT lainnya yang juga mendapat keramat, ialah tujuh pemuda yang diterangkan dalam surat 18/Al Kahfi ayat 10-11 Awalnya ketujuh pemuda tersebut masuk ke dalam gua guna menghindari pengejaran pihak penguasa yang zalim karena geram atas seruan mereka untuk mematuhi ajaran Allah SWT. Akhirnya mereka tertidur dalam gua tersebut selama tiga ratus tahun. Ketika mereka terbangun tubuh mereka tetap sehat dan kondisi merek sama seperti ketika mereka memasuki gua, tiga ratus tahun silam Hanya saja keadaan masyarakatnya sudah jauh berubah karena penguasa yang mengejar-ngejar mereka dulu sudah berganti, dai mata uang yang mereka miliki sudah tidak berlaku lagi.
Beberapa sahabat Rosulullah saw. juga ada yang dianugerahi keramat oleh Allah SWT. Di antara mereka adalah empat sahabat utama beliau: Abu Bakar ra., Umar ra., Utsman ra., dan Ali ra.

1.       Keramat yang dimiliki Abu Bakar Shiddiq ra. antara lain dapat mengetahui jika waktu kematiannya sudah dekat dan mengetahui jenis kelamin anaknya yang masih dalam kandungan.

Dikisahkan bahwa pada suatu panen kurma, Abu Bakar memperoleh 1.200 gantang. Ketika itu dia sedang sakit. Kepada Aisyah beliau menuturkan, "Aisyah, kutinggalkan 1.200 gantang Kurma buat warisan. Engkau memiliki dua orang saudara laki laki dan dua orang saudara perempuan. Bagi-bagilah peninggalanku itu sesuai ketentuan kitab Allah."

Pada saat itu Aisyah telah memiliki tiga saudara, dua orang laki-laki dan seorang perempuan bernama Asma, karenanya ia bertanya, "Siapa lagi seorang perempuan yang menjadi saudaraku itu?" Abu Bakar menjawab. "Yang masih dalam kandungan ibumu, sudah kulihat dia seorang wanita." Dai ucapan Abu Bakar itu terbukti benar.

Dalam peristiwa tersebut, menurut Imam Subki, terdapat dua keramat Abu Bakar. Pertama, dari kata-kata "sebagai harta warisan" ia memberitahukan kepada keluarganya, bahwa ia akan wafat dalam sakit itu. Kedua, ia memberitahukan bahwa anaknya yang akan lahir itu wanita, ini sebagai isyarat bagi Aisyah agar dalam membagi harta waris, ia mengetahui batas-batas haknya.

2.   Keramat yang dimiliki Umar bin Khoththob ra., di antaranya bisa bicara dengan mayat yang berada dalam kubur dan menghentikan gempa bumi.

Suatu hari Umar bin Khoththob ra. melintasi kuburan Baqi, Madinah. Setelah mengucapkan salam kepada ahli kubur, ia memberitahukan. "Menurut kabar, Istri-istri kamu sudah menikah lagi, rumah-rumah kamu sudah didiami, dan harta peninggalanmu sudah berserakan." Seketika terdengar jawaban dari dalam kubur. "Wahai Umar, apa yang sudah kami dulukan dari harta kami, sudah kami peroleh hasilnya, apa yang sudah kami belanjakan (maksudnya untuk jihad) sudah kami peroleh keuntungannya, dan apa-apa yang kami tinggalkan, kami merugi." (Riwayat Ibnu Abi Dunya).

Pada zaman pemerintahan Umar, menurut Imam Haromain, pernah terjadi gempa. Setelah memuji Allah SWT, Umar memukulkan cambuknya ke tanah seraya berkata: "Wahai Bumi, diam. Apakah aku tidak berlaku adil di atas permukaanmu?" Seketika gempa itu berhenti.

3.   Keramat yang dimiliki oleh Utsman bin Affan ra., antara lain, ia mengetahui apa yang telah dilakukan orang.

Suatu hari Utsman menerima seorang tamu lelaki. Ia katakan kepada tamunya. "Telah masuk seseorang di antara kamu yang pada matanya bekas zina (maksudnya telah terjadi zina mata karena pandangan bernafsu)." Tamu tersebut tidak memungkiri, karena sewaktu di perjalanan tadi ia menjumpai seorang wanita dan memandanginya dengan penuh perhatian. Ia hanya bertanya, "Apakah setelah Rosulullah saw., ada orang menerima wahyu?" Utsman menjawab, "Tidak, tetapi itulah firasat orang beriman."

4.    Keramat yang dimiliki oleh Ali r a., antara lain, bisa menyambung kembali tangan yang telah putus.

Seorang budak hitam yang disayangi Ali, suatu hari mencuri. Ketika dihadapkan kepada Ali, ia mengakui perbuatannya dan dijatuhi hukuman potong tangan sesuai dengan hukum yang berlaku. Setelah itu di tengah perjalanan pulang, Ia bertemu Salman Al-Farisi dan Ibnu Al-Kawa.

Ibnu Kawa bertanya kepadanya. "Siapa yang memotong tanganmu?" Budak tersebut menjawab. "Amirul Mukminin, menantu Rosulullah saw, suami Fatimah yang perawan." Ibnu Kawa heran. "Dia sudah memotong tanganmu, engkau masih pula memuji-mujinya." Budak hitam itu menjawab, "Betapa tidak, tanganku sudah dipotongnya dengan jalan hak, dia telah menyelamatkan aku dari api neraka."

Salman Al-Farisi yang mendengar percakapan itu melaporkannya kepada Ali, dan Ali memanggil budak hitam itu kembali. Lalu Ali meletakkan potongan tangan yang terpisah tadi di lengannya, dan menutupnya dengan sehelai sapu tangan, serta berdo’a dengan beberapa do’a. Sesaat kemudian terdengarlah suara gaib, "Angkatlah penutup tangan itu." Dan ketika sapu tangan itu diangkat, tangan si budak hitam itu menyambung kembali. (Riwayat Imam Fakhtur Rozi).

Yang dialami oleh Maryam, tujuh pemuda Al-Kahfi, dan yang dilakukan oleh keempat sahabat Rosulullah saw tersebut sungguh peristiwa yang luar biasa. Padahal mereka bukanlah nabi atau rosul, melainkan hanyalah hamba Allah SWT yang taat dan patuh kepada- Nya. Itulah yang dinamakan keramat. 


PUTRI - PUTRI NABI MUHAMMAD SAW

Anak-anak Rosulullah saw. yang hidup hingga dewasa dan berkeluarga semuanya putri, ialah Zainab, Ruqoyyah, Ummi Kultsum, dan Fatimah Az-Zahro. Di antara empat putri beliau yang paling terkenal di dunia Islam ialah Fatimah Az-Zahro.

Berikut sekelumit keterangan tentang keempat putri Rosulullah saw. tersebut.


  • Zainab bin binti Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib. Dia lahir sepuluh tahun sebelum masa kenabian. Dia menikah dengan anak bibinya yang bernama Abu As bin Robi, yang masih berstatus kafir. Zainab dikarunia dua orang anak, yaitu Ali yang meninggal sewaktu masih belia, dan Ammah kelak menikah dengan Kholifah Ali bin Abu Tholib ra, setelah Fatimah Az-Zahro ra wafat.
  • Suarni Zainab, Abu As bin Robi pernah tertangkap tentara kaum muslimin pada perang Badar. Begitu pun pada saat penaklukan Kota Mekkah. Karena ia tetap kafir, maka Muhammad Rosulullah saw. memisahkan mereka dan berkata kepada Zainab, "Setiap anak pasti menghormati orang-tuanya Dan suamimu tidak berhak atas dirimu selama ia masih dalam keadaan syirik."
  • Ruqoyyah binti Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib. Dia lahir tiga tahun setelah kelahiran Zainab. Ruqoyyah menikah dengan Attabah bin Abi Lahab. Setelah turun ayat "Tabbat yada abi lahabiu iva tab (Binasalah kedua tangm Abu Lahab dan benar-benar binasa dia)". (QS. lll/Al-Lahab 1), marahlah Abu Lahab dan menyuruh putranya menceraikan Ruqoiyyah.
    Ruqoyyah menikah lagi dengan Utsman bin Affan ra. dan dikaruniai seorang anak bernama Abdullah yang meninggal dunia pada tahun ke-6 H. Ruqoyyah sendiri wafat pada tahuni ke-2 H karena penyakit campak, saat Nabi Muhammad Rosulullah saw. masih dalam Perang Badar.
  • Ummu Kultsum bin binti Muhammad bin Abdullah bin AbdulI Mutholib. Dia lahir enam tahun sebelum masa kenabian Ummu Kultsum turut hijrah ke Madinah, kemudian menikahi dengan Utsman bin Affan ra., tepatnya tiga tahun setelah Utsman menduda.
  • Fatimah Az-Zahro binti Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib. Dia lahir lima tahun sebelum masa kenabian.

  • Dalam banyak hal, Fatimah menyerupai Nabi Muhammad Rosulullah saw. Aisyah ra. menuturkan, ’Aku tidak melihat seorang pun yang menyamai Fatimah dalam hal kemiripannya dengan nabi. Ketenangan dan keistiqomahannya dalam duduk dan berdiri seperti ketenangan dan keistiqomahan nabi. Saat dia datang berkunjung, Nabi saw. berdiri menyambutnya dan berkata, ’selamat datang wahai putriku’. Lalu memintanya duduk di sisi beliau. Begitu pula saat Nabi mengunjungi Fatimah, dia pun bangkit menyambut nabi dan memberikan tempat duduk kepada nabi." (HR. Tirmidzi)
    Dalam Musnadnya, Imam Ahmad meriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, "bahwa wanita paling mulia di surga nanti adalah Khodijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Asyiah binti Muzakhim (istri Fir’aun) dan Maryam binti Imron."
    Satu tahun setelah hijrah, Rosulullah saw. menikahkan Fatimah dengan Ali. Sesungguhnya banyak tokoh masyarakat, saudagar kaya, dan pahlawan perang yang ingin menyun­tingnya, namun semua itu ditolak oleh Rosulullah saw secara halus. Beliau lebih memilih Ali sebagai suami Fatimah, selain karena Ali sangat terpelajar dan bijak, juga karena ia orang yang pertama memeluk Islam. Pernikahan mereka dikaruniai empat anak, dua putra (Hasan dan Husein), serta dua putri (Ummi Kultsum dan Zainab). Kedua putra mereka yang pertama, terbunuh di Karbala dan dikemudian hari terkenal sebagai tokoh Syiah.

NABI MUHAMMAD SAW

  HISTORY MUHAMMAD SAW
 
Kelahiran Muhammad Rosulullah SAW

"Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. 34) Ayat ini membantah adanya anggapan bahwa Nabi Muhammad saw. hanya diutus untuk orang Arab saja. Sebab ajaran yang dibawanya adalah untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini.

Muhammad saw. adalah putra dari Aminah binti Wahab dan Abdullah bin Abdul Mutholib (wafat sewaktu Nabi masih dalam kandungan). Ia dilahirkan di Mekah, tepatnya sekitar 200 meter dari Masjidil Haram, pada hari Senin menjelang terbit fajar, 12 Robiul Awaltahun Gajah (20 April 571 M). Tempat kelahiran Nabi itu kini dijadikan perpustakaan "Maktabah Makkah Al-Mukarromah."

Penamaan tahun Gajah itu sendiri karena pada waktu itu bala tentara pimpinan Abroha, Gubernur Yaman menyerang Ka’bah dengan mengendarai gajah. Namun Abroha beserta pasukannya berhasil dihancur-lumatkan oleh pasukan burung ababil yang diperintahkan oleh Allah SWT menghujani mereka dengan batu-batu dari tanah yang terbakar (simaklah QS 105/Al-Fil: 1-5)

Sebagaimana anak-anak bangsawan lainnya pada masa itu, Muhammad disusukan pada wanita Badiyah (sebuah dusun di Padang Pasir) bernama Halimah Abi Dzubaidah As-Sa’diyah dari Bani Sa’ad Kabilah Hawazin. Di perkampungan Bani Sa’ad inilah ia dibesarkan sampai usia lima tahun. Setelah itu Muhammad diasuh sendiri oleh ibunya. Satu tahun kemudian, sewaktu Muhammad berumur enam tahun, Aminah meninggal dunia. Sejak itu Muhammad diasuh oleh kakeknya, Abdul Mutholib. Tidak lama kemudian kakeknya juga meninggal dunia, maka ia dibesarkan oleh pamannya, Abu Tholib.

Pada usia 12 tahun, Muhammad diajak pamannya berdagang ke negeri Syam. Sesampainya mereka di kota Bushro, ada seorang pendeta Kristen bernama Buhiro yang memperhatikan Muhammad dan terperanjat menyaksikan adanya tanda-tanda kenabian padanya sesuai benar dengan yang diceritakan dalam Injil. Karena itu Pendeta Buhiro menyarankan Abu Tholib agar segera membawa Muhammad pulang kembali. Sebab ia khawatir jika orang-orang Yahudi mengetahuinya, mereka akan mencelakakannya. Pendeta Buhiro juga berpesan supaya Abu Tholib memelihara dan menjaga keponakannya itu baik-baik, karena ia calon pemimpin umat.

Sejak masa kanak-anak, Muhammad saw telah menunjukkan, sifat-sifat seorang pemimpin. Ia melaksanakan pekerjaannya sebagai penggembala kambing dengan sebaik-baiknya. Berbagai catatan sejarah, termasuk yang ditulis oleh pakar-pakar Barat, mengakui bahwa Muhammad saw seorang figur yang sangat cerdas, dan memiliki daya ingat sangat kuat. Lebih dari itu ia seorang yang rendah hati, penuh kasih sayang kepada sesamanya, senantiasa menjauhi perbuatan keji dan kotor, jujur dalam setiap tindak-lakunya, serta lembut dan benar perkataannya. Pantaslah jika masyarakat memberinya gelar Al-Amin (artinya orang yang dapat dipercaya).

Pernikahan Rasulullah dan Wahyu Pertama

Sewaktu berusia 25 tahun, Muhammad dipercaya oleh seorang wanita terhormat yang kaya-raya bernama Khodijah binti Khuwalid untuk menjual barang-barang dagangannya ke Syiria. Ketika ita Muhammad saw. ditemani oleh pembantu Khodijah bernama Maisaroh. Perilaku dan tutur-kata Muhammad yang terpuji menyebabkan ia berdagang dengan mudah. Seluruh barang dagangan terjual habis dalam waktu relatif singkat dan mendapat untung besar. Semua itu Maisaroh ceritakan kepada Khodijah.

Sejak itulah Khodijah terpikat oleh kepribadian Muhammad,k tidak lama kemudian Allah SWT mentakdirkan keduanya menjad suami istri. Status Khodijah saat itu adalah seorang janda berusia 40 tahun. Lima belas tahun lebih tua dari Muhammad saw. Pernikahan mereka dikaruniai anak tiga putra, dan empat putri. Ketiga putranya Al-Qosim, Abdullah, dan Thoyyib, semuanya meninggal dunia sewaktu masih kecil. Empat putrinya, ialah Zainab, Ruqoyyah, Ummu Kaltsum, dan Fatimah.

Sewaktu Muhammad saw. berusia 35 tahun, Mekah dilanda banjir besar sehingga merobohkan Ka’bah. Setelah musibah banjir tersebut, kaum Quraisy membangun Ka’bah kembali. Ketika pembangunan Ka’bah telah usai, para pembesarnya bertengkar tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad pada posisinya semula. Untuk menghindari permusuhan di antara mereka, akhirnya disepakati bahwa siapa yang masuk Masjidil Haram lebih dulu, maka dialah yang berhak meletakkan Hajar Aswad. Ternyata, yang memasuki Masjidil Haram lebih dulu adalah Muhammad saw.

"Inilah Muhammad Al-Amin. Kami rela kepadanya," komentar sebagian pembesar Quraisy gembira, karena yang mereka setujui adalah orang yang jujur dan benar tutur-katanya.

Muhammad saw. menyambut baik penunjukan atas dirinya. Sekalipun ia satu-satunya yang dipercaya melakukan tugas tersebut, namun Muhammad selaku orang muda merasa perlu memberikan penghormatan kepada para pembesar Quraisy. Untuk itu Muhammad saw. membentangkan kain sorbannya di tanah, lalu meletakkan Hajar Aswad di atasnya, kemudian memanggil empat kepala suku dari bangsa Quraisy untuk mengangkat empat sudut kain sorban itu, sedangkan ia yang memegangi Hajar Aswad dan meletakkannya di tempat semula.

Pada usia 40 tahun, Muhammad menerima wahyu pertama ketika berkholwat (menyepi untuk beribadah guna mendekatkan diri kepada Allah) di Gua Hiro’. Sejak itulah ia diangkat menjadi seorang nabi dan mulai menyiarkan agama Islam secara diam-diam, sesuai dengan perintah Allah SWT.

Orang-orang pertama yang beriman kepadanya, ialah:

  • Abu Bakar, dari kalangan orang tua;
  • Khodijah binti Khuwalid, dari kaum wanita;
  • Ali bin Abi Tholib, dari golongan anak-anak; dan
  • Zaid bin Haritsah, dari golongan budak.

Hijrahnya Nabi Muhammad dan Haji Wada`

Beberapa waktu kemudian, kalangan elit kaum Quraisy pun menyatakan memeluk Islam, antara lain: Utsman bin Affan, Zubair bin Al-Awam, Abdurrohman bin Auf, Abdullah bin Mas`ud, Sa`ad bin Abi Waqos, dan Tholha bin Ubaidillah.

Kurang lebih selama tiga tahun Nabi Muhammad berdakwah secara diam-diam, sampai "turun" wahyu yang memerintahkannya untuk berdakwah secara terang-terangan.. "Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang musyrik." (QS. 15/Al Hijr:94)

Sambutan penduduk Mekah pada mulanya menggembirakan. Hanya saja para pemimpin dan bangsawan Quraisy terhina oleh seruan Nabi untuk meninggalkan kebiasaan menyembah berhala karena itu bukan Tuhan. Sedangkan Tuhan yang patut disembah ialah Allah SWT Yang Maha Esa. Sejak itu mereka melakukan penganiayaan terhadap Nabi dan para pengikutnya.

Guna menghindari penganiayaan orang-orang kafir Quraisy lebih jauh, Nabi saw. memerintahkan pengikutnya hijrah (pindah) ke Habsyah (Habsyi). Di sana ada raja Najasyi yang mengakui kebenaran ajaran Nabi karena datang dari zat yang menurunkan risalah Isa as. Yang pergi pada saat itu 15 orang, terdiri dari 11 pria dan 4 wanita. Kelompok kedua yang menyusul berhijrah 76 orang terdiri dari 63 pria dan 13 wanita.

Dari hari ke hari pengikut Nabi saw. semakin bertambah. Untuk menghentikan dakwah beliau, kaurn Quraisy merencanakan pembunuhan terhadap Nabi saw. Berkat usaha Abu Tholib, Nabi dapat diselamatkan. Orang-orang kafir Quraisy akhirny memboikot keluarga Nabi dan para pengikutnya. Semua orang kafir dilarang mengadakan hubungan kekeluargaan dan dagang dengan orang-orang Islam, hingga Nabi beserta seluruh pengikutny memakan dedaunan sampai selama sekitar tiga tahun.

Masa pemboikotan itu berakhir pada tahun ke 10 kenabian. Pada waktu itulah Abi Tholib yang membela beliau mati-matian meninggal dunia. Dengan sendirinya semakin bertambah hebat gangguan kaum Quraisy kepadanya. Selanjutnya Nabi bersama Zaid bin Haritsah berdakwah ke Thoif, tepatnya kepada kabilah Tsaqif. Namun sambutan kabilah Tsaqif sangat tidak manusiawi. Mereka melempari Nabi saw. dengan batu, hingga tumit beliau terluka.

Keadaan di Mekah semakin mengancam jiwa Nabi saw, oleh karena itu beliau memutuskan hijrah ke kota Yastrib, kemudian diganti namanya dengan Madinah Al-Munawaroh, sebab Islam sudah berkembang di sana melalui orang-orang Yastrib yang ketika mengunjungi Ka`bah bertemu Nabi dan menerima ajarannya. Itu terjadi pada tahun ketiga belas kenabian.

Sebelum sampai di Kota Madinah, Nabi Muhammad saw singgah di kota kecil, Kuba untuk beberapa waktu lamanya. Di Kuba beliau sempat mendirikan Masjid. Setelah cukup lama tinggal di Kuba, Nabi saw. melanjutkan perjalanan ke Madinah. Di kota ini pun Nabi membangun Masjid bersama-sama dengan kaum Muhajirin (sebutan bagi orang Islam yang berasal dari Mekah) dan kaum Anshor (sebutan bagi orang Islam yang berasal dari Madinah).

Pada Hari Sabtu, 25 Dzul Qo`dah, tahun Hijriyah, Nabi beserta para pengikutnya yang telah mencapai jumlah ribuan menunaikan ibadah haji untuk pertama kalinya sekaligus sebagai haji wada`. Sekalipun umat Islam kala itu sudah sangat kuat, namun Nabi Muhammad Rosulullah saw. tidak menyimpan dendam terhadap orang-orang kafir Quraisy yang pernah menganiaya beliau dan para pengikutnya. Bahkan beliau menjamin hak-hak hidup mereka. Beberapa bulan setelah haji wada` beliau sakit keras dan wafat. Tepatnya pada hari Senin, 12 Robiul Awal, dalam usia 63 tahun.

Nama-Nama Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad Rosulullah saw. memiliki beberapa nama. Muslim meriwayatkan, bahwa beliau bersabda: "A ku memiliki beberapa nama:

  • aku bernama Muhammad;
  • aku bernama Ahmad;
  • aku bernama Al-Machi (penumpas), dimana Allah menumpas kekafiran karena aku;
  • aku bernama chasyiir (pengumpul), dimana Allah mengum­pulkan manusia atas risalahku;
  • aku bernama Al-`Aqib (penutup), dimana tidak ada seorang nabi lagi sesudahku; dan
  • Allah memberiku pula nama Ro`uf (penyantun) dan Rochin (penyayang)." (HR. Muslim)
Muhammad Rosulullah saw. adalah nabi terakhir yang diutus oleh Allah SWT. "Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang & antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Mengetahui segala sesuatu (QS. 33/Al-Ahzab: 40). Ayat ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw. bukanlah bapak dari salah seorang sahabat, karena itu janda Zaid (bernama Zainab) dapat beliau nikahi.

Sebagai nabi dan rosul terakhir, Muhammad saw. tidak hanya diutus kepada segolongan umat seperti halnya nabi-nabi terdahulu melainkan untuk seluruh umat manusia. "Kami mengutus engkau (Muhammad) menjadi rosul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi.`` (QS. 4/An-Nisa79)

Nabi Muhammad Rosulullah saw. terkenal memiliki kepribadian dan jiwa kepemimpinan yang terpuji. Hal itu telah diungkapkan dalam ayat-ayat Al-Qur`an, antara lain: "Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri  dari sekitarmu." (QS. 3/Alilmron: 159) "Sungguh, telah datang kepadamu seorang rosul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanku kamu alami, dia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman." (QS.5 At-Taubah: 128)

Karena itu Allah SWT menegaskan, "Sungguh telah ada pada (diri) Rosulullah itu teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat serta banyak mengingat Allah." (QS. 33/Al-Ahzab 21) "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur," (QS. 68/`Al-Qolam 4) Allah SWT juga meninggikan namanya, "Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu." (QS. 94/Al-Insyiroh: 4) Maksud ayat yang terakhr ini adalah, meninggikan derajat dan mengikutkan namanya dengan nama Allah dalam kalimat syahadat, serta menjadikan taat kepada nabi termasuk taat kepada Allah SWT.
 
Keluhuran Akhlak Nabi Muhammad

Para sahabat juga memberikan kesaksian atas keluhuran akhlak Muhammad Rosulullah saw. baik selaku nabi maupun sebagai pemimpin umat. Antara lain mereka katakan, bahwa Nabi saw.:

  1. sangat dermawan. Ibnu Syihab ra. mengemukakan, setelah perang di Hunain Rosulullah saw. memberi Shofwan bin Umaiyah seratus ekor ternak, kemudian ditambahnya seratus ekor lagi." (HR. Muslim)
  2. selalu mengabulkan permintaan orang lain. Jabir bin Abdullah ra. menceritakan, "Apabila Rosulullah saw. dimintai sesuatu, beliau tidak pernah menjawab dengan perkataan: ’Tidak’." (HR. Muslim)
  3. bersikap bijak. Abu Huroiroh ra. mengisahkan, ketika ada seorang Arab Dusun kencing di masjid para sahabat membentaknya. Lalu Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Biarkanlah dia. Dan siramlah kencingnya itu dengan seember air. Kalian semua diperintah untuk berlaku manis dan bijak. Bukan berlaku kasar dan menimbulkan kesulitan". (HR. Bukhori) Ketika itu lantai masjid yang dikencingi oleh orang Arab dusun tersebut berupa pasir. Jadi sekali disiram seember air, air kencingnya meresap ke dalam pasir.
  4. pemberani. Anas bin Malik ra. mengungkapkan, "Rosulullah saw. adalah orang yang paling baik, paling pemurah, dan paling pemberani. Pada suatu malam penduduk Madinah dikejutkan oleh suatu suara. Lalu orang banyak keluar ke arah datangnya suara itu. Di tengah jalan mereka berpapasan dengan Rosulullah saw. yang hendak pulang. Rupanya beliau telah mendahului mereka ke tempat asal suara tersebut Beliau mengendarai kuda yang dipinjamnya dari Abu Tholhah, sambil menyandang pedang. Sabda beliau: ’Jangan panik, jangan panik’. Kami dapati beliau memang santai-santai saja, dar berkuda perlahan-lahan". (HR. Muslim)
  5. tempat berlindung para sahabat. Ali bin Abu Tholib ra. mengabarkan, "Pada saat pertempuran sedang hebat-hebatnya, kami selalu berlindung di belakang Rosulullah saw. Tidak ada orang yang lebih berani mendekati musuh seperti beliau". (HR. Muslim)

Tugas Nabi Muhammad Rosulullah SAW

Secara garis besarnya Nabi Muhammad Rosulullah saw mempunyai tugas meluruskan akidah umat manusia sekaligus memperbaiki akhlaknya. Berikut kami kemukakan beberapa ayar Al-Qur`an yang menyuratkan tugas-tugas beliau.

  1. Sebagai Rahmat Bagi Semesta Alam, "Dan Kami tidak mengutus engkau (muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam". (QS. 21 /Al-Anbiya`: 107)
  2. Bertabligh. "Wahai Rosul, sampaikanlah apa yang diturunkm Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya." (QS. 51M- Maidah: 67)
  3. Menunjuki Kepada Jalan Yang Lurus. "Dan demikianlah Kami. wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur`an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al- Qur`an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur`an itu cahaya, yang dengannya Kami memberi petunjuk orang-orang yang Kami kehendaki di antara hamab-hamba Kami. Dan sungguh engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus". (Q5 42/Asy-Syuro: 52) Ayat ini juga menegaskan bahwa sebelum Nabi Muhammad saw. diangkat menjadi rosul, dia tidak mengetahui tentang isi Kitab-kitab terdahulu, karena itu tidak ada alasan bagi orang-orang kafir menuduhnya sebagai orarig yang mengada-ada dalam urusan aqidah dan syari`ah.
  4. Membawa Kebenaran. "Dialah yang mengutus Rosul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar supaya dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi." (QS. 43 Al-Fath: 28) Ayat ini menyiratkan bahwa dengan kedatangan Islam maka hukum-hukum sebelumnya tidak berlaku lagi dan diganti dengan hukum-hukum Al-Qur`an. Sebab Al-Qur`an juga menerangkan hal-hal yang mereka ada-adakan pada agama-agama terdahulu, sehingga agama yang terjamin kebenarannya adalah agama Islam. Dan tiada lagi agama yang diturunkan Allah setelah Islam. Al-Qur`an itu sendiri dalam pemeliharaan Allah SWT, sehingga tidak berhasil dipaIsukan meskipun berulang kali terjadi usaha pemalsuan Al-Qur`an.
  5. Pembawa Kabar Gembira Dan Pemberi Peringatan. "Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira dan memberi peringatan, dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya dan sebagai cahaya yang menerangi.` (QS. 33/Al-Ahzab: 45-46)

Kekaguman Cendekiawan Dunia Kepada Nabi SAW

Keagungan pribadi Muhammad dan kebenaran ajarannya tidak hanya diakui oleh umat Islam, melainkan juga oleh kaum cendekiawan Barat baik dari kalangan Nasrani maupun Yahudi. Berikut kami paparkan pernyataan beberapa cendekiawan Barat terhadap figur Muhammad saw.

  1. Karl Marx (1817-1883), ahli politik, filsafat, dan ahli ke­masyarakatan kelahiran Jerman. Dalam bukunya, Al-Hayat ia menulis: "Lelaki Arab yang telah menemukan kesalahan agama Nasrani dan agama Yahudi itu, melakukan pekerjaan yang sangat berbahaya di tengah-tengah kaum musyrik penyembah berhala, mendakwah mereka pada agama tauhid dan menanamkan keyakinan tentang keabadian roh. Maka layak bagi kita untuk mengakui kenabiannya, dan dia adalah rosul (pesuruh) langit untuk bumi.

    Dalam bukunya yang lain, Ro`sul Mal", Karl Marx menulis antara lain: "Risalah Nabi ini telah membuka zaman baru untuk ilmu, cahaya, dan pengetahuan, layak dicatat kata-kata dan perbuatannya dalam pola khusus operasional. Oleh karena pelajaran yang diberikannya adalah wahyu Allah yang diturunkan dan merupakan risalahnya juga, maka menjadi tugas dan kewajibannya untuk membersihkan kotoran-kotoran yang telah menimbuni risalah-risalah yang lalu akibat ulah orang-orang bodoh yang mengandalkan ajarannya tanpa dukungan or ang yang berakal."
  2. Sir Herbert Spencer (1820-1903), seorang filsuf kelahiran Cardiff, Inggris. Dalam bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Ushulul Ijtima antara lain menulis: "Hendaklah kalian menjadikan Muhammad sebagai perlambang politik agama yang tepat, dan seorang yang paling jujur dalam menerapkan sistemnya yang kudus di tengah-tengah umat manusia seluruhnya. Muhammad merupakan suatu sosok amanat yang dijelmakan dalam kejujuran yang murni, siang dan malam selalu tekun menghidupkan umatnya."
  3. Sydoe (1817-1893), adalah seorang orientalis dan sejarahwan besar Perancis. Tentang Muhammad, anggota persatuan cendekiawan Perancis ini menulis dalam bukunya, Khulasatu Tarikhil Arab," antara lain sebagai berikut: "Muhammad saw. telah menjadikan kabilah-kabilah Arab itu satu tatanan umat menuju satu tujuan. Sehingga semua orang melihat penjelmaannya sebagai suatu umat besar yang satu sisi sayap kerajaannya mencapai Spanyol dan sisi yang satu lagi mencapai India. Maka berkibarlah di mana-mana panji peradaban, ketika itu Eropa sedang dirundung kegelapan jahiliyah (kebodohan) pada abad- abad pertengahan."
  4. Dr. Wile (1818-1889), seorang orientalis berkebangsaan Perancis yang bekerja di Aljazair sebagai guru dan penerjemah. Dalam karyanya, Tarikhul Khulafa, ia menulis antara lain: "Muhammad layak mendapat kekaguman dan penghargaan kita sebagal reformis agung, bahkan dia patut juga diberi gelar nabi. Kita tak usah mendengarkan cerita orang-orang yang bermaksud jahat dan pendapat orang-orang ekstrem. Sungguh Muhammad itu seorang besar dalam agama dan pribadinya. Barangsiapa yang menyerangnya, jelas dia tidak mengerti dan melecehkan jasa-jasanya."
  5. Conte Henry de Castri (1853-1915), adalah seorang orientalis Dalam karyanya, Al-Islam, ia menulis antara lain: "Muhammad tidak membaca dan tidak menulis, seperti yang pernah dikatakan dirinya sendiri. Ia seorang nabi yang ummi. Dengan demikian ia tidak pernah membaca kitab suci, tidak pernah agamanya itu mengutip agama-agama terdahulu seperti yang dituduhkan orang dengan kebodohan. Sejarah Muhammad penuh mengandung pujian dan pengagungan kepadanya yang sudah tentu tidak diketahui oleh orang-orang yang tidak mengenalnya.
  1. Pastor Isaaq Tiles seorang agamawan kelahiran Bordeauz (1810-1897) menulis dalam bukunya Haqoiqut Tarikh, antara lain: "Kalau kita mau meneliti dengan seksama karya-karya Muhammad dan kenabiannya, kita tidak akan menemukan sesuatu pun yang mencela atau mengancam Nasrani, bahkan kita akan melihat garis pemisah antara kaum Yahudi dan kaum Nasrani.
  2. Islam datang menciptakan kebahagiaan dan peradaban. Muhammad sama halnya dengan Musa membolehkan poligami dan perbudakan, walau perbudakan itu sendiri tidak diajarkan dalam akidah Islam. Muhammad membolehkan pebudakan karena dalam keadaan darurat. Sedangkan poligami, Musa malah tidak mengharamkan dalam Tauratnya, dan Dawud juga tidak mengharamkan dalam Zaburnya. Kami wajib memahami bahwa akhlak Islam lebih luhur dari akhlak Nasrani."
  3. Monsier Deitet Vannan (1823-1879), adalah seorang orientalis Perancis yang pada tahun 1875 mengembara ke Timur. Dalam karyanya Asyi’ah Khoshoh bin Nuril Islam menulis, antara lain: "Sesungguhnya Al- Qur’an yang dibawa Muhammad itu telah mencatat adanya Kitab-kitab Suci yang lain, dan ia merupakan satu-satunya Kitab yang menyeru orang untuk bersikap lemah-lembut dan baik hati.
  4. Telah mengadu kepada Rosulullah Muhammad, salah seorang dari Bani Salim bin Auf yang bernama Al-Husein: "Ya Rosulullah, saya mempunyai orang-tua yang masih beragama Masehi dan keduanya enggan masuk agama Allah. Saya akan bermaksud memaksa keduanya." Rosulullah Muhammad menjawab, "Tidak ada paksaan dalam menganut agama, seperti yang tercantum dalam surat 109/Al- Kafirun ayat 6: "Bngi kamu agamamu, dan bagiku agamaku." juga tercantum dalam surat 29/ Al-Ankabut ayat 46: “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang lebih baik."
  5. Lev Nikolaevich Tolstoy adalah seorang filosof dan sastrawan besar Rusia menulis dalam bukunya, Siapakah Muhammad, antara lain: "Tahun pertama gerakan dakwahnya membawa Muhammad untuk menghadapi berbagai tantangan sebagaimana keadaan Nabi yang diutus sebelumnya yang mengajak umatnya kepada kebenaran. Tetapi tantangan-tantangan ini tidak mematahkan semangatnya. Bahkan Muhammad terus berdakwah, padahal ketika itu ia belum menyatakan bahwa dirinya sebagai Nabi yang satu. Tetapi datang sebagai penyempurna risalah-risalah sebelumnya dan mengajak kaumnya pada keyakinan seperti Nabi-Nabi sebelumnya."
  6. Edward Adams seorang orientalis dari Amerika dalam salah satu karyanya, menyatakan antara lain: "Negara Arab dulu, sebelum kenabian Muhammad, adalah negara yang tenggelam dalam kerusakan moral. Sulit bagi kita mencirikan kekacauan yang terjadi di setiap tempat. Kerusakan besar yang menyengsarakan rakyat pada masa itu dan kejahatan pada anak-anak (anak perempuan yang lahir dikubur hidup-hidup karena takut membawa petaka), pengorbanan manusia yang dilakukan atas nama agama, perang yang berkelanjutan antar suku, serta penduduk negeri yang selalu hidup kekurangan, serta tidak adanya tatanan hukum yang kuat. Semua itu mengakibatkan penghambaan dan perbudakan di antara manusia, bertambahnya kejahatan, pelecehan seksual dan kehormatan di antara manusia.
    Ketika itulah datang Muhammad saw. sebagai juru penerang risalah yang Maha Esa dan Maha Perkasa bagi seluruh alam yang di tangannya membawa petunjuk dan pembeda, yakni Al-1 Qur’an, dan di tangan kirinya membawa cahaya. Sesungguhnya, semua ini untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya dengan izin Tuhan Yang Mahamulia.
  7. Albornos Catian adalah seorang orientalis berkebangsaan Itali. Ia menulis tentang Muhammad dalam bukunya, Adyannul Arab antara lain: "Sesungguhnya keistimewaan Muhammad terletak pada kemampuannya yang menakjubkan sebagai seorang politikus yang bijak-bestari, lebih dari sekadar Nabi yang mendapat wahyu. Kiranya tidak seorang pun yang mengenali Muhammad, akan menjatuhkan kehormatannya, dan siapa yang melakukannya maka ia telah berbuat aniaya terhadap dirinya dan juga terhadap Muhammad.